Bab 2. Love Things

326 27 78
                                    


Love Things by Joe Satriani.

Kagome tersenyum sendiri di kamarnya. Tangan kanannya memegang ponsel. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum manis. Mata indahnya memandang foto di layar ponsel nya. Kagome berhasil memotret pria datar itu diam-diam, tanpa sepengetahuannya. Gadis itu terkekeh. Netra biru kelabu itu tak henti-hentinya memandang foto itu.

Kagome merebahkan tubuhnya ke ranjang. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Kamar tidak begitu luas, gadis itu nge kost dan jauh dari orang tua. Menjadi mahasiswa semester tiga jurusan sejarah membuat segalanya harus berhemat. Dulu, Kagome pulang ke kosan dengan langkah gontai. Dan sejak putus dengan Inuyasha, langkahnya semakin gontai. Kemarin entah angin apa yang membawanya, datanglah makhluk halus berambut silver nan tampan yang dia tabrak.

Netra amber pria tegap dan jangkung itu begitu menghipnotisnya. Suara baritone nya dalam namun seksi. Dan kemarin dia menyelamatkan isi dompetku yang makin tipis. Bukan lembaran uang kertas, yang ada malah koin receh. Sekali lagi tangannya meraih ponsel dan memandang foto itu. ‘Hai Pak Sesshomaru, anda lagi apa? Sudah makan belum?’ gadis itu berbicara sendiri sama foto itu.Untung dia di kamar, coba kalau diluar mungkin sudah disangka orang gila lepas dari rumah sakit jiwa.

KRUYUUKKKKH

Gadis manis itu memegang perutnya. Cacing-cacing sudah mengibarkan bendera putih tanda minta diisi. Kagome beranjak dari ranjang, mengambil koin receh di meja nakas dan, menyambar ponsel juga jaketnya. Kaki jenjangnya melangkah ke mini market terdekat. Tangannya dengan lincah mengambil beberapa cup mie instant, cukup sampai dua hari ke depan, sampai ia dapat kiriman uang dari ibunya.

Baru saja membalikkan tubuhnya, matanya menangkap sosok jangkung yang dia temui kemarin. Kagome memekik dalam hati. Cepat-cepat ia bersembunyi di balik rak makanan. Aduh jangan sampai dia melihatku, jerit batinnya. Mengintip, apakah sosok itu masih ada atau tidak, dia menghela napas lega. Sosok jangkung itu tidak ada. Ah, syukurlah, gadis itu mengelus dadanya.

“Apanya yang syukurlah?”

Tanpa sadar kagome berteriak. “KYAAA!” cup mie instant jatuh ke lantai saking terkejutnya. Kagome menoleh. Matanya membulat. Wajahnya makin pias. Sejak kapan dia ada di belakangku? Apakah dia hantu? Atau jin numpang lewat? Tunggu, biar kulihat kakinya. Oh, ternyata masih napak. Kagome menghela napas lega.

“Ada apa dengan kakiku?” tanyanya datar. Wajahnya datar, sedatar cermin di kamarnya.

“Eh-oh Pak Sesshomaru, tidak ada apa-apa kok dengan kaki Bapak.” Kagome cepat-cepat mengambil cup mie instant tercecer di lantai mini market. Dengan langkah tergesa-gesa dia membayar ke kasir. Ketika mau membuka dompetnya koin receh bertebaran di meja kasir. Beberapa koin terjatuh ke lantai. Betapa malunya kagome, Sesshomaru berdiri tepat di belakangnya. Aduh mau taruh dimana muka aku? keluhnya dalam hati. Saat ini, ingin rasanya dia melata di pohon bambu.

“Minggir.” Tangannya mengibas agar gadis berambut hitam itu menyingkir. Dengan langkah gontai dia menuruti perkataan sang pria. Tangannya merogoh dompet di saku belakang celananya. “Sekalian punya nona ini.” pegawai kasir pun mengangguk. Setelah menyerahkan kantung belanjaan pria itu keluar, disusul oleh gadis manis itu.

“ini.” menyerahkan kantung belanjaan yang berisi cup mie instant, ia pun berkata, “Ambillah.”

Kagome mematung. Tangannya maju mundur untuk menerimanya atau tidak. “Terima kasih Pak, kalau saya sudah dapat tranferan akan saya ganti uangnya.”

“Tidak usah.”

Pria itu masih menatap lurus ke langit yang mulai kelam. Kagome mengerucutkan bibir nya dan ikuta menengadah ke langit. Apa sih yang dia lihat di langit? Gerutunya dalam hati. Tiba-tiba bulir salju turun dari atas langit. Bibir Kagome sudah gatai ingin mengajak pria disampingnya mengobrol. Namun dia tak bergeming, bagai patung pancoran menghiasi tengah kota. Kagome melirik bungkusan di tangan kiri pria itu. Sepertinya makanan, gumamnya.
“Pak, bungkusan di tangan kiri itu makanan?” alis pria itu terangkat dengan pandangan bertanya. Diamnya pria itu membuat Kagome jadi gemas. “Itu tuh,” tunjuknya. Netra amber itu melirik bungkusan di tangan kirinya, kemudian ia mengangguk.

“Bapak belum makan?” sekali dia hanya menggeleng. “Kalau begitu sebagai tanda ucapan terima kasih, Bapak bisa makan kok di kosan saya,” tawar gadis itu. Ya hanya sekedar basa basi saja daripada diam kayak orang engak kenal. Tak disangka, pria itu mengangguk pelan. Tanpa menunggu Kagome mengajak pria itu ke kosannya yang tidak jauh dari sini.

Sampai di kosan, Kagome menyuruh pria ini masuk terlebih dahulu. “Maaf, tempatnya kecil dan tidak begitu luas. Maklum aku anak kos disini,” kekehnya. Netra amber itu melihat sekeliling kamar itu. Tidak banyak barang, dan sederhana, benaknya. Setelah mempersilakan duduk, Kagome mengambil piring dan sumpit. “Ini,” menyerahkan satu sup pangsit, bakmi dan nasi. Tak lupa teh panas sudah tersedia di meja lipatnya.

“Kau tidak makan?” Kagome menggeleng. “Aku makannya nanti saja.”

Amber bertemu biru kelabu.”Ambilkan nasi untukmu, kita makan bersama,” titah pria bersurai silver tersebut.

Sekarang jadilah dua manusia berbeda gender ini makan bersama. Walaupun lauknya Cuma sup pangsit dan bakmi, kebersamaan mereka sangatlah bermakna. Kata orang sih, sepiring berdua. Makan ga makan asal ngumpul. Terdengar klise, tapi itu sangatlah berarti. Percakapan didominasi oleh gadis bermahkota hitam, sedangkan surai silver itu khusyuk makan sesekali bergumam ‘hn’.

Hari sudah malam. Pria itu bangkit dari duduknya. “Terima kasih.” Kagome hanya tersenyum manis, “sama-sama Pak.”

“Panggil aku ini Sesshomaru kalau diluar kampus.”

“Hai, Pa-ehh Sesshomaru.Sekali lagi terima kasih banyak,” gadis itu membungkuk dalam.

“Sama-sama.” Baru saja gadis itu mau menutup pintu, suara pria itu memanggilnya. “Kagome.”

“Ya?”

“Besok kita akan ketemu lagi.”

Dahi gadis itu mengernyit, tidak paham apa yang dikatakan pria itu. “Maksudnya?”

Pria itu menghela napas panjang. “Besok pagi Sesshomaru ini akan mengajar pelajaran sejarah di kelasmu.”

“Oke.” Otaknya masih mencerna. Otaknya tidak fokus malah buyar kemana-mana. Tunggu, besok pagi-ngajar-dikelas…”APAAA?” pekik gadis itu.

Don’t be late.

Sesshomaru besok pagi akan mengajar sejarah di kelasnya. Kata-kata itu terus berputar bagai kaset side A dan side B. kagome berteriak bahagia. Ketiban apa aku hari ini, pekiknya. Mimi peri sedang berbaik hati sekarang ini. Apakah ini pertanda cinta? Panah Sagitarius tidak salah sasaran kan? Siapa tahu aja panah itu lurus eh malah berbelok kesini, who knows.  Gadis itu bertekad, besok dia berusaha akan datang tepat pada waktunya.

Tunggu aku, sayang. I will come for you, benaknya bahagia.

TBC.

Author note: Nyahahahaha Bang Sesshy is in the house yo. Mana suara pens nya Sesshomaru? Readers: sayaaaaa!!*suara cempreng mode on*
By the way, saya ucapkan banyak terima kasih kepada readers juga author yang menyempatkan membaca cerita saya ini dimari. Sungguh saya sangat senang.
Bab 3 akan segera menyusul. Menyusul kemana? Ke hatimu #eaaakkkkkk

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada

AmetoAi
LovelyReia
ArishaHatake

See you soon. Salam kecup manjahh.😘😘😘😘

Always With Me, Always With YouWhere stories live. Discover now