Teman

1.6K 112 4
                                    

Boboiboy tak tahu harus berbuat apa saat bel istirahat berbunyi. Ingin rasanya dia pergi dari kelas untuk sekadar jalan-jalan atau pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang lapar. Namun, dia masih baru di sini dan dia membutuhkan seorang pemandu yang mau berbaik hati memerkenalkan sekolah barunya. Tak ada satupun orang yang dia kenal di sini, mungkin, kecuali pemuda menyebalkan yang dia yakini masih bernapas di belakang sana. Dia tak tahu dan tak mau tahu apa yang dilakukan orang itu, namun kesunyian yang ditampakkannya sejak tadi semakin membuatnya penasaran dan keyakinan kalau makhluk itu masih bernapas juga semakin diragukan.

Boboiboy menggeleng keras, masih ada banyak orang dan benda di sekitar sini yang bisa dia pikirkan. Misalnya, dua orang gadis yang sedang berdebat di depan sana atau mungkin gambar di papan tulis buatan pak Tarung yang masih membuatnya bertanya-tanya apakah itu gambar kadal atau katak. Apapun itu, setidaknya jangan memikirkan tentang Fang. Namun, sepertinya kendali otaknya mulai bermasalah. Sekeras apapun dia berusaha dia tetap saja memikirkan penyebab diamnya orang itu.

"Apa kau masih waras?!"

Boboiboy menarik napas lega karena orang itu masih bernapas. Sekarang dia punya alasan untuk menatap Fang tanpa harus dicuragia oleh orang yang bersangkutan. Suara ketus itu memang menyebalkan, namun setidaknya hal itu bisa menyingkirkan rasa terasingkan dirinya saat berada di kelas ini.

"Tentu saja." Jawabnya. Mata karamel itu langsung bertembung dengan mata merah tajam milik lawan bicaranya ketika Boboiboy berbalik arah. Beberapa buku berserakan di meja, dan salah satu di antaranya terangkat dan Fang kembali menutup pandangannya dengan buku tersebut.

"Bagus! Setidaknya kau tidak menggeleng dan berbicara sendiri, atau menatap seluruh kelas seperti orang bingung." Fang tetap menatap bukunya dan berbicara seenaknya tanpa memedulikan seseorang yang mulai kesal di depannya.

"Apa? Itu artinya kau memerhatikanku sejak tadi?" Boboiboy tidak tahu kenapa pipinya tiba-tiba memerah saat menyadari hal itu.

"Maksudmu, aku memperhatikanmu diam-diam dan kau sejak tadi gundah karena memikirkanku, begitu?"

"Bagaimana kau tahu?"

Boboiboy langsung membekap mulutnya karena tak sengaja mengakui kebodohannya. Sedang Fang, tiba-tiba saja menghentikan sesi membacanya dan tertawa keras. Dia menatap wajah Boboiboy yang terlihat lucu saat gadis itu menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan.

"Jadi kau benar-benar memikirkanku? Padahal aku cuma menebak tadi." Fang berhenti tertawa, namun seringai yang masih tertinggal di wajahnya membuat Boboiboy semakin salah tingkah. Gadis itu memalingkan wajah, tak tahan berlama-lama menatap wajah menyebalkan milik Fang.

Fang yang melihat tingkah kekanakan Boboiboy hanya bisa menaikkan sebelah alisnya. Lalu saat gadis itu menggembungkan pipi dan melipat kedua tangannya, Fang tiba-tiba mendapat sebuah sebuah ide.

"Ekhm..." Fang berdehem, suaranya sengaja ditinggikan untuk menarik perhatian Boboiboy. "Kau tidak bosan  di kelas? Mau aku temani keliling sekolah?"

Boboiboy yang awalnya tak peduli menegakkan telingannya. Dia kembali berbalik dan menatap tak percaya. Fang hanya tersenyum ramah untuk meyakinkan gadis di depannya. Boboiboy mengerjap-ngerjap lucu, dengan polos dia bertanya untuk memastikan. "Benarkah?"

"Tentu saja..." Pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan melewati Boboiboy, "...tidak."

Tik

Tik

Tik

Entah butuh waktu berapa lama agar otak Boboiboy bisa mencerna. Yang jelas saat dia sadar dan meneriakkan namanya, orang itu lebih dulu menghilang dari pandangannya.

Cemara [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang