Mereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku mau jalan-jalan dulu."
Tepat ketika kalimat tersebut selesai Jungkook lontarkan, mereka lantas menolak pada sekon selanjutnya. Puluhan menit terlewati dengan Jungkook yang terus-menerus membujuk seperti bocah manja, tanpa membuahkan hasil, hingga berakhir tidur dengan mulut yang mengerucut. Seharusnya akan benar jika mereka tetap menolak permintaan Jungkook dengan tegas sebab tak mau lagi menunda operasi yang seharusnya sang bungsu jalani. Tapi melihat raut kecewa itu, pada akhirnya mereka kalah dan Jungkook berakhir mengecup pipi mereka satu per satu tepat ketika dia berhasil memenangkan pertarungan.
Mereka mengunjungi studio foto dan mengabadikan setiap ekspresi yang mereka punya. Puluhan foto dan mereka benar-benar terlihat seperti orang yang tidak pernah merasakan sakit. Lalu mengunjungi rumah makan, dan museum, menyaksikan banyak bangunan kuno yang masih berdiri kokoh seperti gereja katedral tua yang sudah berdiri sejak abad 12.
"Kak, lebih bagus mengelilingi Kota Colmar dengan perahu di Petit Venise atau dengan kereta kuda?" tanya Jungkook pada semua kakak.
"Kau mau yang mana?" Namjoon selalu menjadi yang lebih cepat merespons dan selalu cukup mewakili kelima dari mereka.
Jungkook menjawab dengan tidak begitu yakin. "Dua-duanya?"
"Kalau begitu, ya, kita lakukan!" Dan Taehyung akan menjadi yang pertama kali menyetujui semua permintaan adiknya.
Jungkook tersenyum sepanjang perjalanan yang mereka lakukan. Untuk semua hal yang kembali seperti semula, Jungkook benar-benar merasa bahwa Tuhan telah begitu baik. Mereka memeluknya di tengah keputusasaan dan Jungkook menyukai bagaimana mereka begitu tak berdaya ketika ia berkata bahwa mati akan lebih baik. Dan sekarang Jungkook bisa meminta apa pun tanpa takut mereka akan menolaknya.
Satu yang ia takutkan sekarang adalah dirinya sendiri. Tersisa itu saja sehingga ia mengalihkan ketakutan tersebut dengan menikmati Colmar dengan pesona negeri dongengnya, dan mereka yang sekarang ada di sampingnya.
Kala itu mereka berada di salah satu kafe, memesan makanan dan saling melempar canda kendati wajah pucat Jungkook selalu mengganggu ketenangan. Mereka takut kalau anak itu akan tumbang tiba-tiba sekalipun raut bahagia sang adik terlihat seperti tidak akan pernah luntur.
Mereka menulis surat di sana. Memberikannya pada kartu pos untuk dikirim ke Korea Selatan dan Yoongi selalu menjadi satu-satunya yang terlihat malas, tapi suratnya malah menjadi yang terpanjang karena ia seringkali terlalu mengkhayati. Dan mereka tertawa untuknya.
Lalu Jungkook kembali mengeluh pusing dan darah kembali keluar dari lubang hidungnya, membuat mereka lagi-lagi merasa khawatir dan Jungkook tidak lagi berpikir kalau itu menyenangkan untuk melihat kakak-kakaknya begitu kacau. Jadi selagi salah satu kakaknya membawa ia dalam gendongan, Jungkook mengoceh dengan lirih, tapi memastikan mereka mendengar. "Kau tahu, Kak. Colmar itu indah sekali. Pantas sekali mama dilahirkan di sini."