“Enak aja anak panda. Emang aku gendut apa?”

“Mending aku bilang anak panda apa anak kadal?” ledek Carlos seraya menaikkan satu alisnya.

“Carlos!”

“Ya udah ayo masuk,” ajak Carlos.

♦♦♦

Setelah makan malam selesai, Sye mengantarkan Tresya yang akan pulang sampai ke depan. “Hati-hati ya, Kak. Sering-sering main ke sini buat nemenin aku. Asal jangan sering-sering main sama Bang Carlos aja, nanti auranya jadi ikutan negatif kayak dia,” ucap Sye pada Tresya.

“Heh ngomong apa kamu? Awas ya, kalo minta anterin beli marshmellow,” ancam Carlos.

Tresya tertawa kecil melihat tingkah kakak beradik yang sangat ia sayangi itu. “Udah-udah. Sye, kamu jaga kesehatan ya. Cepet sembuh, jangan kecapean. Kalo kamu udah sembuh, nanti aku ajak jalan-jalan sama Carlos. Gratis,” tutur Tresya antusias.

“Yes! Akhirnya hambamu ini bisa berhemat walaupun hanya sekali,” ucap Carlos seraya mengangkat tangannya seolah berdoa.

“Ih kata siapa? Yang bayar tetep kamu lah,” ujar Tresya membenarkan. “Emang kamu mau, di omong sama orang-orang ‘Eh liat tuh, masa pacaran ceweknya yang bayarin’. Mau di omong kayak gitu?”

Carlos menepuk jidatnya pasrah. “Iya udah terserah deh terserah. Ya udah sana pulang. Udah ditunggu tuh sama supir kamu. Udah malem juga, nggak baik,” tutur Carlos sok bijak.

“Ya udah, aku balik dulu ya. See you soon all!

Setelah memastikan bahwa Tresya benar-benar sudah pergi, Sye dan Carlos kembali berjalan masuk menuju rumahnya. Namun, sesampainya Sye di ambang pintu, telinganya menangkap suara mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Sye sangat mengenali mobil itu. Mobil berawarna biru metalic milik Qilla itu, kini sudah terpakir rapi di depan rumahnya.

“Hai, Sye!” seru Una yang kemudian berlari menuju Sye lalu memeluknya. “Lo bener udah sembuh ‘kan? Sorry ya, gue cuma bisa nengokin lo beberapa kali doang di rumah sakit,” ucap Una meminta maaf.

“Gimana kabar lo, Sye? Udah mendingan kan?” tanya Qilla seraya memeluk Sye.

Sye mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaan kedua sahabatnya itu. “Ya udah ayo masuk, jangan di luar gini.” ajak Sye yang kemudian berjalan mendahului Una dan Qilla yang mengekor di belakangnya.

Seperti biasa, Sye mengajak Una dan Qilla ke ruang keluarganya untuk sekedar berbincang atau menonton film bersama. “Kalian mau kesini kok nggak ngomong-ngomong?” tanya Sye seraya merapikan macbook-nya.

“Biar surprise kata Qilla,” balas Una yang sudah mulai memakan cemilan yang ada di meja dekat sofa.

Sye memutarkan bola matanya malas mendengar itu. “Surprise banget sih tapi,”

Tanpa mereka sadari, sudah hampir setengah jam mereka berbincang-bincang membicarakan hal-hal konyol yang menurut mereka asyik untuk di perbincangkan. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu rumahnya. Sye berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya. Seketika Sye terkejut ketika melihat bahwa Faldo yang datang kerumahnya. Tapi, kali ini Faldo tak sendiri. Kali ini, ia juga membawa Rey dan Bisma yang ada di belakangnya.

“Masuk, Kak.” ucap Sye mempersilakan.

Sye berjalan mendahului Faldo dan teman-temannya. Sesampainya mereka di ruang keluarga, Una dan Qilla yang melihat bahwa ada Faldo, Rey, dan Bisma pun membulatkan matanya sempurna. Percaya tak percaya bahwa kini tiga laki-laki tampan di sekolahnya ada di depan matanya.

“Ada apa, Kak?” tanya Sye pada Faldo yang kini duduk di depannya.

“Faldo udah cerita semua ke kita tentang kalian berdua. Kalo emang kalian saling nyaman, kita juga seneng kok. Jadi, mulai sekarang kalo lo ada unek-unek yang mau lo sampein ke kita tentang Faldo, lo bilang aja. Siapa tau kita bisa bantu,” ucap Bisma.

“Iya, Kak.”

“Oh iya, lo gimana? Udah baikan?” tanya Rey.

“Udah mendingan kok, Kak,”

“Do, kok lo nggak ngomong apa-apa?” ledek Bisma yang diikuti gelak tawa dari teman-temannya.

“Rese lo.” tukas Faldo seraya melemparkan tatapan sinis ke arah Rey. Kemudian pandangannya beralih pada gadis yang ada di depannya. Semburat senyum terukir di wajah Faldo yang ditujukan pada Sye.

Sye yang melihat itu pun membalas senyuman itu. “Aku bikinin minum dulu ya sebentar,” ujar Sye yang kemudian beranjak dari tempatnya. Belum sempat Sye melangkahkan kakinya ke dapur, Faldo sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. “Gue ikut,”

“Tau deh yang mau berduaan,” sindir Qilla tanpa melirik melirik sedikitpun ke mereka berdua yang diikuti suara tawa kecil dari Una, Rey, dan Bisma.

“Rese lo semua.”

~~~

Rafifah Taqiyah & Septiranny Rizqika

Follow ig : rafifahranny.ofc

Love Is Miracle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang