1.

133 12 0
                                        

Mungkin beberapa dari kalian tahu, bahwa kapan kalian akan mengalami dimana hari tersebut dapat membuat kalian terpuruk. Penuh dengan emosi, kegalauan, dan kegundahan. Entah kenapa, aku mengalaminya selama hampir 4 tahun berjalan.

Bisa dikatakan, tingga di satu lokasi perumahan dengan orang yang paling kalian kagumi ataupun cintai itu tentunya sangat amat tidak menyenangkan. Berusaha menutupi perasaan tersebut tiap kali berjalan untuk membuang sampah, atau bahkan hanya sekedar cari perhatian dengan membantu mencuci mobil ayahmu namun bukan karena tujuan mobil ingin terlihat bersih, namun karena aku ingin dilirik oleh tetanggaku sendiri. Namanya Shane Dawson. Tempat tinggal kita hanya berjarak sekitar 2 rumah. Tanpa sadar, aku bahkan mengaguminya dan menyukainya hampir cukup lama.

Semua rasa yang kutahan selama ini cukup membuatku terpuruk. Dan itulah yang kualami untuk menghabiskan banyak waktu untuk mengagumi, mencintai, dan menyayangi sosok orang yang bahkan tidak peduli denganku sama sekali. Kita hanya sekedar berteman baik sebagai tetangga dan teman satu sekolah di SMA, tidak lebih dari itu.

Rasanya ingin sekali aku ingin pindah ke Islandia supaya aku bisa membekukan hati dan perasaanku, sehingga aku mulai tidak dapat merasakan apa-apa, bahkan Shane tidak akan lagi terlintas dipikiranku hampir setiap malam. Hampir.

Tetapi aku punya tujuan hidup. Seorang cowok yang selalu ada di benakku setiap malam tidak boleh lagi merecoki suasana hatiku. Berawal dari kita adalah teman main masa kecil, namun entah kenapa semakin kemari perasaanku semakin bertambah padanya ketika kita memasuki SMA yang sama. Ketampanan yang dipancarkan dari wajah Shane semakin membuatku melongo. Dalam artian, aku sudah mengenalnya sejak kecil, berarti masa puber dia benar-benar berhasil merubahnya menjadi seseorang yang berbeda. Shane menjadi cukup popular di sekolah, sedangkan aku hanyalah orang biasa namun cukup nyaman karena aku punya sahabat yang menyenangkan.

Shane selalu ramah kepada orang-orang, mungkin karena sifatnya itu dia menjadi idola para wanita. Sudah tampan, jago main Football, struktur badan yang seksi, menawan, semua porsi tipikal laki-laki idaman para wanita sudah lengkap ada di dirinya. Semenjak satu SMA, Shane dan aku sudah berhenti bermain bersama. Kini posisiku sudah diganti dengan teman-temannya yang lebih populer yang sering sekali berkunjung ke rumahnya. Aku selalu melihat ketika pulang sekolah, beberapa mobil sudah terparkir rapih di depan rumah Shane.

Aku cukup mengalami kegalauan yang membuat setiap malamku terkadang tidak bisa tidur karena selalu memikirkan hal tersebut. Bangun di pagi hari rasanya tidak ada semangat, mengetahui posisiku sudah tidak penting lagi bagi Shane.

Sulit berkonsentrasi dan selalu merasa tidak berdaya. Aku dan Shane benar-benar dekat dulu. Mungkin dalam posisi itu aku merasa cemburu terhadap Shane. Cemburu karena aku jarang bisa menghabiskan waktu lagi bersamanya. Dulu ketika kami berulang tahun, pasti selalu berkunjung ke masing-masing rumah untuk merayakannya. Atau hanya sekedar menonton film bersama dan makan siang. Kini tidak akan ada lagi momen seperti itu. Shane memang orang yang baik dan ramah, namun ini hanyalah diriku yang terbawa perasaan lebih dalam.

Terkadang juga kita masih saling sapa saat berpapasan entah di sekolah atau di perumahan. Di posisi tersebut aku masih bersyukur karena dia belum benar-benar mengabaikanku.

Dan saat ini aku sedang menempuh semester ke dua sekolah hukum di Columbia University. Kota New York berjarak sekitar 10 jam kalau ditempuh dengan mobil dari kampung halamanku, namun hanya sekitar 2 jam jarak tempuh dengan pesawat. Ngomong-ngomong aku tinggal di Asheville, North Carolina.

Tapi justru dengan merantau, perkuliahan ini menjadi pelarian yang cukup ampuh untuk melupakan segala kegalauan dan kegundahan di saat SMA. Lingkungan baru membuatku cukup senang beradaptasi dengan hal-hal menarik dan menantang bagi diriku. Meskipun semua berawal dengan rasa takut, namun aku mampu menjalaninya selama hampir 2 semester ini.

Setelah kelulusan SMA, aku benar-benar tidak lagi berkabar dengan Shane. Hanya sekedar melihat-melihat unggahannya melalui Instagram, namun tidak pernah mengobrol lagi.

Tidak sabar rasanya hati ini diisi oleh seseorang yang baru, namun aku belum menemukan orang yang tepat. Dua semester ini rasanya begitu sepi dan buram, tidak sabar aku menantikan orang yang tepat untuk mengisi kesepian ini. 

Better Knowing Than Not Knowing (Re-published)Where stories live. Discover now