Part One

6K 381 20
                                    

Seorang gadis muda berusia sekitar 23 tahun menyusuri jalan yang sebagian telah tertutupi salju. Mengenakan payung biru tua untuk menghalangi salju yang sedang turun perlahan. Ia baru saja pulang dari toko kue tempatnya bekerja. Udara cukup dingin menembus helaian mantel tebal yang sudah menutupi tubuhnya dengan sempurna.

Melewati sebuah taman ia melihat seseorang yang sedang meringkuk di atas sebuah bangku. Ia yang merasa sedikit heran mendekati orang tersebut mencoba membangunkannya, berpikir mungkin ia dapat membantu.

"Ano.. Permisi. Tuan." tangan kanan Hinata menyentuh bahu pria tersebut dan mengguncang pelan tubuhnya berusaha membangunkannya. Cahaya lampu taman yang temaram membuat Hinata tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

Tak ada respon. Hinata mencoba membangunkannya lagi.

"Permisi, tuan."

Tubuh pria itu bergerak sedikit, merapatkan mantelnya, lalu bangun dari tidurnya.

Mata Hinata membulat melihat seseorang di depannya lantaran ia masih tak percaya dengan penglihatannya. Meskipun hal itu sudah berlalu cukup lama, tapi Hinata masih tidak bisa melupakan wajah orang itu.

"U-Uhi-Uchiha-san?" Hinata tergagap menyebutkan nama marga orang tersebut. "Apa yang kau lakukan di sini?" Hinata masih tidak percaya orang yang awalnya ia kira tunawisma ternyata adalah orang yang membuat masa sekolahnya kelam. Sedangkan orang yang disebut namanya masih setengah sadar dari bangun tidurnya.

Uchiha Sasuke-nama lengkap pria tersebut- menolehkan kepalanya ke arah Hinata. Mengumpulkan kesadarannya untuk melihat orang yang masih terlihat samar di matanya dengan sedikit sempoyongan.

Sasuke mendengus. "Hyuuga?" 

Tercium aroma alkohol yang menyengat hidung Hinata begitu Sasuke membuka mulutnya menyebut nama marganya. Ia baru menyadari wajah pria itu ada luka di beberapa bagian dan pipi kirinya yang lebam. Hinata bertanya-tanya penasaran dalam hati apa yang terjadi pada Uchiha Sasuke yang dulu dikenal sangat menjaga penampilannya.

 "Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya hinata lagi.

"Kau masih mengenalku?" Ujar Sasuke tak menjawab pertanyaan Hinata.

"Aku tak akan melupakan wajah orang yang sudah membuat masa sekolahku menderita." Ada jeda sedikit di antara mereka. "Apa yang kau lakukan di sini?" Hinata mengulangi pertanyaannya.

"Bukan urusanmu." Hinata terdiam.

Benar. Apa yang terjadi dan apa yang dilakukan pria itu hingga sampai berakhir di tempat seperti ini bukanlah urusannya. Seharusnya Hinata tidak peduli. Seharusnya Hinata meninggalkan saja tempat itu ketika ia tahu bahwa orang yang ia kira sebagai tunawisma adalah biang keladi dari segala penderitaannya dulu. Tapi kenyataannya, hati nuraninya mengalahkan logikanya untuk mengabaikannya begitu saja.

Memejamkan mata dan menghembuskan nafas berat ia meraih tangan Sasuke lalu menariknya untuk pergi dari tempat itu.

"Apa yang kau lakukan!" Bentak Sasuke ketika diperlakukan demikian oleh Hinata. Meskipun ia terlihat menolak, namun ia membiarkan Hinata menariknya ke tempat yang gadis itu tuju. Tubuhnya sudah terlalu lelah dengan segala permasalahannya hari ini.

*****

Sebuah toko kue yang kala itu telah sepi terlihat seorang pria sedang merapikan meja dan kursi di sana. Tubuh gempalnya terlihat lincah membersihkan toko kuenya yang hari ini ramai seperti biasa.

Lonceng yang terdapat di atas pintu masuk berbunyi pertanda ada seseorang yang masuk.

"Maaf, toko kue kami sudah tutup-" Pemilik toko yang baru menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk cukup terkejut  dengan kedatangan tamu tersebut. Kedua alisnya naik, merasa heran. "Hinata?" Perhatiannya teralihkan oleh pria dengan luka di wajah yang di bawa Hinata. "Kukira kau sudah pulang."

Winter Chance (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang