Bab 03 Musuh!

16.2K 1K 11
                                    

“Kamu itu bangun rumah Fan.”  Aku mengernyit mendengar ucapan Bella.

Siang ini kami akhirnya makan siang bersama. Siang pertamaku di Yogya dan mulai aktivitas kerja. Bella mengajakku ke rumah makan yang ada pilihan sambalnya. Berbagai menu sambal di hidangkan. Bahkan ada sambal teri kesukaanku. Jam istirahat siang begini rumah makan dengan nuansa merah kuning ini sangat penuh. Bahkan ada yang sempat mengantri untuk mendapatkan tempat duduk.

Aku bisa bayangkan rasa gerah kalau aku duduk di dalam.  Untung saja kami mendapat tempat duduk yang ada di luar. Jadi tidak sepanas bayanganku saat menatap ke dalam.

“Bangun rumah apa maksud lo?” Aku sudah terbiasa ber lo gue sama Bella sejak dulu masih di bangku kuliah. Tapi sejak Bella menikah dan di pindah ke sini, dia jadi lebih sopan memanggilku.

Bella kini tersenyum dan membenarkan hijab warna hijau tosca yang di pakainya. Siang ini dia tampak cantik. Entah kenapa aku sedikit iri dengan Bella. Padahal, aku tidak memuji diriku sendiri. Tapi antara aku dan Bella, akulah yang menang kalau di lihat dari segi fisik. Aku putih, Bella lebih ke sawo matang kulitnya. Aku tinggi semampai, Bella lebih berisi dan pendek daripada aku. Dan dulu di kampus, akulah yang menjadi ratu kampusnya. Sedangkan Bella, setahuku tidak pernah berpacaran. Dia hanya mengatakan kepadaku. Ingin mendapatkan suami.

Memang benar, karena akhirnya dia bertemu dengan Vino. Satu bulan setelah berkenalan, Bella rela dinikahi Vino. Dengan syarat dia harus ikut Vino pindah ke Yogya ini. Padahal di Jakarta karir Bella sedang bagus-bagusnya. Aku dulu menyesalkan keputusan Bella untuk pindah ke kota ini. Memutuskan tidak menerima promosi yang di berikan bos kami. Lebih memilih memiliki anak dan berhenti bekerja untuk sesaat. Tapi namanya rejeki, kalau Bella bilang. Dia mendapatkan panggilan lagi dan akhirnya menempati posisi seperti saat ini.

“Bangun rumah di neraka.”

“Astaga!” Teriakanku yang keras membuat beberapa pengunjung di meja sebelah langsung menoleh kepadaku. Aku langsung menunduk dan menyembunyikan wajahku.

Malu. Dimana sopan santunku saat ini?
Aku tersedak saat mendengar ucapan Bella. Dia tega banget bilang seperti itu kepadaku. Bella mengulurkan air putih yang langsung aku teguk sampai tandas.

“Maaf Fan. Jadi tersedak ya?”

Aku mendengus kesal saat menatap Bella. Menerima gelas yang di ulurkannya dan kini langsung meneguk semuanya.

“Kejem lo Bel. Masak doain gue masuk neraka.” Setelah meletakkan gelas ke atas meja yang isinya sudah aku tandaskan kuambil timun yang ada di piring tempat lalapan. Rasa sambal di sini memang sangat hebat. Pedasnya membuat peningku jadi hilang. Aku juga sudah pesan dua piring sambal terasi dilengkapi dengan nila bakar yang langsung aku santap.

“Bukan begitu maksudku Fan. Tapi ni ya kamu pacaran sama Bimo udah 5 tahun lebih. Dan sekarang kamu mau gitu aja diajakin zinah?”

Aku langsung melotot mendengar ucapan Bella. Pusing sebenarnya sejak semalam, jadi aku curhat sama Bella tentang gejolak hatiku ini. Dia hanya menganggukkan kepalanya sejak aku mulai bercerita. Tidak ada interupsi. Tapi saat aku sudah selesai bercerita, dia langsung mencercaku seperti itu.

“Bukan kayak gitu Bel. Lo tahu sendiri gue cinta mati sama Bimo. Terus sampai setua ini gue juga nungguin Bimo. Dan sekarang saat dia udah ngelamar gue, masa ya gue tolak?” Aku memalingkan wajah dari Bella. Menatap dua sejoli yang baru saja turun dari atas sepeda motor yang di parkir di halaman yang tak jauh dari tempatku duduk. Melihat mereka, aku rasanya ingin kembali ke masa itu. Masa-masa yang tanpa beban pikiran. Yang ada berfoya-foya dan bersenang-senang.
Jentikan tangan Bella menyadarkanku. Aku kembali menatapnya. Bella menatapku dengan muram. Sahabatku itu selalu tidak setuju dengan ucapanku, tapi dia tahu menghargai perasaanku dengan tidak menentang dengan keras.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang