Part 34

406 47 14
                                    

Malam mulai datang dengan hujan mengguyur deras. Gracia menatap hujan yang mengguyur dari jendela yang berada dikamarnya. Saat sedang menatap hujan, pikirannya melayang ke Kakaknya yang kedua, Vino.

Sejak dulu Vino sangat senang bila cuaca sedang hujan. Baginya saat hujan adalah dimana para malaikat yang turun mengguyur bumi adalah para malaikat yang akan menjaganya. Bahkan sering saat hujan turun, Vino malah berlari keluar sambil berhujan-hujanan.

Teringat lagi saat Vino menemaninya hunting foto ke berbagai tempat. Vernando ikut sesekali bila dia sedang ingin berjalan-jalan atau bosan. Dan itulah saat-saat yang paling membahagiakan untuk Gracia. Ditemani Kakaknya untuk hunting foto dan berkeliling tempat-tempat yang tak semua orang tahu.

Bahkan pernah mereka sampai keluar kota untuk hunting foto. Untuk kenang-kenangan, mereka berfoto dengan latar belakang pantai. Gracia menatap foto yang terpajang dinakas sebelah ranjangnya. Difoto itu terlihat Gracia yang berada ditengah kedua Kakaknya.

Vino tampak sehat walaupun memakai jaket tebal. Bila orang yang baru bertemu dengan Vino pasti mengira Kakaknya sehat-sehat saja. Padahal Vino mempunyai sakit yang cukup serius. Kelainan jantung. Sejak bayi Vino sudah mengidap penyakit itu.

Pernah sekali Vino yang belum mengetahui penyakitnya kambuh saat sedang ujian praktek lari. Vino yang tak kuat langsung ambruk ke tanah dengan bibir membiru. Untungnya Guru olahraganya cepat tanggap hingga Vino berhasil selamat.

Dari sanalah Vernando dan Gracia mengetahui mengenai penyakit Vino. Setelah mengetahui itu, rasa sayang dan ingin melindungi pada diri Gracia mulai bertambah. Begitu juga Vernando. Bahkan tak jarang Gracia juga menyuapi Vino makan.

Hanya saja ada beberapa hal yang berubah. Gracia sudah tak bisa lagi ditemani oleh Vino bermain basket dan sering-sering menemaninya untuk hunting foto. Vino tidak boleh kelelahan atau jantungnya akan kambuh seperti dulu.

Gracia mengambil foto itu dan langsung memeluknya. Air mata keluar dari matanya yang indah dan bibirnya mulai bergetar menandakan dia menangis.

"Kak Vino, aku kangen sama Kakak. Kangen banget." Lirih Gracia.

Gracia terus memeluk foto itu sampai matanya menangkap sesosok siluet yang berdiri dihadapannya. Gracia langsung memfokuskan pandangannya dan menebak-nebak siapa yang kini berdiri dihadapannya.

Dari posisinya, Gracia menebak kalau sosok itu berdiri sambil menatapnya dan dia merasa tidak asing dengan postur tubuh dari orang yang ada disana. dengan tangan gemetaran, Gracia langsung menyalakan lampu dan terlihat sosok seseorang yang sangat dia sayangi.

Air mata kembali menetes dikelopak mata indah Gracia. Sosok itu langsung mendekat dan duduk ditepi ranjang Gracia sambil tersenyum. Dia terlihat lebih segar dan sehat. Wajahnya bahkan terlihat bercahaya. Gracia langsung memeluknya dengan erat dan menangis. Sosok itu pun membalasnya.

"Apa kabar Gre?" Tanya sosok itu lembut.

"Kak Vino." Lirih Gracia sambil terisak.

"Iya ini Kakak."

Vino. Ya yang mendatanginya adalah Vino. Gracia masih memeluknya lalu Vino perlahan melepas pelukannya. Ditatapnya Gracia yang kini wajahnya penuh dengan air mata. Vino tahu bahwa selama ini Gracia sangat merindukannya.

Dirinya pun merasakan hal yang sama. Dia sangat merindukan Kakak dan Adik kecilnya. Tapi dia tahu kalau dirinya sudah tak bisa lagi kembali. Alamnya dan kedua saudaranya kini berbeda. mau tak mau mereka harus mengikhlaskan kepergian dirinya ke alam lain.

"Kakak, aku kangen." Lirih Gracia.

"Kak Vino juga kangen sama Gre." Balas Vino.

"Kembalilah Kak. Aku kesepian." Pinta Gracia.

I'm Still Here (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang