9. Flowerina Juliet

182K 9.6K 855
                                    

"Fix, dia memang cewek aneh. Bisa baca pikiran orang, bisa lihat hantu, jangan-jangan dia bisa yang lain lagi yang nyeremin."

"Kamu lagi ngomongin siapa, Flo?" tanya Nala, keningnya berkernyit.

Sebenarnya dia agak kesal, tapi dia berusaha menahan perasaan itu. Dia menjemput Flo ke kelasnya dengan senyum. Tapi Flo jangankan balas tersenyum, kekasihnya itu malah memberengut, dan baru bicara ketika mereka hampir sampai ke parkiran motor. Itu pun bukan sapaan manis yang keluar dari bibir Flo, malah omelan yang bisa ditebak Nala, pasti tentang teman sebangku Flo.

Nala merasakan perubahan sikap Flo belakangan ini. Dulu, kekasihnya itu selalu ceria. Selalu bicara yang manis-manis dan sering bersikap mesra. Tapi akhir-akhir ini, Flo menjadi hobi mengeluh, ngomel, ngambek.

"Siapa lagi kalau bukan Siena," jawab Flo masih dengan raut cemberut.

Nala menghela napas. Dia baru ingat, sikap Flo berubah tidak semanis dulu sejak kedatangan Siena, murid baru di kelasnya.

"Siena lagi," kata Nala sambil menuntun motornya keluar parkiran motor.

"Lagi?" tanya Flo, keningnya berkernyit.

"Iya. Lagi-lagi kamu ngomongin Siena. Dan tiap kali kamu ngomongin dia, pasti sambil ngomel," jawab Nala.

"Itu karena dia memang ngeselin. Bikin pengin ngomel terus kalau ingat lagaknya," sahut Flo.

"Jangan ngomel terus. Nanti cepat tua, lho."

Flo mendelik mendengar ucapan Nala, bibirnya seketika mengerucut.

"Kamu kok jadi ikut-ikutan nyebelin. Ngatain aku cepat tua," omelnya.

Nala tersenyum. Dia berusaha untuk tidak terpancing merasa kesal dengan sikap Flo yang emosional.

"Aku nggak ngatain, aku cuma ngingetin supaya kamu lebih sabar. Jangan biarkan kehadiran Siena bikin kamu nggak bahagia. Jadi Flo yang seperti biasanya. Flowerina Juliet. Gadis yang selalu ceria dan senyumnya paling manis, yang bikin aku jatuh cinta sama kamu," ucap Nala.

Bibir Flo berhenti mengerucut. Ucapan Nala itu menyadarkannya, dia memang terlalu terpengaruh aura muram yang dibawa Siena.

"Benar juga, Siena itu seolah-olah kayak mengisap rasa bahagiaku. Dia itu menyebarkan aura sedih, muram, kesal. Mirip dementor di film Harry Potter."

Nala terkekeh lembut.

"Dia nggak begitu. Itu cuma perasaan kamu aja. Aku rasa Siena bersikap dingin karena dia cuma pengin melindungi dirinya."

"Melindungi diri dari apa? Kita-kita? Memangnya kita penjahat?" sergah Flo.

"Baru beberapa hari di sekolah ini, kamu dan teman-teman kamu sudah menganggapnya aneh. Bisa bayangin nggak, gimana sedihnya dianggap aneh?"

"Dia memang aneh. Kamu tahu, Nal, apa yang dia lakukan tadi pagi di sekolah? Dia bilang dia bisa lihat hantu dan dia mencegah hantu itu gangguin Devi. Sejak kapan di sekolah kita ada hantu? Pagi-pagi pula? Aku rasa itu cuma teman khayalan dia. Tapi, udah segede itu masa masih punya teman khayalan. Kemungkinan paling mungkin, ada yang nggak beres di otaknya. Bikin dia berhalusinasi."

"Oh, jadi Siena bisa melihat hantu? Hm ... aku nggak heran," kata Nala santai.

Motornya sudah keluar parkiran. Siap dia nyalakan. Dia menyerahkan satu helm kepada Flo.

"Kamu nggak heran? Kamu percaya Siena bisa lihat hantu?" tanya Flo sambil menerima helm yang disodorkan Nala. Dia heran dengan sikap santai Nala mendengar keanehan Siena.

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sudah Terbit & Difilmkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang