Bab 1

608 245 376
                                    

          💮***********************💮

"Ma-af Ma-nda, bo-leh a-ku du-duk di.." ucap Nuri terbata - bata, terusik dengan ucapan perempuan yang mengganggu aktivitas makannya, ia pun langsung memotong ucapan perempuan itu.

"Lo siapa? apa pantes perempuan seperti lo duduk sama gue? mendingan lo beli kacamata model baru, kacamata lo ga enak dilihat." Manda menajamkan pandangan menatap dan menilai Nuri dari bawah sampai atas.

Nuri yang sudah tau akan respon yang di dapatkannya hanya bisa diam tidak dapat menjawab. Kejadian ini sudah menjadi tontonan menarik, mereka hanya bisa menonton tanpa ada yang membantu lebih tepatnya malas berurusan dengan si mulut mercon.

"Kok diem sih, ga punya uang ya? apa perlu gue kasih uang?" tanya Manda tanpa belas kasih seolah - olah orang di depannya itu bukan manusia.

"Ma-af..." mohon Nuri sambil menahan air mata yang sedikit lagi akan jatuh.

"Minta maaf? lo kira sekarang lagi lebaran? Yaudah minal aidin wal faizin mohon maaf lahir batin yaa... nafsu makan gue udah hilang jadi tuh tempat duduk buat lo aja, dan juga.." Manda tidak melanjutkan ucapannya, ia berdiri dan langsung menyiram Nuri dengan es buah.

Byurr (Suara es buah)

"Lo seharusnya ngaca dulu, punya kaca kan di rumah? apa perlu gue beliin kaca?" ucap Manda dengan pandangan meremehkan.

Manda segera pergi meninggalkan Nuri yang menangis tersedu-sedu, orang sekitar hanya menatap kasihan Nuri yang menjadi bahan nyinyiran si mulut mercon. Mereka tidak bisa membantu apalagi melawan.

      🍂**************************🍂

Di lain tempat, Bara berhasil memenangkan kasus sengketa hak milik tanah senilai miliaran. Menurut nya kasus ini mudah sekali untuk di menangkan.

"Pak Bara, terima kasih sudah membantu saya. Apa yang pak bara inginkan sebagai hadiah?" tanya Pak Bambang menawarkan imbalan kepada Bara karena memenangkan kasusnya.

"Hahaha... tak usah Pak Bambang, saya hanya bekerja sesuai dengan profesi saya." Bara menolak tawaran secara halus dan melanjutkan "Tapi... saya hanya menginginkan ketika saya membutuhkan nya saja dan sekarang saya tidak membutuhkannya mungkin nanti."

Pak Bambang mengerti akan ucapan tersirat penuh makna yang di lontarkan Bara "Baik Pak Bara, saya mengerti dan akan menunggu waktu itu tiba, silahkan diminum teh nya."

   🍂****************************🍂

Sehabis pulang kuliah, Manda mampir ke kedai bakso pinggir jalan langganannya, ia lebih menyukai makanan yang berada di pinggir jalan dibandingkan makanan mahal restaurant.

"Mang mamat, bakso nya satu yaa..." pesan Manda.

"Sip, ditunggu Neng."

Hari ini kedai bakso Mang Mamat sangat ramai pembeli, Manda kesulitan mencari tempat duduk yang kosong. Hanya ada satu tempat duduk kosong dan itu bersebelahan dengan laki - laki yang wajah nya lumayan ganteng tapi terlihat angkuh, mau gak mau Manda duduk berhadapan dengan laki - laki itu.

"Nih Neng, bakso spesial untuk Neng Manda yang lagi gegana, gelisah galau merana hahaha" ledek Mang Mamat.

"Mang Mamat tau aja sih heheh, kan Manda jadi malu."

Hanya dengan Mang Mamat saja lah Manda bisa lebih manusiawi dengan tidak menggunakan nyinyirannya. Manda sudah menganggap Mang Mamat sebagai ayahnya sendiri, mengenai orang tua kandungnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat 7 tahun silam dan membuat sikap Manda menjadi seperti ini manusia tanpa hati.

"Neng, itu disamping lalaki kasep pisan gebet atuh Neng " Bisik Mang Mamat yang tanpa disadarinya terdengar oleh Bara.

"Mang Mamat mah, emang saya perempuan genit kalau ada jantan ganteng dikit langsung deketin " bisik Manda menutupi rasa canggung dan pembicaraan mereka masih terdengar oleh pendengaran Bara.

"Beneran nih ga suka sama tuh lalaki? denger - denger lalaki itu Pak Pengacara terkenal terus.." ucapan Mang Mamat terpotong karena ada pembeli, "Yaudah ya Neng, ada pembeli lagi. Mang Mamat tinggal dulu." lanjut nya.

"Oke Mang." Manda pun makan dengan rasa canggung karena tempat duduknya berhadapan dengan laki - laki Angkuh itu. Sedangkan yang menjadi objek pembicaraan hanya serius membaca buku setebal skripsi dan seolah - olah hanya dirinya yang berada ditempat ini.

"Nih laki - laki manusia bukan sih, dari tadi serius banget baca tuh buku. Bakso didepannya aja dianggurin, mendingan baca buku di kantornya aja daripada disini. Udah tau banyak yang beli bakso dan butuh tempat duduk eh nih laki - laki bukannya kasih tempat duduk dan pergi. Malahan..." batin Manda.

"Sudah puas melihat saya, apa itu membuat anda puas menjadikan saya bahan khayalan di otak kotor anda?" tanya Bara dengan tenang nya sambil mengalihkan pandangan dari setumpuk berkas ke perempuan yang sedari tadi mencuri pandang ke arahnya.

        💮***********************💮

Hai hai.... Semoga suka ya sama cerita nya 😊. Bintang ⭐ dan komentar nya ditunggu ya 🙏🎉.

Satu Atap Beda Pendapat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang