"Mba, saya gak begitu mendalami metode lain. Kalau di tjandra food dulu ada wacana produksi makanan beku tapi entah kenapa menghilang dan tiba-tiba saya malah ikut serta anak perusahaannya." Aisha mendengarkan serius. "

"Mmm frozen food mungkin lebih cepat ya Mba, soalnya secara bahan produksi lebih mudah di dapat dan..."

"Lebih murah secara ongkos produksi." Dan keduanya terkekeh.

"Iya mba tapi frozen food sudah banyak"

"Coba saja Mba, mendobrak kebiasaan."

"Canned food kan belum begitu banyak, dan mmm...refill makanan..."

"Eh wadahnya mau bisa di refill gitu?"

"Maunya seperti itu Mba, mirip-mirip teh yang di botol kaca itu tapi ini makanan."

"Cara nge-refill nya gimana?"

"Iya, jar yang sudah kosong bisa ditukar dengan jar baru yang berisi makanan dengan harga lebih murah ketimbang beli baru dengan jar nya. Gimana menurut Mba Rima? Selain mengurangi sampah pembungkus, rumah tangga juga bisa lebih hemat."

"Itu keren banget Mba, mari kita selesaikan."

Aisha mengangguk penuh semangat. Ia sangat senang dengan feedback yang diberikan Rima. Keduanya kembali tenggelam dengan microsoft word dan sedikit excel menampilkan diagram, grafik, dan ilustrasi angka produksi. Adzan magrib berkumandang menghentikan kegiatan untuk segera menuju panggilanNya.

Aisha dan Rima berjalan beriringan menuju mushala di lantai satu. Suasana kantor lebih sibuk dengan para karyawan yang hendak pulang. Beberapa ruangan di lantai satu malah terlihat gelap, sudah ditinggal sedari tadi.

"Assalamu'alaykum...Aisha belum mau pulang?" tanya Ridho selesai magrib di lantai satu.

"Wa'alaykumsalam warrohmatullohi wa barrokatuh. Nanti Dho, saya sama Mba Rima masih ada yang harus diselesaikan untuk rapat besok."

"Perlu aku temenin gak?"

"Enggak perlu Dho, insyaAlloh sudah ada Mba Rima, lagian kamu juga kan sibuk urus keuangan sama Mas Rifki."

"Iya juga sih, aq di ruangan sama Mas Rifki sampai malem juga kayaknya."

Tiba-tiba dari arah mushala keluar Rafa. Dia tidak berkata apa-apa, mengambil sendal dan langsung menuju lift, melintasi mereka. Kecuali Rima yang merasa: baru ini bos yang dia kenal, keduanya merasa Rafa sedikit berubah: menjaga jarak. Tapi, akhirnya mereka segera menuju lantai lima.

Sesampainya di lantai lima Rafa terlihat keluar ruangan dan berhenti begitu mendapati mereka bertiga, "Aisah, masuk ke ruangan Gue sekarang ya," katanya terasa lebih lembut dari biasanya. Mungkin efek malam hari, pikir Rima.

"Tapi Raf..."

"Kok pake tapi? ini buat persiapan besok Aisah," nadanya datar saja tidak ada penekanan yang biasanya frontal begitu ada penolakan. Lagi-lagi Rima menebak-nebak: mungkin ini efek habis sholat. Rima tertegun menunggu percakapan ini berakhir karena ia ingin segera menyelesaikan ketikannya terus makan malam, terus pulang. Tapi kemudian Rafa masuk kembali ke ruangan dengan ekspresi tubuh: kamu harus nurut! Ini sih sama saja, pikir Rima terus berceloteh menebak-nebak bos nya.

AishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang