Mereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dokter bilang kalau Jungkook harus tetap berbaring manis di ranjang atau setidaknya tidak pergi ke manapun sampai pemeriksaan pada bagian tubuh yang terasa salah selesai dilakukan. Namun tentu saja Jungkook tidak menurut sama sekali. Dia melepaskan infus begitu saja, mengganti pakaian, mengambil kamera di nakas lantas berjalan keluar meninggalkan rumah sakit. Sedikit mendesah yang berlanjut dengan rutukan kala mengingat ponselnya yang sudah menjadi bangkai; hancur berkeping-keping ketika dia dengan otak bermasalahnya melemparkan ponsel itu ke dinding kamar rumah sakit. Jungkook yang dengan bodohnya lupa kalau dia tidak memiliki uang cukup untuk membeli ponsel. Ah, mungkin dia harus sedikit berterima kasih pada enam kakaknya karena telah membayar tagihan rumah sakit yang dia yakin akan mahal sekali sebab dia tidak memiliki surat asuransi.
Jungkook memutuskan kembali ke penginapan setelah membeli camilan di supermarket dengan uang yang tersisa pada kantong celana. Lalu memakannya sambil memandang kegiatan masyarakat Colmar dari balik jendela, sesekali memotret diam-diam. Kemudian pada keesokan harinya, dia memulai semuanya seperti sedia kala. Kali ini dia menyusuri jalan menuju sekolah dasar tempat Taehyung dan Jimin mengajar. Hanya memperhatikan dari jauh. Sesekali memotret ketika kedua kakaknya berada di luar ruangan.
Mereka pasti sesekali pernah melihatnya, lalu mencoba mengabaikan. Jungkook adalah orang paling tidak tersibuk di dunia. Orang-orang sibuk menghindari keterpurukan dengan susah payah, mengganti sesuatu yang lama menjadi luar biasa baru, tetapi Jungkook lebih memilih diam di tempat. Mempertahankan yang lama. Kata Mingyu, "Kau tidak menghargaiku kalau terus berharap pada mereka. Seharusnya kau hanya perlu aku yang akan memilih tinggal kalau kau memang meminta." Tapi sungguh, tidak seperti itu. Mingyu sama berharganya dengan mereka. Jungkook hanya ingin menjadi egois untuk menginginkan mereka menjadi seperti Mingyu. Jungkook haus perhatian. Afeksi mereka adalah miliknya. Jungkook hanya ingin mengambilnya kembali.
"Hei, adik kecil!"
Jungkook memanggil seorang anak perempuan dengan rambut yang dikepang dua. Anak itu paling dekat dengan Taehyung dan Jimin sepanjang ia mengamati kegiatan mengajar piano dan vokal luar ruangan. Jam sudah menunjukan waktu pulang dan anak bergorombolan keluar dengan berlari-lari kecil atau sekadar berjalan sambil menggandeng temannya. Taehyung dan Jimin masih berada di sekolah, barangkali sedang mengambil sepeda.
Anak perempuan yang Jungkook panggil menghampirinya dengan bingung, lalu tersenyum lebar. "Kau kakak yang selalu berdiri di sini dengan kamera dan jajanan yang berbeda setiap hari. Apa ada yang bisa kubantu?"
Ramah dan pintar, oh, pantas saja kedua kakaknya mudah akrab dengan anak ini. Jungkook tersenyum dan duduk untuk menyetarakan tingginya dengan anak tersebut. "Wah, kau benar-benar mau membantuku? Siapa namamu, hm?"
"Azalea."
"Nama yang bagus." Jungkook memuji dengan tulus. Tangannya kemudian merogoh saku jaket dan mengambil beberapa lembar foto, lalu dia tunjukan pada Azalea. "Bisakah kau membantuku dengan memberi penilaian tentang foto yang kuambil, Aza? Itu foto yang benar-benar penting."