BAB 35

290K 18.8K 630
                                    

"What happen with me?"


Jam dinding warna putih menunjukkan jam delapan lebih sepuluh menit. Langit pun sudah gelap. Tiga anak kecil yang dari tadi ramai sudah tidak ada suara. Bukan tidur tapi mereka sudah dijemput Mbak Ratna anak dari Maya.

Sepertinya membujuk koruptor lebih mudah daripada membujuk anak kecil. Sejak setengah jam lalu berbagai cara sudah Athur dan Milla lakukan untuk meminta ijin pulang dari Kaila. Namun gadis kecil itu masih tetap pada pendirian.

"Besok kakak ke sini lagi kok," ucap Athur yang entah sudah berapa puluh kali.

Kaila mengeratkan genggaman pada jaket Athur.

"Tapi aku mau ditemenin kakak," rengeknya.

"Kaila gak boleh gitu nak. Nanti kalo kak Athur dicariin mama papanya gimana?"

Bibir Kaila semakin mengerucut saat Maya mengatakan hal tersebut. Wajah gadis itu menatap sendu.

"Tapi kak Athur besok harus jenggukin Kaila ya."

Akhirnya!

Milla segera menyanggah.

"Kai kan ada kak Milla."

Kaila mendecak, memandang Milla sekilas.

"Ah bosen masa kak Milla mulu."

Anjir gue dilupakan.

Masam. Milla merasa tersisihkan. Coba ingat siapa yang selalu menemani mereka jika bukan Milla.

Koridor rumah sakit seolah tidak ernah sepi. Tidak pagi, siang ataupun malam pasien selalu berdatangan. Doa Milla hanya satu, semoga Tuhan memberi kesembuhan kepada mereka. Kini mereka sudah berada di luar rumah sakit. Udara malam begitu dingin, namun terasa segar.

"Pakek. Dingin."

Milla menoleh saat jaket jeans menyampir di bahu. Mata Milla menyipit.

"Gak usah sok baik!"

"Gue emang baik. Mata lo aja yang juling."

Milla berdecak.

"Keluar tuh sikap aslinya," sindir Milla memutar bola mata jenggah.

Hari sudah malam, MIlla tidak mungkin pulang sendiri. Ia masih takut akan kejadian saat itu. Kejadian tersebut memberi trauma tersendiri.

Angin menerpa semakin dingin saat Athur memacu kendaraan merah ini. Lampu temaram kota memberi kesan damai. Milla mengeratkan jaket milik Athur. Tidak ada percakapan sedikitpun antara mereka sampai sudah memasuki pekarangan rumah Milla.

Belum sempat Milla turun dari motor, mata sudah disuguhkan pemandangan yang membuat dahi mengernyit.

Sosok cowok berjaket hitam dengan gambar macan di belakang menyita perhatian. Cowok itu berdiri menyadari kedatangan Milla.

"Darpa? Lo ngapain di luar?"

"Nungguin lo."

Wajah Darpati semakin tidak suka saat Athur berdiri di samping cewek yang ia tunggu sejak dua jam lalu.

"Ngapain?" tanya Milla lagi. Setahu Milla saat Darpati ke sini pasti karena ingin bertemu Aldi. Lantas mengapa ia menunggu Milla?

"Mau ngobrol aja."

Mengucutkan bibir, Milla menepuk lengan Darpati.

"Besok aja deh ya. Gue ngantuk."

Mata cewek itu memang sudah merah. Badannya terasa sangat pegal. Ia sangat ingin berbaring di kasur minimalisnya.

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang