Chapter 16

9.4K 1.9K 458
                                    

Banana milk which melts anger

"Telima kasih susu pisangnya, Yoongi hyung."

Pria pucat itu hanya terkekeh setengah mengangguk, lantas ikut menyeruput susu pisang yang menjadi bagiannya kemudian kembali menyisipkan sebelah tangannya ke dalam saku jaket bomber hitam yang ia kenakan. Irisnya menerawang lurus, beberapa saat tanpa sepatah kata, menatap bocah mungil yang duduk tepat di sampingnya di atas undakan tangga di dekat air mancur, tengah menyeruput susu pisang miliknya dalam diam.

"Kenapa? Susu pisangnya tidak enak? Mau Hyung belikan pisang yang sebenarnya? Atau pohon pisangnya sekalian?"

Pemuda kecil itu menggeleng, kembali menempelkan bibir kemerahannya pada sedotan kecil di dekat bibirnya sebelum menjawab, "Aku bukan monyet, Hyung."

Seketika si pucat justru tertawa dalam ledakan yang lumayan hebat. Setengah geli dengan irisnya yang terlihat seperti bulan sabit.

Min Yoongi tidak pernah mengetahui bahwa Jungkook ─putra dari Kim─ ini akan menjawab pertanyaannya dengan kalimat lucu seperti yang baru saja ia dengar. Yoongi hanya pernah mengingat saat Seokjin masih tinggal di apartemen tepat di samping unitnya, ia adalah satu-satunya tetangga baik yang mau menolong Seokjin untuk menjaga anaknya saat ia harus disibukkan dengan panggilan darurat dari rumah sakit. Pria itu bahkan ingat betul siapa orang yang pertama kali mengajari Jungkook berbicara ketika pemuda itu baru saja mengucapkan kalimat pertamanya─tentu saja itu Min Yoongi.

Jadi sebut saja, Min Yoongi adalah pria baik meskipun merasa setengah malas yang bersedia apartemennya berubah menjadi tempat penitipan bayi. Beruntung Kim kecil itu tidak pernah rewel berlebihan terhadapnya, ia bahkan tidak membutuhkan dot jika Yoongi bahkan berhasil membuat pemuda kecil itu meminum susunya sendiri melalui gelas diusianya yang baru satu tahun lebih. Meminta buang air kecil di atas kloset saat berusia dua tahun, dan bahkan ia mampu mengikat tali sepatunya sendiri di usia tiga tahun setengah, luar biasa bukan didikan pemuda Min ini?

"Bertengkar lagi?"

Jungkook kecil hanya mengangguk, menyeruput susu pisang dengan kaki menendang udara setengah merasa kesal jika kembali mengingat ayah yang selalu berhasil mengecewakannya.

"Umm."

"Kali ini kenapa lagi? Bukankah Ayah sudah membelikan banyak mainan menyenangkan untuk Kook-ie?"

Pemuda kecil itu setengah tidak mengerti, memangnya hanya dengan permainan yang banyak seluruh kepuasan bermain akan terpenuhi? Jungkook bahkan menilai hal ini jauh lebih membosankan sebab ia harus memainkan semua hal itu seorang diri.

"Belmain seolang dili sepelti olang bodoh, Hyung? Aku pikil aku tidak segila itu untuk belmain dengan kehebohan yang diciptakan oleh dili sendili." Jungkook berpikir itu konyol, menembaki musuh yang tercipta melalui bayangan di dalam kepalanya? Itu adalah hal paling konyol yang bisa ia lakukan.

"Itu cocok untuk usiamu. Memang apa yang ingin kau lakukan? Menguasai dunia dengan topeng iron man?"

Setengah tertawa bersama kedua matanya yang berubah seperti bulan sabit, membuat Jungkook mau tidak mau ikut tertawa. Entah mengapa Yoongi Hyung adalah manusia paling rasional di muka bumi ini. Ia bahkan pernah mengatakan untuk tak mengapa jika tak memiliki mimpi untuk masa depan, setidaknya kau masih dapat hidup hari ini.

"Kau benal, Hyung."

Si pucat itu tersenyum kalem, kembali menyeruput susu pisang miliknya dalam diam, ikut menatap beberapa anak kecil yang duduk di atas kotak pasir tengah membangun istana pasir mereka. Ini lucu, jika mimpi semudah membuat istana pasir, mungkin Yoongi akan membuat puluhan istana pasir untuk menempatkan setiap mimpinya pada puncak menara istana dengan kebanggan luar biasa di dalam hati.

Limitless PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang