Part 10

10.1K 419 24
                                    

Setelah pergi meninggalkan Andhara, Azka memilih kembali ke kamar untuk mandi. Tapi saat ia baru saja melewati ambang pintu, ia langsung disambut oleh Bi Sum yang menoleh ke arahnya seraya memberi tatapan sinis. Azka yakin, Bi Sum pasti mulai tak suka padanya karena ia memperlakukan Andhara secara kasar. Seketika Azka pun menghela nafas dan mengutarakan isi hatinya pada Bi Sum, "Saya tahu Bi Sum membenci saya. Tapi Bi Sum harus sadar satu hal, yang memberi gaji Bibi adalah orangtua saya. Jika Bibi tidak suka, silahkan pergi! Tapi jangan harap Bibi bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain." Ucapan bernada peringatan itu, Azka sampaikan dengan penekanan disetiap katanya. Setelah itu Azka memilih untuk membuka lemari dan mengambil pakaian yang akan ia gunakan hari ini.

"Ma-maaf Den," respon Bi Sum gugup. Ia memilih kembali membersihkan pecahan kaca dan bergegas keluar setelah urusannya selesai.

Seulas senyuman sinis tercetak jelas di bibir tipis Azka, saat melihat Bi Sum keluar dari kamar dengan terburu-buru. Pembantunya itu pasti ketakutan mendengar ucapannya. Membuat Azka terkekeh seketika dan bergegas untuk mandi.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Azka pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Namun saat ia baru saja hendak keluar kamar, ia mendengar ponselnya berbunyi. Membuatnya langsung menghentikan kursi roda dan mengangkat telepon dari Danu.

"Halo Dan!" sapa Azka dengan santai.

"Halo bro! Apa kabar lo?"

"Baik," jawab Azka dengan ragu.

"Yakin lo baik-baik aja? Tapi kok lo nggak pernah nongkrong lagi sih? Gue kangen ngumpul di club bareng lo."

Danu adalah sahabat Azka dalam lingkungan pergaulan bebasnya. Ia berteman dengan laki-laki itu setelah masuk SMA, lebih tepatnya setelah ia mengenal Tania. Danu memang tidak tahu perihal kondisi dan kehidupannya sekarang. Karena baginya laki-laki itu sama sekali tidak penting untuk tahu. Lagipula, laki-laki seperti Danu termasuk tipikal sahabat yang hanya ada saat Azka sedang dalam keadaan senang saja. Namun bila ia terpuruk, laki-laki itu pasti takkan perduli. Azka tahu itu karena ia sudah pernah menghadapi beberapa orang yang memiliki sifat seperti Danu. Bahkan Tania termasuk dalam daftar orang-orang itu. Hanya satu yang ia anggap sebagai sahabat terbaiknya, yaitu Andra.

"Males gue," jawab Azka sekenanya, seraya kembali menjalankan kursi roda dengan tangan kirinya saja.

"Ah,nggak asik banget sih lo Ka."

"Ya mau gimana lagi Dan. Mulai sekarang gue udah nggak bisa kumpul bareng lagi sama lo, apalagi main ke club."

"Alasannya?" tanya Danu, yang kemudian terdengar suara kekehan setelahnya.

"Kalau lo mau tahu, dateng ke rumah gue! Nanti gue kasih tahu alamatnya."

"Sip, kapan-kapan gue dateng ke rumah lo."

"Oke. Gue tunggu!" Azka langsung menutup telepon secara sepihak, saat ia menyadari jika ia harus bergegas pergi ke rumah sakit.

"Kamu udah mau berangkat?" Azka yang baru saja sampai di teras dan menghentikan kursi rodanya langsung menghela napas saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Andhara. Entah sejak kapan perempuan itu berada di sampingnya.

The Perfect Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang