Bab 3

377 7 0
                                    


Kepergian papanya membuat Risa enggan untuk melakukan aktvitas apapun termasuk pergi ke kantor. Ia hanya berdiam diri di rumah sementara Kak Lisa dan Mama Resti berusaha untuk membuat Risa kembali bersemangat setelah seminggu kepergian papanya. Hampir setiap hari selalu ada teman-temannya yang datang berkunjung untuk menghibur Risa. Namun, semua terasa tetap berbeda semenjak papanya pergi. Risa membutuhkan sosok laki-laki yang dapat melindungi dan menyayangi seperti yang papanya lakukan untuknya. Okta, satu-satunya laki-laki yang dekat seperti pacar tidak dapat menemaninya disaat kondisinya seperti ini. Okta memiliki jadwal penerbangan yang cukup padat selama seminggu dan tidak dapat diubah.

Risa merasa kesepian tanpa papanya dan Okta. Ia merasa bahwa dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran Okta dan fakta mengenai dirinya mulai mencintai Okta adalah benar. Risa membutuhkan Okta. Ia mulai mengetik pesan kepada Okta bahwa ia membutuhkan Okta dan ingin bertemu dengan Okta. Beberapa menit menunggu balasan dari Okta namun tak ada balasan membuat Risa mengantuk dan tertidur.

Di dalam mimpinya, ia bertemu dengan papanya. Risa memanggil-manggil Papanya sekencang mungkin sambil berlari mengejar papanya namun papanya tidak menoleh dan tetap berjalan semakin menjauh darinya. Ia menangis dalam mimpinya dan tanpa sadar air matanya memang mengalir dari matanya saat ia tertidur. Suhu tubuhnya mulai naik dan ia menggigil sangat hebat. Risa mengigau cukup kencang hingga membuat Mama Resti masuk ke kamarnya dan mendapati suhu tubuh anaknya itu sangat tinggi. Mimpinya begitu buruk dan dalam mimpinya itu Okta juga pergi meninggalkannya, semua orang pergi meninggalkannya sendirian.

Keesokan paginya Risa terbangun dan melihat Mama Resti yang tertidur di samping tempat tidurnya. Ia mengambil handuk kecil yang menempel di jidatnya. Risa menatapi wajanya mamanya itu, hanya Mama Resti yang ia miliki sekarang. Ia tersadar bahwa dirinya harus kuat dan menerima kepergian papanya. Risa membangunkan Mama Resti lalu memeluk Mamanya itu. Mereka berdua menangis sambil berpelukan.

Mereka masih merasakan kehilangan namun mereka tetap harus melanjutkan hidup, terlebih Risa harus menyelesaikan tugasnya sebagai anak dengan lulus kuliah tepat waktu. Ia teringat dengan skripsinya yang sudah selama seminggu lebih ini ia tinggalkan. Ia juga teringat dengan kantornya tempat ia magang. Risa harus bangkit dan kembali seperti sediakala.

Ponsel Risa berbunyi, lalu ia berusaha mengambil ponselnya yang berada di atas meja rias dengan tubuh yang masih lemas. Sebuah pesan dari Okta bahwa Okta ingin bertemu. Risa membalas agar Okta dapat menjemputnya di rumah. Sekitar jam sebelas siang, mobil Okta sudah terparkir di halaman rumah Risa. Risa yang masih merasa lemas berusaha sebisa mungkin agar terlihat sehat di depan Okta. Ia rindu pada Okta.

Mereka berdua pergi ke sebuah café favorit Risa karena tema café tersebut adalah taman yang membuat Risa sangat nyaman saat berada disana. Sesampainya mereka di café itu, mereka disambut oleh pelayan café yang sudah sangat kenal dengan mereka berdua. Mereka duduk di tempat favorit mereka dimana tempat mereka memiliki pemandangan langsung ke kolam air mancur buatan di tengah-tengah café itu dan dikelilingi tanaman-tanaman yang sangat cantik.

Makanan mereka berdua pun sampai dan mereka memulai untuk menyantap makanan mereka masing-masing sambil berbicara dan bercerita. Terlihat Risa sangat senang berbicara dengan Okta dan untuk pertama kalinya Ia merasa nyaman untuk di dekat Okta setelah sekian lama. Namun semua berbanding terbalik dengan raut muka yang dipancarkan Okta hari itu. Semuanya berbeda seperti bukan Okta yang biasanya. Risa menyadari hal itu.

"Kamu kenapa? Kamu lagi gak enak badan yah? Kok mukanya kaya orang lagi ada beban." Tanya Risa kepada Okta.

Okta terdiam sesaat dan terlihat ada keraguan di dalam dirinya. Lalu ia mengambil sesuatu dari paper bag yang ia bawa dari tadi. Seperti amplop berwana putih gold yang dilapisi plastic. Okta menyerahkan amplop tersebut kepada Risa dan amplop tersebut bukanlah sebuah apmlop biasa. Itu adalah undangan pernikahan. Risa melihat nama yang tertera dalam undangan tersebut. Oktavianto Soebandhi & Annabella Putri.

aloneWhere stories live. Discover now