Dan berakhirlah Edgar hanya bergerak-gerak tak menentu sehingga tempat tidur yang awalnya rapi menjadi kusut tak beraturan. Tapi, sekarang Edgar bingung, kenapa seprai yang rapi berubah jadi kusut, namun otaknya tak ada perubahan sama sekali?

Tiap kali lintasan wajah Andrew muncul, Edgar akan berpindah posisi. Diam. Lalu tampang Andrew kembali ngeksis di benaknya, Edgar berpindah posisi lagi. Begitu terus sampai bayangan Andrew hilang. Dan nyatanya bayangan itu tidak hilang-hilang:)

Terpujilah Andrew dengan segala ketampanannya yang mengganggu kinerja otak Edgar.

Edgar menyerah dengan kegabutannya. Ia memilih beranjak dari tempat tidur dan memilih mengambil sebuah novel di rak bukunya. Mungkin membaca buku dapat menghilangkan bayang-bayang Andrew yang mengganggunya.

Edgar kembali menaiki tempat tidurnya, mengatur posisi senyaman mungkin agar membacanya lebih fokus.

.... Perlahan Jason mendekati Eleanna, matanya tak sekali pun berkedip menatap pahatan sempurna yang Tuhan berikan untuk wanita secantik Eleanna. Jason mengamati tubuh sintal milik Eleanna, menahan diri agar tidak terlalu terburu merasuki tubuh molek itu. Secara lembut Jason menyesap bibir yang sedari tadi menggodanya, memagutnya dengan panas ....

Edgar membaca buku itu dengan pikiran mengawang, membayangkan tiap adegan itu untuk menyelami jalannya alur cerita.

... Perlahan Andrew mendekati Edgar, matanya tak sekali pun berkedip menatap pahatan sempurna yang Tuhan berikan untuk pria semanis Edgar. Andrew mengamati tubuh berisi milik Edgar, menahan diri agar tidak terlalu terburu merasuki tubuh molek itu. Secara lembut Andrew menyesap bibir yang sedari tadi menggodanya, memagutnya dengan panas ....

'Oh, jadi ini Kak Andrew sama gue mau enaena,' pikir Edgar saat otaknya membayangkan adegan dalam novel tanpa sadar bahwa otaknya membayangkan 'cerita lain'.

'Kak Andrew buka baju? LHO! SEJAK KAPAN JASON JADI ANDREW!? NGAPAIN JUGA GUE NGAYAL JADI ELEANNA!?' Edgar memekik dalam hati saat menyadari bisikan adegan tidak senonoh dalam cerita ini. Edgar menutup bukunya kasar dan melemparnya ke lantai.

"BUKU APAAN NIH?" pekik Edgar menatap novel itu horor, ia tak pernah membaca buku dewasa sebelumnya, buku ini ia beli atas rekomendasi Farlan, teman sekelasnya. Dan sekarang ia justru membaca cerita erotis dengan bayangan ia dan Andrew. EDGAR RASA DIRINYA SUDAH TIDAK WARAS!

Edgar mengacak rambutnya frustrasi, kemudian berjalan memasuki kamar mandi, membasuh wajahnya untuk setidaknya mendinginkan kepalanya yang sudah mulai gila. Gila akan Andrew.

Hm:)

Berterimakasihlah dengan Farlan yang memberikan rekomendasi buku tidak senonoh ini. Baik, Edgar membulatkan tekad untuk berterima kasih dengan Farlan esok hari. Mungkin ciuman pada pipi Farlan cukup.

Maksudnya ciuman pake bogem mentah Edgar di pipi Farlan.

Edgar kecil-kecil gini pernah ngikut karate, tahu! Ya walaupun cuma ngikutin gerakan dari TV doang sih, tapi lumayanlah. Sekedar mukul juga Edgar pasti bisalah.

Uke kita makin manly aja, ya. Jadi terharu. Hehe:)

Setelah mendinginkan kepalanya, Edgar keluar dari kamar mandi dan betapa terkejutnya Edgar saat melihat Mamanya menggenggam buku Edgar, membacanya dengan teliti.

"... Ma?"

"Wah Edgar, masih kecil udah berani baca ginian, ya!"

"Itu nggak yang kayak mama pikir. E-Edgar bisa jelasin ...."

"Terus?"

"Itu ... Edgar diboongin temen. Ini mau dibuang kok, serius! Edgar belum baca sampe akhir kok, Ma! Edgar buang kok, janji! Atau mau dibakar? Ba-bakar aja, Ma!"

"Ngapain di bakar? Buku kan dibeli buat dibaca."

"Tapi, kan Edgar belum cukup umur! E-Edgar juga nggak berani baca itu."

"Kalo gitu kasih aja sama Andrew!" Hm, lagi-lagi Mama Edgar bawa-bawa nama Andrew. Sepertinya peran Andrew sudah terbentuk sempurna di mata Mama.

"Kok kasih ke Andrew?"

"Ya biar ada pengalamanlah! Jadi, nanti pas nusuk kamu nggak bakal lecet."

"Ngawur!!!"

Edgar menjerit histeris, diambilnya novel dari tangan mamanya yang kebingungan melihat Edgar keranjingan seperti itu, dimasukkannya novel dewasanya ke dalam plastik lapis tiga, dilakbannya bungkusan buku tersebut hingga tertutup rapat, lalu Edgar berlari keluar rumah, ia buang ke tempat sampah depan komplek rumahnya.

'Aman!' pikir Edgar lega.

Tak akan Edgar biarkan otaknya yang polos dijamah oleh buku mesum seperti itu, nggak akan pernah!






—Bersambung—

Oh, Her Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang