Sera mendelik menatap suasana yang semakin chaos, ia dapat melihat raut emosi yang kini mendominasi wajah charming laki-laki berjaket hitam tadi. Laki-laki itu bahkan sampai berdiri untuk menyejajari tatapan seorang bartender yang entah sejak kapan menjadi objek makiannya.
Meskipun suara musik yang mengentak-entak tak keruan kini berhasil memenuhi ruang pendengaran Sera, namun dengan samar, gadis itu masih dapat mendengar teriak, caci dan maki yang belum terputus dari objek perhatiannya.
Orang-orang di sekitar Sera turut mengalihkan perhatian mereka pada keributan yang terjadi di meja bar. Beberapa orang mulai ikut campur ke area pertempuran laki-laki berjaket hitam versus si bartender. Dan dapat dipastikan, mayoritas dari mereka ada di pihak si bartender.
Entah apa masalahnya, tiba-tiba laki-laki itu menyerang beberapa orang di sekitarnya yang mulai ikut campur. Satu bogem mentah hampir saja mendarat mulus di pipi seseorang, namun beruntung orang itu berhasil menepisnya.
Bukannya melerai, mayoritas orang-orang di sekitar malah mengeluarkan ponsel masing-masing. Berusaha mengabadikan momen seru yang saat ini bergulir di depan mereka.
"Jev! Dia bisa mati dihajar rame-rame kalau gitu caranya." Sera kembali bersuara, alisnya bertaut kesal. Entah kesal pada siapa.
"Udah biarin aja, nggak usah ikut campur. Lo lihatin gue aja sini, nggak usah ngelihatin mereka." Jev mengarahkan kedua tangannya ke kepala Sera, berusaha mengalihkan perhatian gadis itu dari keributan di belakangnya.
Cepat-cepat Sera menepis tangan Jev dari kedua pipinya. "Gue mau ke sana ah!"
"Muke gile! Lo mau ngapain?" Jev membelalakan matanya, refleks tangannya kembali mencekal pergelangan tangan Sera.
"Orang sadar yang nontonin orang mabok versus sekumpulan orang mabok, terus bukannya ngelerai malah bikin video, namanya nggak ada otak!" Sera berseru kasar, menyindir beberapa orang di sekitarnya yang justru sibuk dengan ponsel masing-masing.
Jev menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan sebelah tangannya yang masih bebas. "Orang sadar yang mau ngelerai orang mabok versus sekumpulan orang mabok, apalagi cewek, namanya juga nggak ada otak, woi!" balas Jev.
Tak mengindahkan raut panik dari wajah Jev, Sera melepas paksa cengkeraman tangan laki-laki itu. Tanpa rasa takut, gadis itu kemudian berlari membelah kerumunan orang yang semakin ramai.
"Ra! Sera!! Jiah ni cewek! SERA!!!" seru Jev frustrasi. "Sera!!! Gue bisa beneran dibunuh sama Bli Radi!" lanjutnya seraya mengikuti langkah Sera yang semakin cepat.
***
Jev menatap frustrasi ke arah kursi belakang mobilnya. Pandangannya tertuju pada seorang laki-laki yang kini tengah tertidur–atau lebih tepatnya teler–di kursi tersebut.
"Hus! Ngeliatinnya jangan sampe segitunya dong. Mentang-mentang charming! Udah pindah haluan lo? Sekarang demen laki? Terus itu Fiona mau dikemanain?" Ocehan Sera barusan refleks dihadiahi toyoran oleh Jev.
"Eh! Wonder Woman, pahlawan kebajikan! Mending sekarang lo mikir deh, ni orang mau dibawa ke mana? Hobi kok cari masalah?! Ngajak-ngajak pula!" sungut Jev yang kini kesal maksimal.
Saat ini jam telah menunjukkan pukul setengah tiga dini hari, tetapi mobil Jev masih belum beranjak dari area parkir kelab. Terang saja, si empunya saja bingung harus membawa mobilnya ke mana.
"Lo masih kesel ya, Jev?" tanya Sera nyaris mencicit, berusaha memancing iba dari lawan bicaranya.
Namun Jev malah melengos, tak ia pedulikan tatapan sok dimelas-melaskan penuh tipu daya yang saat ini Sera pasang di wajahnya. Baginya, kali ini Sera sudah keterlaluan.
ESTÁS LEYENDO
With or Without You
RomanceSetelah hampir lima tahun berpacaran. Juno tiba-tiba memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Sera, tanpa alasan. Sera yang dulu menjadi bagian penting bagi hidup lelaki itu, mendadak menjadi tak ada artinya, sama sekali. Seharusnya Sera membenci...
Double Trouble
Comenzar desde el principio
