Bagian XI

16.9K 2.9K 686
                                    

(~‾▿‾)~ Warning: thor akan mengeluarkan jurus tag humorous-horror.

*ciyaat wattaaa (/ ゚ロ゚)」(」゚ロ゚)/

Yg senang horor, mungkin ini g akan trlalu seram krn baru pemanasan, dan masih sedikit juga (belum mnjdi fokus dari cerita ini). Yg ga kuat horor, silakan balik lagi klo udh kuat

    _________________________________

Hi, Sir, good morning

Have you heard the news coming?

That I'm a disgrace for making them lose face

"Keempat anak sma pengacau Taman Makam Pahlawan terancam dikeluarkan dari sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keempat anak sma pengacau Taman Makam Pahlawan terancam dikeluarkan dari sekolah." Paman Tam yang hatinya durjana membacakan keras-keras kepala berita surat kabar yang dibawanya. Alih-alih memarahiku, dia malah menepuk kepalaku gemas dan berkata, "Keren kamu, Nila. Diskors berapa hari?"

"Lima hari," bisikku lirih, mencoba untuk tidak terdengar bangga karena Mama masih di sampingku, menuangkan teh ke cangkir Paman Tam.

Meski Mama bersikap begitu biasa dan normal, aku tahu tetangga tengah menggunjing. Aku masuk koran tidak dengan piagam atau kalung medali, melainkan satu tape recorder sitaan dan belasan bapak-bapak sekampung berpentungan. Saat dipanggil ke sekolah pun, Mama bukannya sedang dipuji, melainkan menerima ceramah panjang lebar guru BP dan kepala sekolah.

"Ini sudah hari ke berapa kamu tidak masuk?"

"Lima," kataku tercekat. "Besok masuk."

"Teman-teman geng kuburanmu itu juga?"

"Kami bukan—" Aku berdecak. "Enggak tahu. Mungkin. Tapi, yang bawa tape, 'kan, Abu. Semestinya, dia yang dikeluarkan."

Paman Tam tergelak. Suaranya serupa letusan balon di tengah acara ulang tahun anak SD—bikin heboh. Mama dengan sengaja menaruh pantat ceret teh yang panas ke paha Paman Tam saat duduk di sebelahnya. Paman Tam memekik.

"Enggak kerja?" tanya Mama untuk mengalihkan kekesalan Paman Tam yang mengibas-ibaskan kain celananya.

"Ngusir, Kak?" balas Paman Tam. "Aku lagi libur panjang."

"Lagi?" Mama menekan suaranya, tetapi gagal menahan pelototan matanya. "Sihi Tamrin, kapan kamu bisa belajar dari yang sudah-sudah?!"

Dulu, aku akan senang jika mendengar Paman Tam "libur panjang". Itu berarti Grey dan aku bakal sering ditemani olehnya. Sekarang, aku paham kalau itu artinya Paman Tam dipecat, atau kena PHK, atau dia sendiri yang mengundurkan diri. Paman Tam memang jarang bisa cocok untuk bekerja di satu tempat lama-lama. Meski tak ada hubungannya, aku curiga itu juga yang membuatnya tidak kawin-kawin sampai sekarang. Padahal, pacar Paman banyak.

IndigenousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang