Dua Puluh Sembilan : Mawar Biru Untukmu (Bag.1)

31.7K 5.6K 1.6K
                                    

Radit menepuk bahu Nino, "Allah Maha kuasa membolak-balikan hati. Bisa jadi kemarin dia sangat mencintaimu namun tidak menutup kemungkinan hari ini di detik ini dia yang sangat mencintaimu akan sangat membencimu."

Nino menatap Radit dengan tatapan kurang senang.

"Itu sebuah fakta yang tidak bisa diganggu gugat. Tak jarangkan sepasang kekasih atau bahkan sepasang suami istri merasakan hal itu."

Nino menghela napas panjang. Tangannya mengacak rambutnya frustasi, "Aku benar-benar menyesal."

"Kau memang pantas merasakan penyesalan," sahut Radit.

"Aku minta masukkan darimu tapi kenapa kau malah terus meledekku?"

Radit menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Karena kau memang pantas untuk diledek. Kau itu benar-benar sangat bodoh. Bagaimana mungkin selama lebih dari tiga tahun kau tidak bisa membedakan mana cinta dan mana bukan cinta? Kau taruh dimana sih otakmu?"

"Aliandra sangat cantik dan...."

"Aluna juga tak kalah cantik. Apalagi sekarang dia terlihat sangat cantik. Pancaran auranya sangat bagus. Dia seperti terlihat tengah..." sambar Radit seraya memperhatikan Aluna yang tengah memangku Jasmine di teras masjid. Mereka baru saja selesai melaksanakan shalat dzuhur.

"Tengah apa?" tanya Nino. Dia pun ikut memperhatikan Aluna yang tengah tersenyum tipis pada Jasmine yang tak henti-hentinya berceloteh panjang lebar.

"Aluna terlihat seperti wanita yang tengah hamil."

Mata Nino membulat seketika, "Ha..hamil? Kau jangan bercanda!"

"Untuk apa aku bercanda. Dia memang terlihat seperti wanita yang tengah hamil. Waktu Lili mengandung Jasmine, Lili terlihat semakin cantik meski tidak ada sapuan make up sedikitpun, dan waktu Aliandra mengandung Arkhan, Aliandra pun terlihat semakin cantik."

Nino menatap Radit dengan dahi berkerut, "Apa benar Aluna hamil?"

Radit mengangkat bahunya, "Kau suaminya seharusnya kau lebih tahu akan hal itu," setelah itu Radit beranjak dari duduknya, "Aku mau menemui Alka dan Alin dulu. Memberitahu mereka tentang persiapan keberangkatan Arkhan ke Singapura. Kau dan Aluna akan ikutkan?"

"Tentu aku dan Aluna akan ikut," jawab Nino. Matanya masih menatap ke arah Aluna yang masih terlihat tengah tersenyum. Meski tersenyum namun Nino yakin kalau hati Aluna tengah diliputi kesedihan karena keponakkannya tersayang masih dalam keadaan yang jauh sekali dari kata baik dan hari ini juga Arkhan akan dibawa ke Singapura untuk menjalani operasi.

"Oh iya ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu?"

"Tanya apa?"

"Hari ini kau bilang kalau kau mencintai Aluna dan tidak mencintai Aliandra. Kalau boleh tahu apa yang membuatmu sadar akan perasaan itu? Jujur aku tidak terlalu percaya kalau kau mencintai Aluna dan tidak mencintai Aliandra secara kau telah mengejar cinta Aliandra selama tiga tahun lebih?"

"Jawabannya akan sangat panjang."

"Kau niat menjawabnya atau tidak?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang Radit ajukan Nino malah sibuk dengan ponselnya. Hal itu membuat Radit kesal.

Dengan kencang Radit menggeplak kepala Nino, "Aku doakan semoga Aluna pergi meninggalkanmu!"

Nino mengaduh kesakitan, "Kenapa doamu jelek sekali?"

"Sebab aku tidak mau adikku hidup bersama laki-laki bodoh macam kau!" setelah mengatakan kata-kata sadis itu Radit langsung melenggang pergi meninggalkan Nino yang masih mengusap-usap bagian kepalanya yang dipukul oleh Radit dengan sangat kencang.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang