그녀가 알고 있니?

89 5 2
                                        

2: TROUBLE MAKER


                           Oliv melangkah memasuki sekolahnya yang baru. Sekolah ini sangat besar, sebuah tulisan yang terdapat di plang terpampang ketika ingin memasuki SMA Ganesha. Saat ia melangkah memasuki sekolah dan berpas – pasan masuk kedalam sekolah dengan anak – anak. Semua mata berpusat padanya. Bagaimana tidak? Banyak orang yang menoleh padanya dan menatapnya lalu berbisik – bisik. Tapi Oliv tidak perduli. Ia bahkan bisa tebak apa yang mereka bicarakan. Statusnya yang anak baru? Wajahnya yang kebaratan? dan rambutnya yang coklat tembaga berhiglihgt blonde. Itu adalah poin pasti yang mereka bicarakan, Apalagi selain itu?

      Oliv menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Dia bisa membaca tulisan dekat pintu yang menuliskan 'XI IPA 2' kelasnya tempat menimba ilmu. Suasana kelas masih sepi, hanya ada beberapa orang yang tengah menyalin rangkuman kemarin. Padahal jam sudah mau menunjukan pukul 7 kurang lima menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi. Dan satpam bersiap menutup gerbang. Oliv menarik bangku dan duduk. Dia mengambil ponsel dari sakunya juga earphone. Lagu dari Ed – sheeren menjadi pilihannya yang berjudul Perfect. Alunan lagu mulai terdengar melalui eraphone yang tergantung di telingannya. Kedua tangannya sudah terlipat di atas meja sebagai bantala sebelum berbunyi.

      Dan benar saja tak lama kemudian bel masuk berbunyi, satu persatu dari penghuni XI IPA 2 rata – rata masuk dengan wajah malas. Bahkan kantung mata menghiasi bawah mata mereka. Jam pelajaran pertama akan segera di mulai. Bunyi suara vanthopel yang beradu dengan lantai itu membuat anak – anak bersiap di tempat mereka masing – masing termasuk Lisa dan Oliv yang segera mencompot earphonenya dan menyimpan ponsel di kolong meja. Bu Siska masuk dengan membawa tas berisi buku pelajaran. Seperti biasa sebelum memulai pelajaran di dahului dengan doa.

      Ditengah penjelasan Bu Siska Oliv meminta izin keluar untuk ke toilet di temani Lisa. Bukan tanpa alasan Lisa mau keluar dari kelas. Tapi...

           "Bu Siska selalu begitu. Menjelaskan panjang lebar tanpa jeda. Dan pada intinya gue tetep nggak ngerti..." keluhnya. Begitu mereka sudah berjalan agak jauh dari kelas mereka. Takut – takut orangnya nongol atau mendengar jadi berabe.

      Oliv memperceoat langkahnya. Beberapa kali Lisa memanggilnya di belakang yang tentunya di hiarukan oleh Oliv. Toilet, mana? Toilet itulah programmer di otaknya saat ini. Tapi tiba – tiba di tikungan kedua dari arah kelasnya mengarah ke tangga, seseorang menabraknya. Tubuh indah bak biola itu sontak jatuh terjungkal kebelakang.

         "Aduh!" ringis Oliv.

Orang di hadapannya berdecak kesal. 

         "Ck... Mata lo taro dimana sih?!"

       Ditanya seperti itu membuatnya Oliv ingin memaki. Dilihatnya sepatu converse hitam di hadapannya. Dia mendongak menatap orang yang bertanya dimana matanya itu. Yang nabrak adalah seorang  lelaki. Karena terlihat dari celana bau – abu yang di kenakan.

      Tidak mau berlama duduk diatas lantai yang dingin, Oliv bangkit sendiri. Mungkin tubuhnya agak pendek dari orang itu. Tapi mata Oliv yang tajam dan raut wajah tanpa ekspresinya membuat orang – orang kadang tak tahu bahwa dia sedang marah.

         "Kamu yang nabrak saya. Tapi kamu yang tanya mata saya di mana?" tanya Oliv ia benar marah dibalik wajah yang menunjukan ketenangan. Mata coklatnya beradu pandang dengan mata tajam dengan manik mata berwarna hitam legam. Mata yang mampu mengintimidasi dan membuat lawannya merasa kecil. Tapi, Oliv tak gentar. Lisa yang melihat pemandangan di hadapannya tak mampu memisahkan mereka. Bulu kuduknya saja langsung berdiri.

        "Seno!!" Suara lengkingan itu membuat laki – laki itu menoleh. Oliv pun ikut memandang arah ke belakang laki - laki itu. Wanita paruh baya dengan badan berisinya tampak kelelahan. Tampak sekali dari nafasnya yang tersengal – sengal.

      Laki – laki itu kembali menoleh kearah Oliv memandang Oliv dengan raut wajah yang berbeda. "Saya suka kamu. Kamu perempuan pertama yang berani ngelempar pertanyaan ke saya." Senyum miring terpampang di wajahnya yang tampan.

Jantung Oliv berdetak dua kali lebih cepat. Astaga ada apa ini?

         "Waktu kita habis, tapi saya pastikan pertemuan ini akan terjadi lagi."

         "Mau lari kemana lagi kamu, hah? Kamu tahu Seno saya capek! berat badan saya bisa turun drastis gara – gara kamu! kamu harus tahu itu!" kata wanita paruh baya itu sambil menarik nafas dalam - dalam. Tanpa pikir panjang lagi wanita paruh baya itu langsung menarik seragam baju laki – laki itu agar tidak kabur lagi dan membawanya berjalan kearah kantor.

          "Ibu harusnya terimakasih sama saya, karena saya! berat badan ibu turun. Nggak perlu diet – diet nyiksa itu buk!"

          "Alhamdulilahnya di sekolah ini yang kayak kamu cuma ada satu! kalau ada sepuluh kayak kamu? bisa – bisa saya jadi tengkorak berjalan nantinya."kata wanita paruh baya itu sambil mengacungkan penggaris yang di bawannya.

          "Wir..." belum selesai berbicara wanita paruh baya itu langsung saja mengerti apa yang ingin di katakan anak bandelnya ini.

          "Sama ketiga kloningan kamu juga!"


****************

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA :)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DOES SHE KNOWS?Where stories live. Discover now