10. Pesona Suamiku 2

11.7K 495 4
                                    

Aku akui, pria aneh itu, yang tak lain adalah suamiku itu,...dianugrahi wajah yang sangat rupawan. Secara fisik, sosoknya sangat memesona. Dia seorang blesteran. Darah Amerika mengalir di tubuhnya, sedangkan Pak Yusuf, papa mertuaku, asli berdarah Sunda dengan garis wajah lembut dan rupawan.

Tak heran, ketika berpadu membuahkan Revan yang ketampanan berlipat-lipat.
Manik mata berwarna hazel, tajam menusuk. Rahang yang keras menghias wajah.
Rambut agak ikal, uniknya rambutnya berwarna hitam, mungkin gen dari sang papa lebih kuat.

Revan juga gemar berolah raga, tak heran jika memiliki tubuh atletis. Semakin sempurna dan memikat, bukan?

Tak berlebihan jika kusebut sosoknya bak pahatan sempurna Sang Pencipta.

Tapi sayangnya, anugrah itu disalah gunakan. Wina salah satu korbannya. hhhhh....hatiku masih teriris jika mengingat Wina, dimana dia berada sekarang. Apa yang akan kukatakan jika aku malah sekarang menikah dengan....pria yang menyakitinya.
Ohh, aku tak ingin memikirkannya.

Mempunyai suami tampan ampun-ampun sebenarnya bukan cita-citaku, tapi....sudahlah, nyatanya sekarang aku telah berjodoh dengannya, Revan.

Jujur, kadangkala aku merasa aku takut terpesona dengannya. Hey... salahnya dimana? dia suamiku? ...
Tidak, aku tak boleh..terpesona apalagi jatuh cinta. Pria sepertinya pasti akan menyakitiku.

Aku lihat diriku di cermin. Andrea Maharani, aku tidak jelek...bahkan aku cantik, menarik dan...hmm dadaku berisi.
Aku tak percaya Revan tak tertarik...pada..

Hey, Andrea, ... apa yang kau fikirkan...ckk. Masa bodoh dengan penampilanku....Bodoh, bodoh, bodoh...
Memang aku harus peduli ? Aku tak peduli dengan Revan...tidak...
Aku tak peduli jika dia terpikat pada wanita lain yang...cantik...seksi...dan....argghhhhhhhh...

Aku jadi teringat peristiwa kemarin di rumah sakit. Betapa suamiku itu sangat menyebalkan...suka tebar pesona...dan...menarik perhatian lawan jenis...ihhhh...

Aku berjalan menyusuri lorong menuju ke bagian administrasi. Mungkin karena jam besuk, lorong-lorong rumah sakit ini nampak ramai. Menjadikan sedikit tersamar kalau ini tempat pesakitan.

Setibanya di ruang kasir aku tak juga menemukannya, kemana dia? Aku mencarinya ke apotik. Benar saja, dia sedang antri mengambil obat. Aku melihatnya sedang serius menelepon.

Ya, ruang ini ramai sekali, antriannya memang banyak, pantas saja lama, tapi...aku malas mendekatinya. Aku berdiri beberapa langkah dari Revan.

Tiba-tiba dari sampingku seorang pria berkacamata tergopoh-gopoh menghampiri Revan, "Mas, permisi...maaf, Mas," ucapnya canggung.

"Ya, ada apa?" jawab Revan, memasukkan gawainya ke dalam saku.

Revan melirikku, aku mengalihkan pandanganku ke samping.

Pria itu garuk-garuk kepala, " Itu, istri saya...." Telunjuknya menunjuk ke arah wanita yang ada di ujung ruangan.
Revan sedikit bingung, dengan tatapan bertanya.

"Eh, anu, istri saya sedari tadi pengen banget kenalan sama Mas..," ucapnya merasa nggak enak. "Emm, bentar ya, mas, tolong jangan kemana-mana," ujarnya, berlari ke arah wanita yang ditunjuk tadi.

Revan hanya tersenyum tipis, masih bingung. Dia melangkah mendekatiku, belum sempat berkata apa-apa,
pria berbaju biru itu kembali dengan menggandeng sang istri dengan perut besar.

"Istri saya pengen perutnya dielus-elus sama mas, tolong ya mas, bawaan bayi," ucapnya suaminya malu.

Sedang, wanita hamil itu menunduk, tersenyum malu-malu. Aku sedikit terhenyak, menatap heran pada keduanya. Bisa begitu?

"Ohh, emm..." Revan menatapku.

Melihat reaksi Revan, pasangan suami istri itu pun ikut-ikutan menoleh padaku secara bersamaan.
Apa coba maksudnya? Menyebalkan. Aku meraba tengkukku, berusaha stay cool.

"Mbak, istrinya ya, tolong ya, ini bawaan bayi," ucap pria itu mendekatiku, merasa nggak enak. Aku mengangguk, linglung.

Hey, jadi barusan aku mengizinkan? kenapa harus aku, coba? ckk ihhh....

Sedikit ragu-ragu, Revan mendekati wanita berperut besar itu, kemudian jongkok dan mengelus perut buncitnya. "Hai, debay jangan nakal, ya, di dalam sana, baik-baik ya, jagain bunda, ya," ucapnya, sambil melirikku.

...dan kacaunya, beberapa orang mulai memperhatikan adegan...di luar kebiasaan itu.

'Revan!,...huh kenapa jadi romantis gitu sama istri orang' batinku..

Hey...Andrea...kamu apa-apaan sih?' Arrgghhhh....

Akhirnya urusan obat selesai, setelah acara menye-menye buatan ibu hamil, yang sekaligus menimbulkan kehebohan di ruang obat. Bahkan kulihat beberapa orang sempat memotretnya.

Revaannnnn.....arggghhhhh...!





Karena Jodoh Tak Pernah SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang