READY? VOTE DULU YA :)
1000+vote dan komentarnya untuk bab selanjutnya.
AYO SEMANGAT!!!
•••••
Waktu berjalan begitu cepat. Hingga pukul 23.00, Zac belum juga memberikan tanda-tanda bahwa pria itu akan segera pulang. Sejujurnya, Kesha mencemaskan suaminya itu. Yang bilangnya akan mampir sebentar, hingga saat ini belum juga pulang. Perasaannya juga semakin cemas dan khawatir kala ponsel milik Zac sangat sulit untuk dihubungi. Sudah sepuluh kali Kesha melakukan panggilan, tetapi tak kunjung ada jawaban. Hanya sebuah suara dari sang operator yang memberitahukan bahwa ponsel milik Zac sedang berada di luar jangkauan.
Kini, Kesha sedang duduk seraya menunggu kehadiran Zac. Jujur saja ia sudah mengantuk. Tetapi ia paksakan karena kekhawatirannya kepada pria itu. Beberapa kali juga Kesha berjalan menuju jendela untuk melihat apakah Zac sudah pulang atau belum. Dan jawabnnya, belum. Membuatnya mengembuskan napas panjang.
Hingga pukul 01.00 pagi, Zac tak kunjung datang dan Kesha sudah tak bisa lagi menahan rasa kantuknya. Menunggu itu sangat melelahkan, percayalah. Tidak semua orang menyukai kegiatan menunggu, apalagi saat yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.
Kemudian, Kesha memutuskan untuk berbaringan di sofa yang berada di ruang tengah. Memejamkan matanya dan ia akan tidur untuk sementara. Lima menit kemudian, Kesha tersentak dan langsung saja membukakan kedua matanya dengan cepat. Ia mendengar suara seperti benda terjatuh yang berasal dari luar rumah. Kemudian, ia bangkit dan berjalan menuju pintu utama lalu membukanya. Apa yang dilihatnya saat itu benar-benar membuat kedua mata Kesha membulat secara sempurna. Mulutnya terbuka lebar dan jantungnya berdebar sangat kencang. Ia melihat tubuh Zac yang tergeletak begitu saja di depan rumahnya. Pria itu tak sadarkan diri.
"ZAC!!!" Kesha berteriak histeris dan langsung saja menghampiri Zac yang belum juga sadar.
Begitu mendekat, Kesha meringis dan matanya sudah mengeluarkan air mata. Bagaimana tidak, Zac yang dilihatnya benar-benar membuatnya diserang rasa panik. Ada luka lebam pada kedua pipi pria itu, sudut bibir dan hidungnya mengeluarkan darah yang tak berhenti-henti. Sebelah matanya membengkak dan kemeja yang digunakan oleh Zac telah dipenuhi oleh noda bekas injakan seseorang.
Kedua tangan Kesha gemetar saat meraih dan membangunkan tubuh Zac. Tangisnya sudah pecah melihat kondisi suaminya yang mengenaskan itu. Dengan susah payah, ia membopong tubuh Zac yang besarnya dua kali lipat dibandingkan tubuh Kesha. Tubuh Zac langsung saja dibaringkan di atas sofa dan Kesha merentangkan kedua kaki suaminya itu. Sebisa mungkin ia menghentikan isak tangisnya, tetapi tidak bisa.
"Zac..." lirih Kesha serara mengecek kondisi Zac yang belum juga sadar. Kesha masih bersyukur karena suaminya itu tidak meninggal. Ia masih bisa mendengar napas dan detak jantung Zac.
Kesha berniat akan mengobati luka Zac dengan mengompresnya menggunakan air hangat. Ia mulai bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju dapur dengan isak tangis yang belum reda. Tetapi, saat ia akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja tangannya dipegang oleh Zac.
"Kesha..." Zac memanggil dirinya dengan suara yang serak dan parau.
Mata Kesha melihat Zac yang mulai sadar. Kemudian ia kembali merendahkan tubuhnya dan menggenggam erat tangan Zac. Memberikan ketenangan kepada suaminya yang baru saja babak belur.
"Iya?"
Zac tak menjawabnya. Ia justru memegang tangan istrinya dengan erat. Tersenyum sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi, kenyataannya Zac tidaklah baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]
RomanceSUDAH TERBIT. SILAKAN BELI DI GRAMEDIA ATAU BUKABUKU.COM [ COMPLETED • SEBAGIAN BAB TELAH DIHAPUS ] #1 in Romance, 11 July 2018 ••••• "Kamu itu cuman partner sex aku, bukan istri aku. Ingat! Aku nggak pernah cinta sama kamu. Pernikahan ini murni kar...