Treat her too much, please?

6 1 0
                                    



Gimana tidak hancur, memangnya dia anggap apa hatiku. Besi baja, Batu bata, Beton bangunan?
Jika memang iya maaf saja nih, itu semua pun akan runtuh jika memang sudah waktunya runtuh dan terus-terusan di terjang hujan dan badai.

Sekarang mengerti di mana letak masalahnya, bukan?

Lelaki di depanku sudah menghabiskan kopi latte nya dan sudah tandas sekitar 5 menit yang lalu. Tapi dia belum mengucapkan sepatah katapun kepadaku, sial memang.

"Hujannya udah berhenti, pulang aja kali ya." Ucapku pada diriku sendiri yang sebenernya adalah menyindir lelaki di depanku ini yang sekarang sedang mengotak-ngatik poselnya dengan mode landscape.

"Kamu mau kemana?" Dia bertanya, oh baguslah artinya kehadiranku masih dia anggap.

"Pulang dong, ngapain di sini, nungguin orang yang katanya mau ngejelasin sesuatu eh malah asik sama dunianya!"

"Yaudah aku anter."

"Apasih," tolak ku langsung apa-apaan seenak jidat kalo ngomong. Urusin tuh game online-mu.

"Please, don't be like this. Say anything what you want."

"Oh."
"Gue ini siapa elo sih, Lar?"

Gelar tetap diam tidak menjawab.

"Gue pacar lo bukannya ingin mengharapkan kabar yang selalu indah, gue mau di saat lo jatuh gue pengen tetep ada di samping lo, enggak kaya gini. Lo egois, lo ngebiarin gue terus berfikir negatif atas semua tindakan lo. Gue kesini minta penjelasan, bukan dicuekin kaya gini. Are you kidding me?"

"Kay? Are you okay?"

"Okay? Kamu fikir aja sendiri."

PSEUDOKATAKde žijí příběhy. Začni objevovat