Dunia Nadhira Special Ramadhan 2018

31.8K 5.8K 1.1K
                                    


"Umi hari ini masak apa?" tanya Bila saat memasuki dapur dan melihat ibunya sedang sibuk memetik sayuran.

"Masak selada air sama ikan goreng, Kakak suka kan?"

Bila mengangguk. "Mau Bila bantu?"

Nadhira tersenyum, memasuki usianya yang ke lima tahun, Bila semakin pintar dan juga sopan. Nadi bersyukur sekali dianugrahkan anak-anak seperti Bila dan Afnan, juga calon bayi di dalam perutnya. Ini kehamilan ketiga Nadhira, sudah memasuki bulan kedelapan, bulan depan mereka Insya Allah akan mendapat tambahan anggota keluarga.

"Kakak ajarin Afnan belajar aja boleh?" kata Nadi pada Bila.

"Afnan lagi main puzzle sama Budhe."

"Ya udah, ini Bila bantu Umi pisahin daunnya ya, yang warna kuning jangan dimasukin ke sini," kata Nadi pada Bila.

Bila mengangguk dan mengikuti intruksi Nadi. Nadi memang punya aturan ketat kepada kedua anaknya, mereka berdua punya jam tertentu untuk menonton televisi dan sebisa mungkin Nadi dan juga Sakha meminimalisir penggunaan gadget pada keduanya. Nadi lebih memilih Bila dan Afnan belajar dari buku-buku. Selain karena takut ketergantungan, penggunaan gadget terlalu lama pada anak akan menimbulkan efek tidak baik, apalagi pada mata, jangan heran kalau anak-anak sekarang masih kecil sudah menggunakan kacamata, karena saat bayi pun sudah diajari untuk menggunakan gadget. Belum lagi aplikasi yang kurang mendidik yang banyak ditemui di zaman sekarang. Sakha benar-benar tegas untuk masalah ini.

Di bulan puasa seperti ini, Nadi bisa pulang lebih cepat saat bekerja, jadi dia bisa meluangkan waktu untuk memasak di rumah, walaupun masakannya yang sederhana saja. Puasa kali ini berbeda dengan puasa sebelum-sebelumnya, karena saat ini mereka harus berjauhan dari Sakha, yang sedang menjalani Diklat di Badan Diklat Kejaksaan RI di Ragunan selama dua minggu.

"Abi pulang tiga hari lagi ya, Umi?" tanya Bila.

Nadi mengangguk. "Insya Allah, iya."

"Abi kenapa jarang telepon Umi?"

Nadi tersenyum menenangkan Bila. Anak pertamanya ini memang dekat sekali dengan Sakha, ditinggal hampir dua minggu ini membuat Bila terkadang suka menangis sendiri ketika teringat ayahnya itu. "Abi kan lagi belajar, jadi nggak bisa telepon. Abi telepon Umi malem-malem, Bila sama Afnan udah tidur."

"Bila kangen," gumam anak itu.

"Umi juga kangen, sabar ya, Kak."

"Dedek di perut Umi kangen Abi juga?" tanya Bila sambil membulatkan matanya yang indah itu.

"Kangen juga, kangen suara Abi," kata Nadi sambil mengusap perutnya lembut.

*****

"Assalamualaikum..." ucap Sakha saat menelepon Nadi. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Sakha baru saja pulang dari masjid.

"Waalaikumsalam, Mas. Gimana hari ini?" tanya Nadi.

"Alhamdulillah, lancar. Gimana kamu sama anak-anak?"

"Bila nanyain kamu tadi siang, katanya kangen. Kalau Afnan sibuk main, terus kecapekan makanya jam delapan tadi udah tidur. Kalau Adek, dari tadi ngajak main terus di perut aku," jawab Nadi.

"Kangen banget sama kalian. Bila puasanya lancar?"

"Alhamdulillah lancar." Bila memang sudah diajarkan untuk puasa, ini adalah tahun pertamanya ikut berpuasa, hari pertama, Bila hanya bertahan puasa hingga dzuhur lalu lanjut lagi hingga magrib, namun memasuki hari keempat, Bila sudah bisa tahan hingga satu hari penuh.

"Kamu gimana puasanya?"

"Alhamdulillah lancar juga." Nadhira memang tetap ikut menjalani puasa, dia sudah melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan dan kandungannya sehat, tekanan darahnya normal dan semuanya baik, hingga Nadi bisa menjalankan puasa, dengan catatan nutrisinya tetap terpenuhi saat sahur dan buka puasa, 2500 kalori per-hari dengan keseimbangan nutrisi yang ada.

Dunia Nadhira (DI HAPUS SEBAGIAN) TERBIT DI TOKO BUKU JANUARI 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang