“Gue ikut. Nggak masalah harus nunggu lo selesai,” Lucie bersikeras.
Sargas memutar bola matanya, tak berminat mengindahkan ucapan Lucie. “Minggir!” suruhnya yang sia-sia karena Lucie benar-benar tidak ingin kalah sekarang. Cewek itu langsung mengambil kunci motor Sargas. “Balikin woy!”
Mata Lucie berkilat. “Pokoknya gue nggak mau pergi. Gue mau ngomong sama lo. Itu aja kok. Cuma bentar. Setelah itu selesai.”
Sargas terdiam, menatap lurus-lurus manik mata Lucie. Ia mendecakkan lidahnya. “Fine! Cepet naik. Balikin kuncinya!”
Segera Lucie menaikki motor Sargas, kemudian menyerahkan kunci cowok itu di akhir. Sengaja, takut dia bohong lagi. Sebelum Sargas menstarter motornya, Lucie langsung memeluk perut cowok itu, dan menyandarkan kepalanya di punggungnya.
“Enak banget kayaknya main peluk-peluk aja,” sindir Sargas.
“Yaudah sih, orang gue yang mau kok!” balas Lucie.
Sargas tak menjawab. Dia memilih melajukan motornya. Jalanan sekitar tampak macet, membuat dia mengumpat dalam hati. Setelah menghabiskan sekitar dua puluh menit untuk bermacet-macet ria, akhirnya dia bisa bernapas lega. Kondisi jalanan mulai mulus. Saat di tengah jalan, tiba-tiba ia merasa sesuatu hampir oleng. Kontan Sargas menghentikan motornya.
“Anjir! Lo tidur, ya?!”
Lucie menegakkan badannya. Dia mengucek matanya. “Nggak! Siapa bilang?”
Sargas mendengus. “Kita pulang sekarang.”
“Eh, apaan sih! Nggak mau pulang!”
“Lo ngeyel banget sih!”
Lucie menatap Sargas dengan melas. “Jangan bawa gue pulang sebelum gue ngomong sama lo.”
“Lo nggak takut gue ngapa-ngapain lo?”
“Lo napsu sama gue?”
“Iyalah! Kan cowok!”
“Terus kenapa tiap gue deketin lo malah menjauh? Cowok kan?”
“Setengahnya!” ketus Sargas. “Ck, lo nyebelin banget sih. Cepetan turun! Udah nyampe!”
Saat ini, mulut Lucie melongo selebar-lebarnya. “Lo nyuruh gue pulang di saat kita udah nyampe tujuan?” Dia langsung menoyor kepala Sargas. “Are you kidding me?!”
Lucie segera turun dari motor Sargas dan melihat sekitar. Rupanya, Sargas membawanya ke danau. Ia menyipitkan matanya kala matanya berhadapan langsung dengan sinar matahari terbenam.
“Cepetan ngomong.”
Lucie menoleh, memandang Sargas yang menunggu dengan ekspresi tidak sabaran.
“Soal itu, gue minta maaf. Gue beneran nggak maksud buat ngomong yang nggak-nggak tentang lo,” kata Lucie.
“Udah gue maafin kok!”
Lucie mengambil napas dalam-dalam, lalu mengembuskan perlahan. Jantungnya masih berdetak kencang. Dia pernah melakukan ini, dan---seharusnya bukan perkara sulit kan? “Dan, gue mau bilang kalau gue sayang sama lo.”
“Udah dengar.”
Tunggu. Apa?
OH! Lucie tahu. Ia tersenyum kecut, tentu saat itu Sargas mendengarnya. Sungguh, ingin Lucie mendorong cowok itu ke dalau sekarang juga.
“Terus kenapa lo diam aja?”
“Karena gue pengin move on dari lo.” Jawaban itu sukses menohok Lucie. Cewek itu menatap Sargas sambil berkaca-kaca. Sargas lalu berkata, “Sori.”
Langsung saja Lucie memeluk Sargas. Semakin lama, semakin erat. Ia menyembunyikan wajahnya di lekukan leher cowok itu. “Gue kangen sama lo. Tolong jangan kayak gini. Gue yakin apa yang lo bilang barusan itu bohong.”
Sargas tak membalas pelukan Lucie. “Jadi habis ditolak Rei sekarang pindahnya ke gue? Gitu? Jelas apa yang gue omongin itu bener.”
Lucie melepas pelukannya. “Siapa bilang? Gue nggak ditolak---karena dari awal gue cintanya sama lo. Gue aja yang bego karena telat sadarnya. Kenapa sih lo selalu sinis sama gue? Oke lo marah dan gue minta maaf. Gue nyesel pernah ngomong begitu. Tapi, lo kenapa sebegitu tega ngebalas gue sih?”
“Gue tahu lo masih sayang sama gue. Cuma lo pengen menghindar aja. Gue nggak peduli kalau lo mau move on. Silakan. Tapi jangan salahin gue kalau gue tiba-tiba muncul pas date kalian dan bilang kalau gue bunting anak lo.”
Sejenak, Lucie mengambil napasnya. Dan Sargas hanya terdiam di dalamnya. Setelah hitungan ke sepuluh, baru dia membuka mulutnya.
“Lo memang bego,” katanya. “Lo bikin gue gagal move on.” Lucie tersentak. Sebuah senyuman terbit dari bibirnya. Begitu pula Sargas. Dia langsung tertawa, dan menarik Lucie ke dekapannya.
“Lo kenapa sebegitu ngebetnya sih? Gue pengen buktiin. Besok gue bawa gebetan gue. Ntar lo—”
“Jangan coba-coba, ya!”
Sargas tertawa. Dia makin mengeratkan pelukannya. Lalu mencium rambut cewek yang tengah dipeluknya. Dan berbisik di telinganya. “Dengerin ya. GUE JUGA CINTA SAMA LO LULU!”
“Dasar gila! Budeg entar woy!” sembur Lucie seraya mengusap-usap telinganya. Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lalu melemparnya ke Sargas. Sontak cowok itu buru-buru membukanya.
You Get Message From Me
From : Sargas
To : Lulu darling.
Lo mau nggak jadi cewek gue?
Traktir es krim dulu :p
“MASYAALLAH!” Terkejut, Sargas mengambil lagi botolnya. Dan mengembalikan isinya dengan tangan gemetar. Dia menatap Lucie dengan senyuman girang.
“Happy birthday! 2 Januari kan?” ucap Lucie seraya menaikkan alisnya. “Yuk, pulang. Lo mau kerja kelompok kan?”
Segera Sargas menggenggam tangan Lucie, dan memajukan wajahnya untuk mencium pipi cewek itu hingga memerah padam. “Biarin aja. Paling udah dikerjain anak-anak.”
Sebelum Lucie protes, Sargas lebih memeluk Lucie dari belakang dan memutar-mutarkan tubuhnya di udara. Membuat Lucie berteriak dan tertawa.
********TAMAT**********
SUBHANALLAH TAMAT JUGAA 🎉.
Bisa dibilang, cerita ini yang paling mulus diantara cerita gue yang lain. Idenya ngalir aja gitu. Belum kena wb sama sekali. Tapi yang bikin lama cuma UN gue doang. dan ini sengaja gue ngebut di hari yang istimewa ini.
Gue mau ngucapin terimakasih buat kalian yang musti dukung gue, baca dan nge vote cerita ini, komen juga. Lapyuu 😘😘
Btw, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan!
Ps: udah ya. Endingnya sampe segitu aja. Gue pusing kalo disuruh bikin extra part nya.
Jupiter, 17 Mei 2018.
YOU ARE READING
You Get Message From Me
Teen Fiction"Jangan lupa nanti passwordnya kalau Kaela bilang 'Biskuit Gula-gula', jawabnya 'Enak dan menyehatkan!'. Kita tunggu penelepon pertama nih!" Tuut .... Tuuut .... Tuuuut .... "Halo?" Lucie terlonjak senang. "ENAK DAN MENYEHATKAN!!" teriaknya duluan t...
t i g a p u l u h [end]
Start from the beginning
