Part 25: Andre dan Adel Versus Centaur

Beginne am Anfang
                                    

Centaur itu terengah-rengah. Rasa sakit dari pisau-pisau daun itu kini mulai terasa. Tatapannya pada Andre penuh dengan amarah. Tak percaya seorang bocah SMA biasa sanggup membuat dirinya babak belur seperti ini. Dia berlari memungut senapan serbu yang terlempar, membalikkan badan dan menembaki Andre.

Andre sudah menyadari ketika centaur itu mengambil senapan serbu. Ketika berondongan peluru datang, Andre sudah bersembunyi di balik pohon. Berondongan peluru dari centaur menghujani segala arah. Setelah tembakan itu selesai, diam-diam, Andre memanjat pohon.

Centaur kini menghunuskan golok dan membabat semua semak-semak. Mencari Andre dan gadis pasir misterius yang membuat jebakan seperti permen karet pada kakinya. Berputar-putar di sekitar situ. Tapi tak kunjung ketemu.

Tahu-tahu, Andre melompat dari pohon. Menaiki tubuh kuda centaur dan menusuk-nusukkan pisau ke tubuhnya. Si centaur melompat-lompat seperti kuda gila dan membawa Andre kembali ke jalan beraspal. Andre mempertahankan dirinya supaya tidak jatuh dengan cara berpegangan erat ke rambut panjang centaur. Centaur itu menusuk-nusuk bagian belakangnya. Tusukan demi tusukan diterima Andre. Karena tidak kuat lagi, Andre terlempar dari centaur. Dua petarung ini sama-sama mengalami pendarahan. Namun, centaur lebih parah karena serangan kejut dari Andre barusan mengenai bagian vital dan lukanya tampak dalam.

Tidak mau kalah, lagi-lagi centaur itu memungut golok dan mulai menyerang lagi. Pandangannya kabur. Dia tahu pendarahan yang begitu parah di titik vital. Tapi seolah-olah tak peduli akan luka-luka tusukan di sekitar leher yang begitu dalam. Yang ada di pikirannya hanya satu. Jika ternyata dirinya harus mati di sini, maka bocah pengendali tanaman ini harus mati juga. Tapi ketika berjarak tiga meter dari Andre, centaur itu jatuh tersungkur karena pasir keras yang mengacaukan keseimbangan kaki. Golok terlepas dari genggamannya.

Andre segera berlari dan memungut goloknya. Pengendali tanaman itu langsung membacok tubuh centaur berkali-kali. Terutama di bagian leher. Darah bermuncratan membasahi pakaiannya. Andre baru menghentikan aksinya setelah kepala centaur itu menggelinding.

Seorang centaur yang melihat pemandangan mengerikan itu langsung murka. Tidak terima temannya terbunuh, dia langsung berderap sambil menembaki Andre dengan sepasang SMG. Bukan hal sulit bagi manipulator untuk mengatasi tembakan. Seperti biasa, dia cukup mengandalkan perisai akar untuk menangkis hujan peluru.

Tiga lempeng pasir muncul dari balik semak-semak. Berputar cepat seperti UFO di film-film alien khas Hollywood. Terbang dan menukik ke kepala centaur. Centaur itu menghentikan langkah dan menembaki lempengan-lempengan pasir. Pasir-pasir itu hancur di udara. Tapi ternyata tidak hanya tiga. Lempengan-lempengan itu terus berterbangan dari sepanjang sisi kanan jalan. Sesekali si centaur menembak semak-semak secara acak. Berusaha membunuh pengendali pasir yang menginterupsi serangannya pada Andre. Tapi sepertinya sia-sia saja. Tidak ada satu pun dari peluru-pelurunya yang berhasil melukai pengendali pasir.

Adel paham serangan pasir bertubi-tubi ini terlalu lemah untuk sekedar melukai centaur. Tapi melukai si centaur bukan tujuan utamanya. Tujuan utamanya adalah menghambat centaur agar memberi waktu untuk Andre. Andre harus melapisi tubuh dan kulitnya seperti batang tumbuhan. Lengkap dengan ranting-rantingnya. Secara prinsip kerja, mirip lapisan perak milik Julio. Meski lapisannya tidak sekuat lapisan perak, paling tidak luka yang disebabkan oleh tebasan atau tembakan tidak terlalu dalam. Sekalian menyembuhkan luka-lukanya.

"FUCK!!!" umpat si centaur.

Murka si centaur semakin bertambah karena aksi Adel. Kini dia malah berderap ke semak-semak tempat Adel bersembunyi. Menembak secara asal-asalan. Wajar saja karena dia tidak bisa melihat dalam gelap. Hutan yang menghiasi depan rumah bising oleh rentetan peluru. Ketika sudah kehabisan amunisi, dilemparkannya dua SMGnya dan mengambil sepasang kapak dari punggung. Dia mulai menebas-nebas ke semak-semak. Kini dia meraung-raung marah.

Sebenarnya, Adel bersembunyi di antara semak-semak dan sebuah batu besar. Centaur itu tadi sempat mengitarinya dua kali bahkan menembak tepat ke arahnya. Tapi karena gelapnya malam dan perisai pasir, Adel tidak terluka. Adel mengintip untuk mengamati pergerakan lawannya. Centaur itu mendengus-dengus seperti kuda liar.

"KELUAR KAU, KANCIL KECIL!!!" bentak centaur.

Adel mendapat ide. Dia melemparkan sebuah batu ke pohon cemara. Terdengar suara gemerisik dedaunan. Centaur itu dengan reflek yang sangat cepat, membalikkan badan dan melemparkan kapaknya. Setelah melihat kilauan logam melesat, Adel langsung melempar sebuah batu lagi. Kali ini melempar ke pohon cemara yang jaraknya dekat dengan pohon cemara pertama. Lagi-lagi si centaur langsung melempar kapaknya lagi. Setelah mengamati kondisi centaur itu dengan baik, rencana Adel sukses. Dia berhasil melucuti senjata si centaur.

Centaur itu menghela nafas berkali-kali. Langkahnya semakin melambat. Kini dia berjalan keluar dari hutan. Seolah-olah kemarahan hilang dari hati dan pikirannya. Sadar karena dengan mudahnya dibodohi.

"Habis berburu kancil di hutan? Dapat tidak?" ledek Andre.

Sekarang Andre sudah full-armored. Dia seperti batang pohon berbentuk manusia. Lengkap dengan ranting dan daun-daun kecil. Hanya muka yang tidak dilapisi. Perisai di kedua tangan semakin padat tapi tetap ringan. Dia juga menggenggam sebuah pemukul kayu besar berduri.

"Sepertinya aku membiarkanmu menjadi kuat, ya?" kata si centaur.

"Ya, terima kasih, centaur," kata Andre.

Mau tidak mau, si centaur harus menghadapi Andre dengan senjata seadanya. Senjatanya sudah dihabiskan oleh Adel. Dia memungut sebatang kayu sisa-sisa pertarungan Andre dengan centaur sebelumnya. Centaur yang kehabisan senjata ini mulai menyerang Andre lagi. Kali ini serangannya tidak sebrutal sebelumnya. Dia mengitari Andre terlebih dulu. Meneliti dimana titik lemahnya. Kemudian dia berderap dan menghantam Andre lalu segera mundur atau melompat ke titik lain. Begitu seterusnya. Polanya lebih fleksibel. Membuat Andre kesulitan menebaknya. Tapi pertarungan segera selesai ketika tiga tombak pasir menembus punggung si centaur. Mata centaur itu mulai berkunang-kunang. Shock atas serangan barusan.

Tentu Andre memanfaatkan momen ini dengan baik. Dia memukulkan pemukul kayu ke kepala centaur. Centaur itu sempat menepis namun tepisannya tidak sempurna. Hanya membelokkan pukulan Andre beberapa derajat. Pukulan Andre tepat mengenai pinggiran kepala centaur. Makhluk itu roboh dan terengah-rengah.

"Kau ...," kata centaur yang terbatuk darah, "Bagaimana mungkin ..."

"Seranganmu sudah berhati-hati. Tapi tetap saja kau melupakan lawanmu ada dua," kata Andre sebelum ayunan goloknya memenggal kepala centaur.

Julio and Black UnicornWo Geschichten leben. Entdecke jetzt