Bagian Sembilan

635K 50.7K 2.5K
                                    

Bella mengedarkan pandangan ke sekitar, ia terus terjaga padahal waktu sudah menunjukan pukul 11 malam dan hujan deras disertai guntur terus bersahutan sejak tadi. Bella yakin, amat sangat yakin kalau Allfred pasti di sekitarnya. Namun, sudah berjam-jam Bella menunggu sejak Kevin tiba-tiba saja menghilang, sosok Allfred belum juga muncul.

Geram. Tentu saja Bella merasakan geram pada mahluk itu, di saat Bella menginginkan kehadiran mahluk aneh itu, mahluk aneh itu malah enggan menunjukkan wujudnya. Padahal di saat Bella tidak menginginkan kehadiran mahluk itu, mahluk itu selalu menampakan dirinya, baik secara terang-terangan dari radius dekat maupun dari radius jauh untuk sekedar memantau Bella.

"All, tunjukan dirimu! Kita butuh bicara," desis Bella kembali bersuara. Setelah beberapa jam yang lalu ia berteriak memanggil nama Allfred seperti orang gila. Teriakannya tak mendapat respon apapun dari Allfred, sosok yang ia panggil. Hanya suara guntur yang memekikan telinga seolah menegur Bella yang tak sengaja mengumpat mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Allfred, mahluk aneh yang disebut-sebut sebagai penghancur kehidupan Bella.

"Aku tahu kau di sekitar sini! Jangan jadi pengecut! Kita selesaikan sekarang! Aku sudah muak berurusan dengan---arghhhh" Bella memekik keras saat suara guntur semakin keras bersahutan. Matanya terpejam dengan kedua tangan yang memeluk dirinya sendiri.

Bella memutuskan untuk berlari ke arah ranjang. Perempuan itu langsung menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal mencoba mencari ketenangan penghilang rasa takutnya.

Dibawah selimut, perempuan yang tengah memeluk dirinya sendiri terlihat amat begitu ketakutan dengan suasana mencekam. Hujan deras terus saja mengguyur, kilatan putih cahaya petir disertai suara geledek yang sampai menggetarkan sekitar. Dirinya yang tengah sendiri semakin membuatnya ketakutan, alam saja sudah membuatnya ketakutan, ditambah kesendirian yang membuatnya semakin takut. Jika biasanya ada Kevin yang menemaninya, memberikan pelukan hangat sebagai penawar segala rasa takut yang melanda Bella.

Air matanya menetes begitu saja, Bella terisak mencengkeram erat selimut yang membungkus tubuhnya yang bergetar terisak.
"Hentikan All, aku takut," desis Bella lirih. Bella yakin, ini semua ulah Allfred. Untuk itulah ia memohon lirih meminta Allfred menghentikan semuanya.

Bella sudah tidak sanggup, ia benar-benar teramat takut dengan suasana mencekam dan kemurkaan alam.

Ajaib. Bella pun merasa heran.
Hujan deras yang mengguyur tadi berhenti seketika, menyisakan kubangan air yang belum meresap ke tanah.

Isak tangis Bella berhenti bersamaan dengan hujan yang juga berhenti. Bella tak mengusap air mata yang menggenang pipinya, sudah ada seseorang yang tak bisa ia lihat dengan mata, telah mengusap air matanya.

"Terimakasih, All," gumam Bella lirih atas kebaikan Allfred yang sudah menghentikan kemurkaan alam dan mengusap jejak air mata ketakutannya yang membasahi pipi.

Tangan perempuan itu menyibakan selimut yang membungkus tubuhnya. Kedua kaki jenjangnya turun dari ranjang. Ia berjalan meraih gelas berisi air mineral yang selalu ia sediakan di kamar.

Air dalam gelas langsung ia teguk sampai tak tersisa untuk menghilangkan perasaan takut yang masih tersisa di tubuhnya.
Tangannya mengembalikan gelas kosong ke tempatnya.

Kedua kakinya mengayun pelan menuju jendela kaca yang dibingkai dengan kayu jati. Ia duduk di kursi, sembari membuka pelan jendela kamarnya.

"Aku tahu kau di sini, All. Tunjukan wujudmu sekarang juga, kita butuh bicara, ada yang ingin aku bicarakan denganmu sekarang! Aku mohon, muncul lah." Bella memohon pada Allfred yang wujudnya tidak bisa dilihat olehnya namun Bella bisa merasakan jika Allfred memang tengah disekitar kamarnya, bahkan mungkin kini tengah berdiri disamping Bella.

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang