"Dan aku mirip Ayah? Pasti kau akan bicara begitu." Seungmi melepas seatbelt-nya dengan malas. Seungcheol memandangi putri bungsunya dengan sendu. Baru kali ini Seungmi terlihat kesal saat disebut mirip dirinya.

***

"Saya menaruh harapan besar padamu, Lee Minhyuk." Pelatih Choi menepuk pundaknya. "Kau tampan, prestatif, performamu di lapangan juga bagus. Dengan citramu yang bagus itu, kau paling cocok menjadi bintang iklan untuk sponsor kita nanti."

Minhyuk terdiam. Jadi ini alasan Pelatih Choi menyuruhnya berganti pakaian setelah latihan. Ia akan disertakan menjadi bintang iklan salah satu produk yang mensponsori klub sepak bola nya. Bukannya ia tidak mau melakukannya. Namun mengingat jadwal latihan yang sudah padat saja membuatnya tidak dapat membayangkan bagaimana lelahnya jika mendapat tambahan jadwal shooting iklan.

"Tapi pak.. Latihan kita kan sedang padat, jadi-"

"Shooting dan pemotretan hanya beberapa hari saja. Nanti saya berikan waktu dispensasi selama itu."
Tidak ada alasan lagi bagi Minhyuk untuk membantah. Lagi, nasib klub sepak bolanya bergantung pada sponsor besar ini. ia harus melakukannya sebaik mungkin.

"Baiklah, nanti saya beritahu lagi jadwal shooting-nya, ya. Tadinya saya ingin mempertemukanmu dengan model yang akan bekerja sama denganmu, tapi sepertinya dia tidak bisa datang. Sekarang, kau boleh pulang."

"Baik. Saya permisi, Pelatih."

Minhyuk meninggalkan ruangan Pelatih Choi dengan lunglai. Selain karena rasa capai, ia masih tidak bisa membayangkan betapa padat jadwalnya nanti setelah menjadi bintang iklan.

Ia meraih ponselnya. Seperti biasa, ia membuka aplikasi galeri foto-nya dan menatap foto Seungmi sambil berbincang satu arah. Lelaki itu tersenyum lebar.

"Seungmi, Oppa akan menjadi bintang iklan. Apakah kau akan senang melihatku di TV?"

Bruk!

Seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah dengan Minhyuk menabraknya hingga ponsel di tangannya terlempar ke lantai.

"Oh, maaf."

Minhyuk menatap sang penabrak. Seorang wanita bermata besar dan berambut bob itu tampak menyesal. Parasnya yang cantik itu tampak tidak asing.

Beberapa detik kemudian ingatannya kembali pada ponsel yang baru saja terlempar satu meter dari tempatnya berdiri. Segera ia pungut benda tipis itu dari lantai. Layarnya retak dan ponselnya mati total.

***

"Layar ponselnya bisa diganti. Tapi seluruh data di ponsel akan terhapus karena ponsel harus di-reset ulang," ujar teknisi service ponsel.

"Semua datanya?" Minhyuk membelalak. Seluruh nomor kontak teman, file-file penting dan berbagai foto kamera ponselnya belum ia back up.

Satu-satunya foto Seungmi yang ia miliki juga ada disana.

"Ya, ini karena benturan pada ponsel mengenai sistem software-nya. Kecuali data memori eksternal. Apakah anda mem-back up datanya kesana?"

"Tidak. Aku tidak menggunakan kartu memori eksternal di ponsel itu." Minhyuk menjawab dengan lesu. "Baiklah, tolong perbaiki saja layar ponselnya."

Minhyuk meninggalkan counter servis ponsel setelah mengurus perbaikan ponselnya. Ia berjalan lemas hingga tak menyadari wanita itu masih mengikutinya.

"Maafkan aku. Aku akan mengganti semua biaya perbaikannya."

"Oh, terimakasih, tidak perlu," Minhyuk menolak dengan halus.

B[L]ACKSTREETWhere stories live. Discover now