Special Story of Donghun

414 43 455
                                    

Story by : Higitsune
Disclaimer : Beat Interactive
Words : (+-) 4.5k! So beware! Chapnya panjang, kalo capek ya bobok dulu
Warnings : AU, bahasa vulgar, pelecehan seksual, mpreg yang sangat kentara, bagi yang tidak suka dengan warnings disebutkan harap hati2 dan selamat membaca 😊

×
×
×

Pernahkah kau merasa membenci sesuatu namun disaat yang sama kau tidak bisa melepaskannya? Aku mengalami itu hingga bertahun-tahun lamanya.

Cerita ini berawal dari penolakan orang tua Jun untuk menikahiku. Tidak aneh, aku laki-laki, Jun juga laki-laki, dimana kebanggaanya? Hanya karena aku bisa hamil akankah mereka rela memberikan putera semata wayangnya padaku yang hina ini? Bahkan ayah, ibu, dan kakakku, serta seluruh keluargaku pun telah mengusirku. Menganggapku tidak ada, tidak pernah dilahirkan. Mengapa mereka harus menerima diriku yang tidak memiliki apapun? Aku, Lee Donghun begitu putus asa.

Namun demikian, Jun atau Park Junhee, tidak pernah mengusirku. Ia rela meninggalkan seluruh keluarganya, menentang mereka, hanya demi orang sepertiku. Aku tau Jun hanya merasa bertanggung jawab, aku paham. Walau terkadang, jauh di lubuk hatiku paling dalam aku berharap, bahwa pemuda yang menjabat status sebagai sahabatku ini mencintaiku. Tapi apalah daya, upik abu tidak boleh bermimpi terlalu tinggi, karena ini bukan cerita Cinderella.

Kala itu begitu berat, hujatan caci maki ditujukan pada kami berdua. Jun harus menderita meninggalkan kelulusannya hanya karena diriku yang mengandung anaknya. Aku berharap bahwa lebih baik aku tidak istimewa, apa bagusnya jika hanya membawa kesengsaraan.

Korea benar-benar bukan tempat yang bagus untuk memulai ini semua. Beruntung dengan bantuan Hyunkyu sahabatku, dan sedikit uang tabungan yang kami miliki. Aku dan Jun bisa pindah hingga keluar negeri. Iya, Jepang adalah jawabannya. Jun mengatakan bahwa ada teman yang dapat ia percaya disana, tentu aku hanya menurut dan membiarkan ia membawaku ke daerah pertanian kecil di Hokkaido.

Dan disanalah kami bertemu, teman Jun yang lima taun lebih tua dariku. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana mereka bisa berteman. Dia keturunan Jepang Korea dan juga berdarah Prancis, sangat tampan. Kalau aku tidak ingat sudah punya Jun, mungkin aku tidak masalah dinikah olehnya saja.

Yah, tapi itu dulu di kesan pertama.

Rumah yang kami tempati tidak sebesar istana seperti milik Jun, atau minimalis seperti milikku. Rumah ini kecil, sangat sederhana, bagai flat murah di pinggiran kota kumuh. Kamarnya hanya ada satu, dengan kamar mandi luar dan satu dapur serta ruang tamu sekaligus ruang keluarga. Tapi tidak masalah, ini sudah lebih dari cukup. Lagipula tempat ini hangat. Kontras dengan cuaca Hokkaido yang begitu dingin.

"Maafkan aku hanya bisa memberikan ini." Jun berucap menggenggam telapak tanganku begitu erat.

Aku tersenyum, "tidak apa, justru bagus karna kita tidak akan capek untuk membersihkannya. Ingat ya tuan muda, kau juga harus ikut bersih-bersih, aku tidak mau jadi pembantu seperti di rumahmu yang selalu kau suruh." Mengerucutkan bibir di akhir.

Jun tergelak, tangannya membuat tanda hormat seolah mengerti.

Aku bersyukur, setidaknya walau hidup kami begitu menyedihkan, ini adalah awal yang bagus untuk memulai kembali.

🐻🐻🐻🐻

Menjalani kehidupan rumah tangga bersama Jun tidak seburuk dugaanku, setelah menggelar peresmian pernikahan kecil-kecilan yang hanya dihadiri segelintir orang--bisa dihitung dengan satu tangan. Kami menjalani segalanya tak berbeda dari status sebelumnya. Layaknya sahabat yang tinggal satu atap, kami berbagi tugas dalam mengurus pekerjaan rumah. Jun akan melakukan hal berat seperti mencuci baju, menjemur, menyapu halaman, dan membersihkan kamar mandi. Maka aku yang akan mengurus sisanya, seperti memasak, menyapu lantai atau mencuci piring. Tidak buruk, tapi kendala ekonomi lah yang membuat segalanya runyam.

Domestic Crumbs (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat