eleven

10.6K 245 1
                                    

“Angga?” tanyanya kaget.

Angga tersenyum “Hai,, Tar”

Dari jauh, Ari melihat dengan jelas siapa yang berada di atas motor itu. Lalu cowok itu tersenyum sinis. Seketika ia ingin menghampiri mereka. Ingin rasanya ia lempar cowok di atas motor itu dengan botol air mineral yang ada ditangannya.  Tapi keinginannya, ia redam seketika dan memilih memperhatikan dari jarak yang aman. Ia harus tahu apa yang direncanakan cowok itu.

“Apa kabar?”  tanya Angga. Ia menyadari Ari memperhatikannya dari sana. Tatapannya mengilat, seperti menantang Ari untuk turun dari tahta dan memperlihatkan taringnya.

“Baik” jawab Tari datar. Dalam hati jantungnya udah loncat kesana kemari. Dia tahu kalo Ari pastinya nggak jauh dari tempat dia berdiri. Walau ia tak tahu seberapa jauh jarak itu memisahkannya dengan Ari, tapi ia tetap merasa tatap mata Ari dibelakangnya itu begitu  menusuk. Seperti begitu dekat dengan dengan keberadaannya.

Tahu kalau ada sepasang mata elang yang memperhatikan, Angga melayangkan tangannya. Sengaja mengusap puncak kepala Tari. Seketika Tari mencoba menghindar, tapi gerakannya begitu mudah terbaca sehingga dengan cepat Angga kembali mengusap puncak kepala Tari seperti meminta cewek itu agar tidak menghindar lagi.

Wajah Ari memerah dan mulai memanas. Satu sosok yang ada dia atas motor itu membuat Ari seakan ada di dalam neraka. Dengan cepat ia menenggak air mineral dalam botol yang ada ditangannya. Membiarkan air masuk ke dalam tenggorokkannya dalam beberapa tegukan.

Dari jauh jelas Ari terus menatap keberadaan mereka lekat-lekat. Untuk kesekian kalinya ia menggertakkan gigi saat melihat Angga mengacak-acak rambut Tari-seperti yang sering dilakukannya. Jelas dalam tatapannya saat mata Angga makin berbinar saat cowok itu mengeluarkan sekuntum dandelion dari dalam tas punggungnya dan menyerahkan benda itu pada Tari .

Amarah dalam dada Ari meletup memuntahkan lava dalam bentuk bara  pada tatap mata. Ia meremas botol air mineral yang ada dalam genggamannya. Hingga udara yang ada di dalamnya memaksa tutupnya melompat dari tempatnya. Lalu ia banting benda itu ke tanah. Dengan langkah panjang-panjang ia menghampiri mereka.

“Bener-bener nantang lo ya?!” bentak Ari saat cowok itu tiba disana.

Amarah dalam dada Ari meletup memuntahkan lava dalam bentuk bara  pada tatap mata. Ia meremas botol air mineral yang ada dalam genggamannya. Hingga udara yang ada di dalamnya memaksa tutupnya melompat dari tempatnya. Lalu ia banting benda itu ke tanah. Dengan langkah panjang-panjang ia hampiri mereka.

Seperti baru menyadari kehadiran Ari, Angga langsung basa-basi “Oh,, ada elo Ri! Gue kira mau sampe besok elo sembunyi!"

Kening Ari bertaut. Ia mulai merasakan hal yang ganjil.

Jantung Tari berdegup tiga kali lebih cepat dari biasanya. Tak bisa ia bayangkan jika perang itu pecah di tempat seperti ini. Tak henti-hentinya ia berdoa agar Angga cepat-cepat hengkang dari sini.

“Kenapa? bingung ya?” tanya Angga “Untuk sekarang, gue kasih waktu elo buat bingung. Gue kasih elo waku buat mikir. Tapi besok? Gue pastiin semua enggak akan sama lagi” cowok itu memakai kembali helmnya dan menyalakan motornya. Tatapannya berubah lembut dan  beralih ke Tari “Jangan lupa pesen gue tadi ya Tar!” katanya sambil mengacak-acak rambut Tari. Sedetik kemudian, cowok itu melesat pergi.

Sepeninggal Angga, Ari langsung berbalik. Berjalan cepat ke tempat ia memarkirkan motornya. Dari belakang Tari mencoba menyamakan langkahnya dengan Ari. Dalam hati Tari lega sendiri. Untung perang nggak pecah disini! Dengan cepat Ari sambar helmnya dan memakainya. Tampaknya cowok ini ingin mengejar Angga.

“Emang enggak bisa ya elo langsung pergi dari sini!?” bentak Ari.

“Dia titip bunga ini” kata Tari sambil menunjukkan bunga dandelion tadi.

Jingga Untuk MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang