BAB 26

114K 12.7K 4.2K
                                    

BAB 26

SADENA tahu bahwa Hana Syafira adalah aktris paling menyebalkan dan pada satu momen, Sadena pernah menyukai perempuan itu, namun dia tetap bersikap 'ramah' padanya bila berada di sekitar orang lain. Seperti saat ini. Sadena, Hana, dan Ladit menonton pengambilan take Sandra dan Thama. Konteks sebenarnya adalah Sadena mengawasi Thama supaya tidak mengganggu Sandra, Hana yang selalu ingin ada di dekat Sadena, dan Ladit yang tidak ingin ditinggal seorang diri di basecamp.

"Wah, aku yakin aktingnya pasti bagus," ucap Hana dengan senyum dibuat-buat.

Tim kru melihatnya dan kagum, mungkin karena Hana sebagai senior 'mengayomi' para juniornya begitu baik. Hana tahu itu dan dia berusaha untuk tidak terlihat tahu. Sadena berdecak dalam hati. Sebagai perasa yang baik, Sadena sangat peka sifat ular seperti Hana ini yang haus pujian dan rasa kagum dari orang-orang.

"Semoga, ya," ucap tim kru perempuan dengan tersenyum. "Ini hanya satu take, jadi aku juga berharap Sandra bisa melaluinya dengan baik."

Satu take? Sadena menautkan alisnya, bingung. Setahunya, selalu ada minimal dua take bahkan lebih daripada itu agar hasil maksimal. Ah, melihat Thama, Sadena tahu bahwa laki-laki itu tidak sudi mengambil take dengan Sandra karena insiden hari itu, dan mungkin saja, Sandra yang meminta Thama untuk take meski hanya satu kali. Sungguh profesional.

Sutradara tampak bersiap di monitor. Tampak dia mengucap doa terlebih dahulu sebelum berseru. "Ready."

DOP membalas. "Okay. Take satu, scene dua belas," kemudian menepuk papan film.

Sadena melihat ke arah Sandra dan Thama yang sudah bersiap. Mereka berjalan di antara siswa-siswi berseliweran. Thama melihatnya berkali-kali sementara Sandra tampak gugup karena sesuai skenario, dia akan bertemu dengan ketua yayasan sekolah—atau ibu Raja.

"Soal Raja, kalo gue boleh tebak?" tanya Thama, dua tangannya masuk ke dalam saku celana.

Sandra mengangguk, melihat Thama satu kali sebelum menghela napas. "Bukannya selalu soal Raja?"

Senyum Thama menghilang. Dia berhenti berjalan, begitupun Sandra. Thama mengambil tangan Sandra dengan wajah serius. "Denger. Lo bener-bener diterima baik keluarga gue. Kalo Kak Reon lembur, lo bisa—"

Sandra tersenyum kecil. "Nggak apa-apa."

Thama menatap Sandra cemas, alisnya tertaut. "Bener?"

"Iyaaa," kini, Sandra nyengir lucu, dan Sadena berharap bahwa hanya dirinya yang bisa melihat cengiran itu, hanya untuk dirinya.

Thama cemberut, mereka kembali berjalan. "Gue cuma gak mau lo kenapa-kenapa."

Sandra melirik Thama, lalu bergumam. "Jadi baper."

"Hah?"

"Enggak," Sandra tertawa dan meninggalkan Thama, meninggalkan tanda tanya besar padanya.

"Cut," ucap Seth dengan nada puas. "Bagus, bagus!"

Thama mengerjap. Dia melihat Sandra sekali lagi, lalu tersentak dan bergegas keluar lokasi syuting menuju managernya. Sementara Sandra masih di lokasi, terlihat termenung untuk beberapa saat, tapi ada rasa syukur di wajahnya.

"Gue mau pulang sekarang," ucap Thama pada managernya.

"Tunggu, Thama masih ada satu scene lagi," tim kru langsung memotong dengan sopan. "Sebenarnya di sini ada dua Ratu. Sandra dan Hana Syafira. Thama masih harus take dengan Hana Syafira."

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang