Mereka memberi afeksi dengan total, tak tanggung-tanggung, tak ada sisa barang sepercik untuk sekadar jaga-jaga kalau sang penerima tak bisa lagi coba terima, atau menerima dalam kelesapan. Lalu mereka kepayahan, bahkan tatkala untaian kata beterban...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pintu kamarnya diketuk begitu brutal dari luar. Mendesah berat, menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh, lalu berakhir menyingkirkannya dengan paksa karena ketukan yang semakin keras. Pada akhirnya Jungkook berjalan malas-malasan membuka pintu bersama perut yang berbunyi minta diisi. Lantas menemukan Mingyu yang datang bersama wajah dengan ekspresi campuran. Jungkook jadi kasihan melihatnya.
"Mingyu--"
"Minggir!" Mingyu menyingkarkan tubuh Jungkook ke samping kanan. Masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Menarik tangan Jungkook dan membuatnya terduduk di sisi ranjang. Bersedekap dengan wajah masam. "Ke mana ponselmu?"
Jungkook menyengir begitu saja. Tebakannya benar soal Mingyu yang akan menyusul, juga tentang Mingyu yang pasti akan meluapkan kemarahan bersama dengan mengalirnya kekhawatiran. Lantas dia pun berucap santai, "Rusak, hehe. Maaf, oke. Lagipula, sisa uangnya akan kupergunakan untuk pulang ke Korea."
"Dan mereka?"
"Tidak tahu." Jungkook mengangkat bahu. Benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Barangkali kembali seperti ketika dia hidup bersama Mingyu saja, lalu berharap bodoh bahwa mereka akan datang dan merengkuhnya kala dia terlihat begitu hancur. Tapi bahkan ketika dia menunjukan secara langsung kehancurannya, mereka tetap menutup mata. Seperti menganggap Jungkook lihat. Ah, atau Jungkook tidak usah kembali saja, ya? Barangkali mengakhiri semuanya akan lebih baik walau dengan cara tidak terhormat.
Netranya kembali menatap Mingyu yang menyisakan kekhawatiran menumpuk. Pemuda itu berjongkok di depan Jungkook dan menggenggam tangannya. Lantas berkata, "Kenapa wajahmu pucat sekali? Jelek. Kau tidak makan berapa hari, hah? Kau tahu, kalau kau tidak akan ikut mati karena mereka tidak lagi memiliki napas, maka aku sudah membunuh mereka."
"Aku bodoh sekali, ya?"
"Sama sekali tidak kuragukan."
"Aku menyusahkanmu. Tapi kau tahan sekali denganku. Kau tidak meninggalkanku."
"Baru sadar?"
"Aku tidak menyusahkan mereka. Tidak menunggu mereka datang lagi. Aku yang mendatangi mereka, tapi kenapa aku yang ditinggalkan?"
"Sekarang, kau mau pergi bersamaku?" Mingyu mengubah posisi menjadi duduk di samping Jungkook. Lalu membawa sahabatnya dalam dekapan erat. "Mau melupakan mereka?"
"Tidak. Maksudku, aku akan di sini sebentar lagi." Mingyu melepas pelukannya. Hendak memprotes tapi Jungkook lebih dulu berujar, "Hanya sampai hari ulang tahunku, Mingyu." Menatapnya dengan sorot memohon dan putus asa. "Setidaknya aku mendapat ucapan selamat, kan?"
Itu membuat Mingyu semakin membenci mereka. Jungkook tahu hal tersebut dan dia jadi merasa iri karena tidak bisa seperti Mingyu. Dua hari kemudian dia kembali merenung sendiri tanpa Mingyu yang memperhatikannya dengan menghadirkan wajah datar. Tidak berbicara apa pun sebab lagi-lagi muak pada dia yang keras kepala. Saat pamit pergi pun hanya mengucapkan kalimat ancaman, "Kalau tidak menemuiku, aku menghancurkan keenam kakakmu. Sumpah, aku benar-benar bersumpah!" Lalu dia akan menanggapi dengan cengiran yang kakak-kakaknya bilang itu sangat menggemaskan.