MissUnderstand

781 121 6
                                    

aku menurut saja ketika Chanyeol mengajakku untuk pergi ke rooftop, memang luka ku kali ini lebih serius daripada luka yang sebelumnya. Aku tidak pernah mengalami sobek pada bagian sudut bibirku, tapi ternyata aku mengalaminya setelah pukulan keras yang aku terima dari ayahku semalam.

Chanyeol membersihkan sudut bibirku menggunakan obat-obatan yang ia dapat dari Xiumin Hyung. lalu ia menempelkan plester rilakuma dibagian yang sobek.

Seingatku,  Chanyeol selalu menyimpan plester ini di saku baju atau celananya. Jumlahnya yang langka membuat Chanyeol sangat berhati-hati menggunakannya. Karena setahun belakangan ini plester itu sudah jarang ada di minimarket maupun apotek tempat Chanyeol biasa membelinya.

karena mulut besar Chanyeol yang tidak berhenti mengoceh itu selalu menceritakan betapa bingung dan sedihnya ia ketika ia mengetahui jika plester itu sudah benar-benar langka.

aku menatap Chanyeol yang sedang memandang ke depan, aku tidak bisa mencerna sedikitpun raut wajah yang sedang Chanyeol tunjukkan saat ini.

"Yeol.. aku ingin mengatakan sesuatu padamu..." Aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat mengganjal hatiku beberapa tahun ini, disini... di rooftop yang indah ini aku akan mengatakan semuanya.

"A-Aku men... menyukaimu Yeol!! Karena itu, aku harap setelah kau mendengarnya kau tidak menjauhiku meski kau tidak menyukaiku. Aku tau ini benar-benar tidak nyaman untukmu, hanya saja perasaan ini tidak bisa aku tahan lebih lama lagi Yeol..." Aku mengatakannya dengan menunduk karena aku sangat-sangat malu pada diriku sendiri.

hampir satu menit aku terdiam menunggu jawaban dari Chanyeol. aku putuskan untuk mendongak dan  menatapnya, ternyata ia masih dalam keadaan memandang kedepan. Akhirnya aku putuskan untuk memanggilnya.

"Yeol... yeoll... Chanyeol! Akh!...." meringis ku menahan perih yang tiba-tiba menyerang sudut bibirku yang terbalut plester rilakuma yang barusan Chanyeol tempelkan.

"A-Apa... Kyungsoo-ya... kau memanggilku?" Aku begitu marah dan terkejut dengan apa yang barusan saja ia katakan kepadaku.

mwo?! Apa katanya!? jadi apa yang aku katakan padanya tadi sia-sia. perasaanku... ia bahkan tidak mendengarkannya sama sekali. - Dks

"Lupakan saja, aku mau bekerja!" Aku sedikit meninggikan suaraku padanya, agar ia mengerti bahwa aku sedang marah dengannya. karena amarah yang memuncak, aku putuskan untuk meninggalkannya sendiri.

"Tunggu aku Kyungsoo-ya!!" aku memilih menghiraukan suaranya yang menggema memanggilku. Aku sudah tidak perduli lagi dengan apapun yang ingin ia katakan. hatiku, perasaanku, aku sudah tidak bisa mengontrolnya lagi.

sudah dua jam yang lalu saat Chanyeol mengabaikanku di rooftop, aku sudah mendiamkannya selama dua jam. Aku tentu saja masih marah dengan apa yang Chanyeol perbuat. Bayangkan saja ketika kau sudah sangat serius ingin mengatakan perasaanmu dengan susah payah ia hanya mengabaikannya saja. bukankah itu menyebalkan!?

"Kyung... Maaf...." Chanyeol menahan lenganku untuk menghindarinya lagi, aku masih ingin marah dihadapannya tapi mendengar suaranya yang sendu membuat aku hampir saja memaafkannya sebelum aku teringat bagaimana ia mengabaikanku tadi.

"Lepaskan aku Chan..." Biarlah aku tetap dengan pendirianku, aku benar-benar marah dengan apa yang Chanyeol  lakukan.

Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya  tentang kejadian di atap kafe. Mungkin sepertinya Tuhan ingin aku menyembunyikan perasaan ini lebih lama lagi.

"Apa kau mendengarkan apa yang aku katakan padamu Chan?" aku mencoba bersabar, kembali menanyakan hal yang membuatku merasa cukup marah sedari tadi.

"A-Aku ti-tidak tahu Soo-ya... Maafkan aku...."  aku putuskan untuk tidak mengingat kejadian memalukan ini.

Meskipun aku kecewa dengan Chanyeol,  tapi aku bersyukur ia masih mau berteman denganku. Biarlah saja perasaan hina yang aku punya tersimpan rapat.

Aku tidak ingin mengharapkan apa yang sesungguhnya tidak bisa aku gapai. Chanyeol,  layaknya bintang di langit; Indah namun sulit untuk diraih.

"Baiklah... lupakan saja..." Aku memutuskan untuk mengatakan itu karena memang sudah tidak ada yang perlu untuk dijelaskan.

Aku melepaskan tangan besar Chanyeol di lengan ku dan meninggalkannya, sebelumnya aku sempat melihat wajahnya. ia tampak sangat-sangat menyesal dan merasa bersalah karena telah mengabaikanku.

Maafkan aku Chanyeol, perasaan ini harus aku kubur jauh lebih dalam lagi.

Maafkan aku yang tak mampu menjelaskan lebih jauh tentang apa yang terjadi.  Aku tak kuasa,  dan akan lebih baik jika kau tidak mengetahuinya.















Emang pendek ternyata :')

My Beloved BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang