12. Gadis Pembawa Sial?

162K 9.5K 526
                                    

Siena sudah menduga, dia akan dipandang aneh di sekolah barunya. Selalu terjadi seperti ini di mana pun dia bersekolah.

Setelah "kelebihan"nya diketahui orang, gelombang kebencian seolah mengepungnya.

Orang-orang semakin menjauhinya. Benar-benar tak ada yang mau bicara padanya. Dia pun kini duduk sendiri di kelas. Tidak ada yang mau duduk di sebelahnya menggantikan Flo.

Semua takut hidupnya akan sial bila berada didekat Siena. Gadis pembawa sial, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.

Berita tentang Siena yang berada di lokasi kecelakaan Flo tersebar ke seantero sekolah. Bermula dari cerita mama Flo kepada teman terdekat Flo, Vina dan Neni, polisi menyampaikan kabar teman sekelas Flo menyaksikan kecelakaan tersebut. Teman sekelas Flo itu adalah Siena. Kesaksian Siena sudah dicatat pihak kepolisian. Tapi menurut pengakuan Siena, dia hanya kebetulan melihat Flo di tempat itu. Mereka tidak janjian bertemu.

Tentang Siena yang sudah tahu Flo akan mengalami kecelakaan, terungkap dari ucapan Nala yang tanpa sengaja mengatakan pada mama Flo, saat dia mohon maaf, merasa menyesal tidak menjaga Flo padahal sudah diingatkan Siena.

Maka, image itu segera melekat pada Siena. Gadis aneh yang bisa membaca pikiran orang, bisa melihat hantu dan bisa meramal kapan seseorang akan mati.

Dengan citra seperti itu, siapa yang mau berteman dengan Siena? Bahkan di kantin pun, jika Siena datang dan duduk di hadapan meja panjang yang cukup untuk enam orang, tidak ada yang mau duduk di hadapan meja yang sama dengan Siena.

Gadis itu duduk sendiri di hadapan meja seluas itu, dengan kursi-kursi kosong di hadapannya dan di kanan kirinya. Sementara kursi di meja lain penuh.

Namun Siena merasa biasa-biasa saja. Dia sudah terbiasa dikucilkan. Dia menikmati makanannya dengan tenang. Dia tidak butuh orang lain untuk menemaninya makan.

"Jadi elo, cewek paranormal itu."

Suara seseorang di dekatnya saat sedang menikmati makan siangnya di kantin membuat Siena menoleh.

Sesosok pemuda berparas lumayan, dengan tubuh tinggi dan proporsional menatapnya angkuh. Siena tidak mengenalnya. Saat di rumah Flo pun dia tidak terlihat datang. Di samping kanan kiri pemuda itu berdiri empat pemuda lain. Siena menduga mereka satu geng dan pemuda berwajah sombong itu adalah pemimpinnya.

"Kamu ngomong sama saya?" tanya Siena memastikan.

"Yaiyalah! Gue diri di samping lo dan melotot ke elo berarti gue ngomong sama lo!" sahut pemuda itu masih dengan sikap angkuh.

"Oh, maaf, saya nanya karena cuma kamu yang ngomong sama saya. Dan saya koreksi, saya bukan paranormal," ucap Siena, sikapnya biasa, tidak merasa terintimidasi pemuda sombong itu.

"Kalo bukan paranormal, lalu apa? Lo bisa tahu Flo mau kecelakaan. Lo sengaja datang ke tempat itu supaya bisa lihat Flo ketabrak," kata pemuda itu lagi.

Siena balas menatap tajam pemuda itu.

"Maaf, ya, kamu siapa? Saya nggak kenal kamu dan nggak punya urusan sama kamu," ucap Siena tegas.

Pemuda itu melotot. "Dia nggak kenal gue," katanya lalu dia tertawa sinis sambil menoleh ke teman-temannya. Dan anggota gengnya ikut menertawai ucapan Siena.

"Ingat baik-baik. Gue Brama. Kapten basket sekolah ini. Jangan coba-coba baca pikiran gue atau ngeramal gue macam-macam, kalo nggak mau gue tampol pake bola basket!" ujar pemuda itu memperingatkan.

Sebenarnya, Siena kesal sekali mendengar ucapan pemuda kurang ajar itu, tapi dia berusaha tetap bersikap tenang. Dia menatap tajam pemuda itu. Lalu beralih memperhatikan pemuda lainnya yang menatapnya sinis.

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sudah Terbit & Difilmkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang