"I'll never find anyone to replace you. Guess I'll have to make it thru, this time." – Estranged (Guns N' Roses)
***
"Lo udah janji sama gue ya, Ra. Mau nggak mau lo harus sportif." Jev menyesap punch miliknya, kemudian kembali meletakkannya di atas meja. Matanya dengan was-was terus mengawasi Sera, tak membiarkan gadis itu lepas dari pandangannya barang sedetik pun.
Sera tak menanggapi, gadis itu malah menatap antusias cocktail keduanya yang baru saja datang. Telinganya tiba-tiba tuli, jangankan Jev, Helicopter milik Martin Garrix yang saat ini menggema ke seluruh ruangan pun tiba-tiba hanya terdengar seperti bisikan.
"Ra! Lo dengerin gue nggak sih?" Jev bertanya kesal. Laki-laki itu menahan sebelah tangan Sera yang hendak menyambar gelas cocktail di depannya.
Kesal, Sera memutar arah pandangnya. "Iya iya! Ini yang terakhir kok! Lagian kalau nanti Bli Radi nanyain, gue nggak bakalan bilang perginya sama lo. Gue jamin kepala lo bakalan tetep ada di tempatnya!"
"Ini bukan masalah Bli Radi, Ra. Tapi elo!" seru Jev yang masih mencengkeram pergelangan tangan Sera. Matanya menatap khawatir ke arah sahabatnya yang kini terlihat semakin kacau.
Saat ini, keduanya sedang berada di salah satu kelab di daerah Legian. Memenuhi hasrat Sera pasca menerima telepon Mario sore tadi.
Awalnya Jev memang menolak permintaan Sera yang satu ini, tetapi tak lama hatinya luluh juga. Lagian, sejak kapan Jev bisa menolak apa yang Sera minta? Sekalipun taruhannya kepala, asalkan gadis di depannya ini bisa merasa lebih baik, maka akan ia penuhi.
Sera menarik paksa pergelangan tangannya, dengan gerakan cepat gadis itu kembali meneguk minuman pesanannya. "Lo serius cuma pesen punch doang? Nggak mau nambah yang lain? Mumpung gue bayarin nih," tawar Sera santai, berbanding terbalik dengan Jev yang saat ini tak bisa santai sama sekali.
"Nggak!" Jev berseru jutek.
Mengabaikan seruan Jev barusan, Sera kembali bersuara. "Gue kan dari tadi udah ceritain semuanya, sekarang lo ngomong apaan kek. Hibur gue dikit kek! Malah marah-marah!"
"Lo yakin si Juno itu nggak sakit?" Tiba-tiba Jev bertanya asal, memancing kernyitan bingung pada dahi Sera.
"Maksud lo?"
"Ya gue masih bingung aja Juno itu kenapa. Apa jangan-jangan sebenernya dia itu punya penyakit parah terus umurnya nggak lama lagi. Makanya dia mutusin lo, biar nanti kalau dia mati, lo nggak sedih sedih amat gitu." Jev kembali dengan hipotesis asalnya.
Sera menganga, matanya menatap Jev dengan tatapan tak percaya. "Jev... lo masih sering ambil job figuran buat FTV-FTV yang shooting di Bali itu ya? Otak lo isinya jadi kayak script FTV tahu nggak?"
"Gue serius, Sera!" seru Jev, berusaha meyakinkan Sera. "Lagian gue nggak pernah ditawarin jadi figuran! Muka bule gini masa ditawarinnya cuma jadi figuran," lanjutnya yang semakin asal. Sontak Sera menoyor kepala Jev, sebal sendiri dengan teori ngawurnya.
Sera baru akan kembali bersuara, namun keributan di belakangnya berhasil menghentikan niatnya. Penasaran, Sera menolehkan kepalanya ke arah meja bar. Jev bahkan sudah lebih dulu mengalihkan perhatiannya ke arah meja tersebut.
"Ada apa sih?" Sera bertanya, matanya masih belum lepas dari meja bar. Seorang laki-laki dengan leather jacket berwarna hitam kini menjadi objek perhatiannya.
Jev mengedikkan bahunya. "Kan dari tadi gue di sini sama lo. Ya mana gue tahu di belakang lagi ada acara apaan."
"Idih? Ditanya baik-baik malah sinis," ujarnya kesal. Kembali Sera menoleh ke arah meja bar.
YOU ARE READING
With or Without You
RomanceSetelah hampir lima tahun berpacaran. Juno tiba-tiba memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Sera, tanpa alasan. Sera yang dulu menjadi bagian penting bagi hidup lelaki itu, mendadak menjadi tak ada artinya, sama sekali. Seharusnya Sera membenci...
