"Perkenalkan namaku... Mark."

Bu guru memandang mereka.

"Cuma itu ?"

Mark mengangguk. " Yah, dan aku cukup tampan." Ucapnya membuat seisi kelas tertawa.

"Selanjutnya ?"

Dwight menatap kedepan .

"Aku.. L."

Seisi kelas kembali hening..

"Cuma L ?" Bu guru Marrie menatap canggung. Dwight memutar otaknya dengan cepat.

"White L.. panggil saja L." ucapnya sambil menganggukan kepalanya.

"Baiklah emm.. L boleh duduk disebelah Seya ada satu kursi kosong dan dibelakangnya juga ada satu lagi yang kosong." Mark berjalan lebih dulu.

"Oh kau kelas disini.." Mark menyapa Seya berniat duduk disebelahnya. Seya menyambutnya sambil tersenyum.

Tiba-tiba

SRETT

Seseorang sudah menaruh tas diatas meja itu terlebih dahulu.

"kau tahu kan, aku tak terlalu suka duduk dipaling belakang." Ucap Dwight membuat Mark tertawa kecil. Sepupunya memang seperti itu dari dulu.. tak terlalu suka duduk dibelakang namun tetap saja sekarang dia kekanakkan.

.

.

"Heh.. kenapa nama samaranmu aneh sekali? Mr. Satu huruf?" Ejek Mark saat jam istirahat tiba.

"Diam."

"Gadis yang duduk disebelahmu itu adalah pasien kita." Bisik Mark.

"Benarkah?" balasnya sambil membaca buku tebal yang ada ditangannya.

"Aku melihat tanda dilengannya.. dan kau kan sudah tahu Ayahmu sudah mengatur semuanya agar kita berdua duduk disebelahnya."

"Oh masa ? aku tak tahu." Jawabnya datar sambil tetap membaca buku membuat Mark jadi geram.

"Makanya, kalau ayahmu menjelaskan, pikiranmu jangan lari kemana-mana. Sudah jelas Ayahmu mengatakan nama gadis itu Seya. Kau tak dengar ya, bu guru tadi memanggil namanya apa ?" Sinisnya.

"Entahlah, aku sedang tak fokus."

"Oh Tidak!!." Mark memasang wajah terkejut.

"Apa? Kenapa?"

"J-jangan-jangan kau bukan Dwight? Apa kau teroris yang memakai topeng kulit ? Setahuku, Sepupuku tak seperti ini.. dia lulus dengan nilai terbaik karena jenius. Siapa kau orang bodoh ?" Ucapnya geram sambil mencubit-cubit wajah Dwight. Candaannya sungguh berlebihan.

"Berhentilah, Aku memang sedang banyak pikiran akhir-akhir ini." Ucap Dwight sambil melepas tangan Mark pada wajahnya.

"Aku mau ke toilet dulu." Ucap Dwight sambil beranjak pergi membuat Mark menatapnya dengan pandangan aneh.

"kenapa sih dia ?"

.

.

Tentu saja Dwight tidak benar-benar ke toilet, ia hanya berjalan ke taman belakang..

Dwight mengernyit ketika melihat seseorang gadis memegang pisau dan menaruhnya di pergelangan tangannya.

Bunuh Diri ?

Dwight mendengar beberapa orang mulai mendekat dari belakang. Sepertinya mau datang kearah sini juga. Pasti memalukkan kalau mereka memergoki gadis itu hampir mau bunuh diri.

Dwight dengan cepat berlari kearahnya dan membekap mulutnya lalu membawanya kesamping gudang belakang.

"HMMM"

"Diam."Bisik Dwight sambil menaruh telunjuknya dibibirnya.

Namun Rasa terkejut datang melebihi perasaan bingung. Ia menatap gadis itu.

"k-kau.. teman sebangku ?" Dwight memandangnya heran. Sedang gadis itu masih terdiam tak nyaman dengan dinding samping gudang tempat mereka bersembunyi yang sangat sempit.

"Ssstt.."

Dwight mengintip keluar .. Nampaknya dua orang sedang berbicara serius ditempat tadi mereka berdiri sebelumnya.

"Mereka belum pergi." Bisik Dwight. Gadis itu, Seya juga mencoba mengintip.

"Itu ketua osis dan wakilnya." Bisik Seya lalu kembali bersembunyi.

Kini posisi mereka terhimpit dinding gedung dengan dinding yang lain.

Tubuh mereka benar-benar saling berdekatan karena dinding yang sempit dan pengap.

"kau.. tadi mau bunuh diri ya?"

Seya menundukkan kepalanya malu.

"Aku tidak mau bunuh diri.. sebenarnya, ah sudahlah.."

"Apanya yang tidak mau ? aku melihatnya dengan mata-

Sstt

Seya menutup mulut Dwight dengan telapak tangannya karena terdengar seperti ada orang yang mendekat.

Namun posisi seperti tu benar-benar membuat wajah mereka sangat dekat. Hingga deru nafas mereka masing-masing bahkan bisa terdengar.

"Ada yang mendekat" bisik Seya sambil mengawasi keadaan sekitar.

"Sepertinya tadi aku dengar sesuatu." Ucap seseorang yang terdengar tak jauh dari samping gudang.

"Sepertinya kau salah dengar, Ayo pergi." Tak lama kemudian kedua derap langkah itu terdengar mulai menjauh dari tempat itu.

Seya melepas tangannya yang tadi ada dimulut Dwight.

"Mereka Sudah pergi jadi, ayo pergi." Ucapnya sambil Melangkah kedepan namun,

SRETT

Dwight menariknya ..

"A-Apa?"

"Aku sudah menolongmu, Bukankah kau harus membalas budi ?"

"Apa? Kau menggagalkan rencanaku. Bukan menolong ku."

"Oh jadi tadi benar2 mau bunuh diri ya?"

"bukan.. ah, baiklah, kau mau apa ?"

"Emm..."

Dwight mendekatkan kepalanya pada Seya membuat Seya merasa canggung. Dwight tersenyum manis.

"Apa yaaa?.."

"Cepatlah" desak Seya.

"Jadilah pacarku"

"Hah?!"

.

.










DWIGHT (Completed - Revised)Where stories live. Discover now