Bab 18 - Penawaran Dan Ponsel Sarah

18.9K 2K 16
                                    

  Di dalam ruangan yang cukup luas itu duduk Arthur bersama Bima dan Lola, keadaan yang canggung jelas terasa kental. Mata Arthur terlihat menatap tajam ke arah Lola yang duduk dengan santai, Lola sendiri sudah dapat menguasai dirinya.

   “Apa ada yang ingin kamu bicarakan La?” tanya Arthur kepada Lola.

   Sebelum menjawab pertanyaan Arthur, Lola menatap Arthur dengan pandangan matanya yang sayu, “aku mau minta maaf atas perbuatanku empat tahun yang lalu,” ujarnya lugas dengan diakhiri senyum manis.

   “Aku sudah memaafkanmu,” kata Arthur singkat.

   Mendengar perkataan Arthur itu, sontak Bima melihat ke arah Arthur dengan pandangan bingung. Sedangkan Lola, dia terlihat senang dengan senyum yang mengembang sempurna. “Aku juga ingin kembali memperbaiki hubungan kita,” ujar Lola dengan lebih berani.

   Arthur terdiam, dia mengerutkan dahinya dalam. “Hubungan kita sudah lama berakhir,” ucap Arthur dengan tenang. Bima tidak ingin ikut campur, dia hanya diam saja mendengarkan Lola dan Arthur menyelesaikan permasalahan mereka.

   “Aku tahu itu, apa kamu gak bisa kasih aku kesempatan satu kali lagi?” pinta Lola dengan ekspresi wajah dibuat selembut mungkin.

   “Maaf aku tidak bisa,” tolak Arthur tegas.

   “Kenapa?!” tanya Lola dengan nada suara yang sedikit dinaikkan.

   “Karena aku sudah punya calon istri,” jawab Arthur dengan penuh keyakinan. Mendengar perkataan Arthur itu Lola terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

   “Apa kamu gak bisa pertimbangin aku? Kita sudah kenal lama,” kata Lola mencoba bernegosiasi.

   “Banyak hal yang berubah selama empat tahun ini, termasuk perasaanku ke kamu La,” Arthur menatap mata Lola penuh dengan ketegasan.

   Baru saja Lola akan kembali membuka suaranya, tiba-tiba pintu ruangan Arthur terbuka dengan suara yang kasar. “Maaf Pak, Bapak ini memaksa masuk,” sekertaris Arthur membukukkan badannya dalam.

   “Kamu boleh keluar,” usir Arthur kepada sekertarisnya dan ditatapnya Jeremy yang menjadi dalang keributan ini. “Ada apa?” tanya Arthur kepada Jeremy.

   “Ada apa dengan tanah warisan Sarah? Apa yang kalian ketahui lebih lanjut?” tanya Jeremy tidak sabaran. Raut wajahnya terlihat frustasi karena fakta yang diketahuinya tentang keterlibatan Ivan Handoko.

   “Lola tolong kamu keluar, aku dan Bima ingin membahas tentang pekerjaan,” usir Arthur kepada Lola yang masih ada di ruangan. Dengan terpaksa Lola keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang sedikit dongkol.

   Sepeninggal Lola, Arthur mempersilahkan Jeremy untuk duduk di sofa. Bima juga ikut bergabung bersama Arthur di satu sofa dihadapan Jeremy. “Baik aku akan jelaskan semua informasi yang kita dapat, tetapi dengan satu syarat,” kata Arthur memulai pembicaraan.

   “Kalian jangan main-main ya dengan pihak berwajib,” kata Jeremy tegas.

   “Terserah kita hanya menawarkan perjanjian kecil untuk bertukar informasi, syaratnya cukup berikan kami spesifikasi dan ciri-ciri ponsel Sarah,” ujar Arthur dengan gaya santainya yang selalu dapat dengan mudah memancing emosi Jeremy.

   “Tidak bisa! Kalian kira saya tidak tahu bahwa kalian akan melakukan segala macam cara untuk mengeluarkan Malika, bisa saja ponsel itu disembunyikan Malika dan untuk itu kalian butuh informasi ini untuk meleyapkan barang bukti itu,” tuding Jeremy.

   “Jangan asal bicara ya Anda Bapak Jeremy yang terhormat!” sela Bima dengan ekspresinya yang mengeras, tidak terima dengan tudingan Jeremy.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang