"Kau ingin melakukannya lagi pagi ini?"

Berbagai memori dari masa lampau berhamburan di benaknya.

Saat orang yang dicintainya itu menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat, menyuruhnya makan banyak hanya karena baru selesai bertugas.

"Setelah bertugas kau harus makan enak."

Perhatian yang diberikannya.

Kata-kata cinta dan pujian manis, suara khas saat memanggil namanya satu-persatu terdengar jelas di telinganya, seakan sosok itu sedang mencarinya di saat-saat terakhir.

Bahunya sendiri menegang.

10 detik.

"Aku sangat merindukan senyum ini."

9 detik.

8 detik.

"Terima kasih karena menjadi kekasihku."

7 detik.

"Aku mencintaimu."

Jihoon tidak kuasa menahan tangisnya.

6 detik.

"Maukah kau berjanji satu hal?"

Seluruh eksekutor mengambil pistolnya masing-masing.

5 detik.

4 detik.

"Aku ingin kau tetap tertawa seperti itu."

3 detik.

2 detik.

"Tetaplah seperti itu."

1 detik.

Dor!
Suara tembakan terdengar memekakkan telinga.

Namun pistolnya hanya menembakkan angin kosong.

Jihoon menjatuhkan pistol di tangannya, bersamaan dengan sosok di depan sana juga ikut tersungkur.

Darahnya mengucur deras.

Bruk!

Kedua lutut Jihoon mendadak kehilangan tenaganya.

Ia jatuh berlutut di dalam ruang eksekusi itu, menangis dalam diam.

Berulang kali ia menyebut nama Kwon Soonyoung dalam hatinya...

... berharap semua ini bukan bagian dari kenyataan.

.

.

.

1 bulan sebelumnya...

"Dia sangat beruntung karena bisa berkeliaran di luar sana," aku Kang Dongho pada petugas.

"Bisakah Anda menyebutkan namanya?"

Kang Dongho terdiam sejenak.

"Apakah Anda diminta untuk menjaganya sebagai rahasia?"

"Ah, tidak, tidak," bela Dongho.

"Lantas?"

Kang Dongho menarik nafasnya sejenak.

"Dia menyuruhku langsung memberitahukan namanya kalau tertangkap."

"Siapa namanya?"

"Dengan satu syarat."

"Kami akan memenuhi syarat itu apabila tidak melanggar hukum."

Kang Dongho mengangguk paham.

"Kwon Soonyoung."

. . .

[√] 1 out of 10 | SoonHoonWhere stories live. Discover now