2.9

506 51 40
                                    

(NOW PLAYING : ONE DIRECTION - FIREPROOF)

"Her, yel, gua mau minta maaf. Gua sadar kal--"

"Basi jen! Gua sama Niall gabutuh kacang yang lupa kulit!"

"Loh Her, ini gua makan kacang kulit"

"Bacot lu yel! Diem aja dulu!"

"Ohh oke"

Zayn hanya bisa terdiam. Dia tau dia pantas menerima semua makian dari teman-temannya.

"Her, gua tau gua salah, tapi tolong kasih gua kesempatan sekali lagi buat kembali kayak dulu. Gua sadar kalau rokok ga bikin gua jadi laki-laki sejati, malahan malah bikin gua kayak orang linglung. Her, gua mohon!"

Hery yang semula duduk langsung berdiri dan mencengkram kerah Zayn.

"Lu tu bener-bener gapunya muka ya?! Lu udah bikin gua malu didepan anak kelas, udah bikin Niall pingsan, trus lu berharap gua bakal maafin lu gitu aja?! Zayn, lu tau ga? Waktu pertama kali kita ngerokok trus ngebolos, Niall dimarahin habis-habisan sama Bu Leni gara-gara kita kekantin duluan, sedangkan kita malah enak-enakan ngerokok! Dia dihukum lagi keliling lapangan! Lu tau ga?!"

Tubuh Zayn bergetar, dia menangis. Dia baru tau kejadian itu, dan dia baru pertama kali melihat Hery semarah itu padanya.

Mata Hery memerah suaranya pun mulai bergetar. Mati-matian dia menahan air mata yang dari tadi ia tahan-tahan. Harry memukul tembok yang ada dibelakang Zayn. Seumur ia bersahabat sama Zayn, baru kali ini ia merasa sangat emosi. Hery lebih dulu kenal Zayn dibanding Niall.

Orang tua Hery dan Zayn bersahabat dekat dari masa sekolah, dan hal itu menurun ke anak mereka. Dari mereka belum bisa berbicara sampai menjadi anak SMA mereka sering berdua. Dulu Zayn sering mendapat bullyan dari teman-temannya karena Zayn pendiam, dan badannya kecil. Dia tidak pernah membalas perlakuan teman-temannya. Hanya Hery satu-satunya orang yang mau berkawan dengannya. Badan Hery yang besar membuat teman-temannya yang lain takut kepada Hery.

Dulu, setiap Zayn dibully, Hery selalu memukul orang tersebut. Sampai suatu hari kakak dari salah satu orang yang dipukul Hery membalas kelakuan Hery. Zayn sangat takut, takut Hery kenapa-napa. Tapi akhirnya Hery malah mematahkan kaki orang tersebut yang membuatnya harus mendapatkan surat panggilan. Setiap kali Zayn bertanya padanya apakah dia baik-baik saja Hery selalu menjawabnya dengan cengiran khas nya bahwa ia baik-baik saja.

Hery menghentikan semua ingatan masa lalunya, ia tidak tahan lagi, matanya mulai mengeluarkan air mata.

Mereka berdua menangis tanpa suara, hanya ada air mata yang bisa melukiskan kesedihan mereka. Mereka bahkan lupa kalau mereka seorang lelaki yang seharusnya tidak menangis. Untungnya tidak ada siapapun yang melihat mereka menangis selain Niall. Niall yang memang melankolis langsung menangis dan menghampiri mereka.

"Zayn, Her, jangan berantem lagi"

Niall memeluk Hery dan Zayn yang sedang berkelut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Zainal, Hery! Denger gak? Hiks, jangan berantem lagi ya hiks"

Hery dan Zayn masih menangis dalam pelukan Niall.

"Woy dancuk!"

"Berisik lu yel"

"Tau nih, orang lagi sedih juga"

"Alhamdulillah"
Jika sudah bertengkar seperti itu artinya masih ada kesempatan buat memperbaiki persahabatan mereka.

Hery melepas pelukan Niall lalu duduk diranjang UKS.

"Jen, jujur gua kecewa berat sama lu"

Zayn yang semula masih sesenggukan dipelukan Niall terkejut. Jadi Hery belum memaafkannya?

"Lu belum mau maafin gua Her?"

"Never in a million years!"
Setelah mengatakan kalimat yang sangat menohok itu, Hery berlalu keluar UKS, menyisakan Niall dan Zayn yang terdiam seribu bahasa.

"Gua gapantes temenan sama kalian lagi ya yel? Haha"
Dengan sumbang Zayn mengeluarkan suaranya.

"Gak kok jen, lu masih pantes. Gua mau temenan sama lu! Gua masih nganggap lu sahabat gua!"

"Niall..."
Zayn kembali menghambur kepelukan Niall. Kenapa Hery tidak mau lagi berteman dengannya? Dia sudah meminta maaf dengan tulus.

"Sabar ya jen, mungkin Hery butuh waktu sendiri dulu"
Hanya anggukan yang bisa dilakukan Zayn. Pertemanan bertahun-tahun lenyap hanya karena keegoisannya.

Niall dan Zayn keluar UKS bersama. Sepanjang jalan menuju kelas, tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir mereka. Keduanya terlalu takut untuk memulai pembicaraan, atau memang sedang tidak ada yang dibicarakan? Entahlah.

Saat dikelas, Zayn langsung duduk di kursinya. Disampingnya ada Hery yang sama sekali tidak mengindahkan kedatangan Zayn.

"Her, sekali lagi gu--"
Hery menggebrak meja, tatapan mata nya sangat tajam ditujukan kepada Zayn. Tangannya terkepal kuat. Niall sudah bersiap memegang tangan Hery namun dihempaskannya kasar. Saat Hery mengangkat tangannya, Zayn hanya bisa menutup matanya, cukup tadi saja ia menyakiti teman-temannya.

"HER JANGANNNN!"
Yang terakhir didengarnya hanyalah suara Niall. Sisanya...

"ZAYN!"

"ZAINALLLLLLLL!!"

"BANGUNNNNNNNNN!"

Huahhhh. Hah? Apa? Apaan? Loh? Nani? Heh? Kok?

"YaAllah jennnnn! Dari subuh sampai magrib gini baru bangun! Berapa rakaat yang kamu tinggal coba hah?!"

"Loh ma maksudnya apa? Kok aku dikamar? Aku koma berapa hari?"

"Otakmu itu yang koma!"

"Bukan, maksudnya habis aku dipukul Hery aku koma berapa hari?"

"Apanya Zainal?! Jangankan koma, kamu diketekin Niall aja ga bangun-bangun! Mimpi apa sih kamu? Mimpi basah ya?!"

"Idihh! Ma, tadi aku disekolah dipukul Hery ma. Serius!"

"Kamu masih libur kampang!"

"Berarti?"

"Ya berarti kamu ga sekolah!"

"Iya tau keles! Berarti Hery ga marah sama aku dong?"

"Marah! Gara-gara kamu ga nemenin mereka main layangan!"

"Alhamdulillah"

"Lah malah bersyukur temennya marah! Sana mandi, trus ke mushala sholat magrib!"

***

Di Mushala...

"Hery, Nialllllllllllll"
Dengan mesra gua memeluk mereka.

"Niall gua takutttt! Jauh jauh lu arwah!"

"Sayton lu Her! Lu kira gua mati"
Masih nyeselin aja nih orang.

"Habisnya lu ga bangun-bangun! Gua bangunin malah ninju-ninju"

"Hahaha sorry. Gua sayang lu Her--"

"Ihh kalian, mau sholat masih aja nge-gay"

"Anjayy! Kok lu bedua masih kek sayton sih?"

"Enak aja bedua! Niall aja tuh! Btw dia kan memang gitu bentukannya!"

"Btw lu mimpi apaan sih jen sampe nyenyak gitu? Lu mimpi uhm sama miyabi ya?"

"Anjay lu! Ya ga lah! Udahlah lupain aja! Intinya gua gamau kehilangan kalian"

"Alay!"

"Dasar gay!"

Hery dan Niall berjalan menuju mushala.

Gua juga bingung sih kenapa gua bisa mimpi begitu. Mungkin itu teguran kali ya? Atau ga itu sebuah pesan supaya gua menjauhi hal-hal bodoh yang bisa ngerusah hubungan gua sama mereka. Yasudahlah lupakan!

Inti dari chapter kali ini adalah : jangan lupakan judul cerita ini!

.
.
.
Tbc...
Tengkyuuu! Pfffftttttt

Trio Melehoy (SELESAI)Where stories live. Discover now