Agni bersyukur tadi ia memilih memakai kemeja kebesaran dan rok balon selutut, jadi perutnya yang sudah agak membuncit jadi agak tersamarkan. Syukur juga ia datang bersama Saveya. Lihat saja, baru selangkah keluar dari lift, semua mata sudah menatap ingin tahu ke arah Agni, bahkan ada yang terang-terangan berbisik rusuh. Entahlah, menurut Agni, ia masih seperti Agni yang dulu. Tapi menurut Saveya sih Agni sudah beda sekali dari segi penampilan. Lebih berisi, tentu saja. Rambut Agni sudah memanjang, baju Agni yang sederhana namun benar-benar terlihat mahal, belum lagi clutch Agni yang siapa pun tau itu adalah clutch mahal bingitz. Turun ke bawah, kaki Agni dihiasi flat shoes yang bling-blingnya bikin sakit mata.
Beda sekali dengan Agni saat pertama kali bekerja di perusahaan kapan tahu itu.
"Gue yakin adik si bos pasti kece abis dandanannya ya. Buktinya dia bisa dandanin lo sebegini 'mahal'-nya."
"Gue risih sebenarnya." Dengus Agni sambil menyampirkan rambut curlynya ke belakang telinga.
"Tapi beneran, gue gak peres, lo cantik banget. Jadi fresh gitu. Efek lagi hamil juga kali ya." Saveya tidak main-main memujinya, Agni memang terlihat semakin cantik. "Lo harus pertahankan style lo sekarang. Sadar, Neng, lo istrinya Gabriel Keanu Abraham yang tajir melintir itu. Entar kalo lo tampilannya ngegembel, si bos nyari lain pula."
"Amit-amit, amit-amit. Isshh, doa lo gak banget sih. Sumpah, jangan sampe, jangan sampe."
Saveya tertawa puas. Setelah membayar, keduanya balik ke gedung kantor dan menerima tatapan-tatapan super penasaran dengan segala macam perubahan penampilan Agni.
"Mau di antar sampai ke ruangan bos?"
Agni menggeleng pelan. "Gue sendiri aja."
Saveya mengangguk, berbalik arah masuk lagi ke lift. Daycare berada di lantai paling atas. Agni menarik napas, menghembuskannya, berjalan pelan ke arah ruangan suaminya berada.
"Lho, Saveya, katanya bareng istri saya. Istri saya mana?"
Agni masih radius tiga langkah dari sumber suara. Fix ini, mata-mata penasaran tadi sudah mendapatkan gosip paling lezat sedunia.
@@@
"Ya kamu kan memang istriku."
Agni makin senewen. Bisa-bisanya Gabriel merespons seringan itu. Tak tahukah ia bahwa Agni sudah ketar-ketir sendiri? Agni berani bertaruh, sekeluarnya ia dari ruangan ini pasti ia akan menjadi sasaran empuk para biang gosip sekantor.
"Tapi kan gak gitu itu, Mas. Orang kantor kan belum pada tau status kita."
"Oh, berarti sekarang mereka sudah tau." jawab Gabriel seringan bulu. Pria itu duduk di balik mejanya, menekuni laptop. Berbaca email dan membalasnya beberapa. "Mana sotoku?"
Agni berdecak. Ia letakkan soto di meja kopi. Membukanya, mencampur dengan nasi yang ia bawa. Gabriel tidak suka nasi yang ada di warung-warung, jadi tadi ia membawa nasi dari rumah.
Meletakkan mangkuk di depan Gabriel, Agni mengambil air mineral dingin dari kulkas kecil di sudut ruangan. Kemudian ia berjalan ke pintu keluar.
"Mau kemana?"
"Daycare."
"Gak ne—
Blam! Pintu tertutup. Sah, Agni ngambek.
@@@
Agni misuh-misuh saat memasuki ruangan Saveya. Jabatan Saveya sudah beralih menjadi kepala Daycare, jadi urusan mengasuh anak-anak bukan tugasnya lagi. Agni mendaratkan bokongnya, menggerutu dan bersidekap.
Saveya cuma cekikikan.
"Alamat deh ini, Vi."
"Apaan?"
YOU ARE READING
MAUVE ON
RomancePernah dengar cerita tentang seorang Putri yang begitu mencintai pengawalnya? Kisahnya berawal saat si Pengawal menjebak sang Putri. Demi agar membungkam mulut pengawalnya, Putri bersedia memenuhi semua permintaan pengawal-dari yang aneh sampai yan...
