CHAPTER 17

1.7K 260 12
                                    

In Baekhyun's Eyes...

Edinburgh. Adalah kota tujuan kami selanjutnya. Bukan karena alasan sederhana sebenarnya, tapi karena menurut Ten, ada seorang Servicer muda yang sangat jenius di Edinburgh yang membelot dari Negara Tunggal.

Memang, terdengar aneh ketika seorang Servicer membelot, bahkan dalam systemku, pembelotan adalah hal yang tak mungkin seorang Servicer lakukan—mengingat bagaimana Sentry sudah melakukan brain-washing pada mereka.

Tapi untuk sekarang, kurasa aku tak punya banyak pilihan selain mempercayainya.

Gadis mungil bernama Jihyo—yang menarik perhatian Yuta—kini tengah menyetir. Ia tak banyak bicara, dan dari yang kutangkap, ia tampaknya enggan berinteraksi dengan kami. Bukannya kami juga mengharapkan interaksi berarti darinya, kedatangan Jihyo hanya menambah jumlah orang yang kucurigai.

Kami masih mengabaikan Sara, seperti rencana awal yang sudah kami susun sebelumnya. Bahkan sekuat tenaga aku berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Yeri—Sara yang berada dalam memorinya sekarang bukan?—karena jika aku menatap sepasang bola mata kekanakkannya, aku mungkin akan gagal.

██║│█║║▌ One and Only │█║║▌║██ Chapter 17

"Grey?" kudengar Yeri berucap, dengan nada khawatir yang biasa ia gunakan saat ia tengah ketakutan.

Ingin, aku sungguh ingin memandangnya, memastikan ia dalam keadaan baik-baik saja, tapi dari scanning yang kudapatkan ia memang baik-baik saja. Tanda vitalnya dalam batas normal, ya, aku tahu jelas yang terkena gangguan adalah psikologisnya, dan aku merasa sangat tidak berguna karena tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya.

"Baekhyun?"

Apa Yeri kembali?

"Ya, Yeri-ah?" tanpa sadar aku memalingkan wajah, menatap ke arahnya, meski kemudian aku harus menelan bulat-bulat sebuah ekspresi kemarahan yang terpasang di wajahnya.

"Kau mengabaikanku, Grey." aku tidak mengerti, Yeri tak pernah bicara dengan nada sedingin ini, tidak pernah sekalipun, dan sekarang ... Sara bahkan bisa menciptakan manipulasi dalam emosi Yeri?

"Aku tak mengabaikanmu, Yeri." ujarku akhirnya.

"Yeri?" ulangnya dengan nada tidak percaya, aku tahu ia pasti mempertanyakan mengapa aku memanggilnya dengan nama yang tidak ia inginkan.

Aku begitu enggan melihat ekspresi semacam itu di wajah Yeri, tapi daripada berlama-lama membiarkan Sara menguasai benaknya dan mengabaikannya, bukankah lebih baik jika aku mengubah sikapku padanya?

"Aku memanggilmu seperti itu karena Yeri memang namamu." ucapku, kini, Yeri memicingkan matanya tak percaya, sepasang bola matanya bahkan ikut bergetar, menahan tangis, mungkin.

"Tapi bukankah kita sepakat untuk—"

"Hanya jika kita ada di luar, Yeri. Kita sekarang ada di dalam mobil, tidak ada alasan bagimu untuk memanggilku Grey, atau aku harus memanggilmu Sara."

Beberapa sekon ia menatapku, tak percaya, sebelum ia memalingkan wajah juga tubuhnya, membelakangiku.

Apa aku terlalu keras padanya? Apa aku melukainya?

"Yeri?" panggilku pelan.

"Jangan bicara padaku, Grey." ujarnya singkat.

Kurasa aku benar-benar melukainya. Dan mungkin—tidak. Ini yang jadi tujuanku bukan? Membuatnya terluka. Membuat Sara terluka.

One and Only [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang