Rangga pun kemudian membuka buku tersebut. Tampak sebuah tulisan-tulisan kecil di atas kertas yang sudah sangat buram. Rangga membaca catatan tersebut satu persatu. "Ini mah buku rumus-rumus." ucap Rangga. "Gila ya, buku beginian masih disimpen aja." ucap Rangga yang kemudian meletakkan buku tersebut. Akan tetapi saat ia hendak meletakkan buku tersebut tepat di atas sebuah album, ada selembar kertas kecil yang jatuh dari dalam buku tersebut.

Rangga dengan segera mengabil kertas tersebut. Ia pun melihat kertas tersebut dengan sedetail mungkin. Dahi Rangga mengkerut ketika melihat kertas tersebut yang ternyata isinya adalah sebuah foto seorang wanita dengan pemilik buku tersebut.

Kedua bola mata Rangga membulat dengan sempurna. "Gue nggak salah liat, kan?" tanya Rangga. "Jadi, cewe yang dimaksud selama ini itu dia?" tanya Rangga.

"Dari awal, gue udah yakin kalau dia cewe yang dimaksud." ucap Rangga.

Rangga kemudian mengambil foto itu dan membuka buku selanjutnya. Buku yang dibukanya kali ini adalah buku tulis biasa. "Pasti ini buku catatan pelajaran lagi." ucap Rangga. Meskipun begitu, ia tetap saja membuka buku tersebut.

Halaman pertama dari buku tersebut terdapat sebuah coretan yang bewarna merah. Bukan, ini bukan coretan, melainkan beberap titik bewarna merah dan sedikit goresan bewarna merah. Rangga pun membuka lembar kedua. Lembar kedua terdapat tulisan yang di tulis dengan tulisan yang sangat tidak rapi. Dengan cepat Rangga membaca tulisan tersebut. Setelah membaca tulisan tersebut, Rangga pun menyudahin pencariannya.

"Gue harus gerak cepat. Gue nggak mau masalah ini terus berlarut sampai membuat banyak korban." ucap Rangga.

Rangga kemudian membawa buku tersebut beserta foto yang tadi ia temukan.

Ia pun kemudian mengambil jacket hitam yang tergantung pada kursi belajar miliknya dan kemudian beranjak dari kamarnya.

*** 

Azila membaca buku yang sedang ia pegang sekarang. Kedua bola matanya benar-benar fokus pada kata demi kata yang terdapat dalam buku tersebut.

Tok...tok...tok...

Mendengar suara pintu kamarnya diketuk, Azila pun menghentikan aktivitas membacanya. Ia kemudian beranjak dari meja belajar menuju pintu kamarnya tersebut.

Azila pun kemudian membuka pintu kamarnya itu. Terlihat seorang wanita paruh baya berdiri tepat di depan pintu kamarnya dengan senyum yang indah. "Sayang, kamu lagi ngapain?" tanyanya pada Azila.

"Belajar ma," sahut Azila sembari melangkah masuk ke kamar beserta wanita paruh baya tersebut.

Wanita itu duduk di kasur bewarna pink milik Azila dan diikuti oleh Azila. "Kamar kamu wangi banget sih, wanginya enak lagi."

Azila hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Makan yuk, nak!" ajak wanita itu.

Azila mengangguk. "Duluan aja ma, Zila masih mau belajar." ujar Azila.

Wanita itu tersenyum sembari mengusap lembut pucuk kepala Azila, "Belajarnya nanti dulu ya, sekarang kita makan dulu aja."

Mendapatkan perlakuan dari wanita itu, Azila pun mau tidak mau harus menuruti permintaan wanita itu. 

Mereka kemudian turun ke lantai utama untuk makan bersama.

Azila dan RahasiaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora