Title : Jingga untuk Matahari (fanfiction)
Author: Sherril Fleya
Genre : Romance, School life, Frindship, Hurt
Rated : T+
Length: probably multichapter
Casts : Matahari Senja, Matahari Jingga, Jingga Matahari, Fio, Ridho, Oji, Angga, Bram, Veronica and The Scissors, etc
Inspiration : All of Esti Kinasih's novel, actually JDS dan JDE
Warning : Ini fanfict dari novel yang ketiga Jingga dan Senja series yang katanya tahun ini terbit. Gue buat ini sekedar melampiaskan anganan liar yang udah numpuk hampir satu tahun lamanya karena kak Esti belum nerbitinJUM juga :') . JUM disini murni fanfict buatan gue. Jangan kaget kalau banyak yang melenceng dari bocoran yang seharusnya. Karena sekali lagi, JUM ini dibuat karena gue kangen banget sama kak Ari juga kak Ridho :3 dan nggak tahu sampai berapa chapter, mungkin kalao JUM uda rilis gue bakal berentiin (menghargain Jum yang ada). Ini cuma selingan kalau lagi bosen, tapi The Foolishness masih tetap jalan J oh ya, kalo elo pada belum terlalu ngeh sama cerita ini, gue saranin baca Jingga dan Senja sama Jingga dalam Elegi dulu. Karena mungkin part awalan gini agak menyerempet sama bocoran yang ada di JDE :3 (haha jadi niat promosi)
"Tapi apa pun yang gue lakukan ke elo nanti, kalo bisa gue perlunak , akan gue perlunak. Juga kalo bisa gue hindari, akan gue hindari."
Kata-kata Ata terus terngiang mengelilingi tempurung otak Tari. Bagaimana pun juga, Tari masih nggak ngeh sama yang Ata maksud.
"Tolong lo inget, gue bener-bener terpaksa."
Lagi. Ucapan Ata beberapa menit yang lalu terus menari-nari dengan liar di dalam otak Tari. Seperti mengingatkan Tari dalam alam sadarnya -yang saat ini tengah digonceng Ari dengan kebut-kebutan yang mengila. Untuk tetap membuat dirinya harus waspada.
Meskipun jarum spidometer motor Ari telah menunjukkan garis akhir, tetap saja tidak mampu membuat tubuh Tari menunjukkan sikap kooperatif seperti biasanya -dalam keadaan yang sebenarnya sedikit gemetaran karena perkataan Ata barusan. Di liriknya Tari dari kaca spion, Tari masih diam mematung sambil menunjukkan raut wajah sedang berpikir keras. Sumpah demi apa pun, Ari penasaran banget dengan apa yang terjadi sebelum kedatangannya menjemput cewek yang menyandang nama depannya.
Apa yang membuat Tari sedemikian rupa, sehingga tidak biasanya tuh cewek melontarkan ocehan kalau Ari mengendarai motornya gila-gilaan seperti ini. Apalagi dalam keadaan memboncengnya. Di lihatnya lagi Tari dari spion kirinya, cewek itu terlihat sedang menarik nafas berat, seperti orang sesak. Pasti ada sesuatu yang benar-benar serius.
Di liukkannya secara mendadak motor hitam besar yang mereka tumpangi ke sela jalan kosong antara mobil sedan dengan pick up. Sumpah buat motor se-gedhe ini tuh nggak cukup! Tari yang merasa badannya tiba-tiba hampir oleng, dengan segera memeluk kedua pinggang Ari semakin erat. Sang pengendara yang melihat kejadian refleks itu, otomatis menyembulkan seringai kecil di kedua ujung bibirnya.
"Suka banget sih lo bikin orang jadi kena serangan jantung!" omel Tari kesal. Ari nggak tahu apa, kalauTari dari tadi tuh mati-matian mikir apa maksud dari omongan saudara kembarnya yang lahir cuma beda 10 menit duluan dari dia. Apa... jangan-jangan si Ata juga sama nggak warasnya sama kayak cowok yang lagi boncengin dia? Tapi mana mungkin. Ata kan udah tinggal sama nyokapnya sejak perceraian itu berlangsung.
"Woey! Jangan ngelamun terus! Bentar lagi kita udah mau nyampe sekolah nih," balas Ari tak kalah sengitnya. Emang cuma tuh cewek doang apa yang nggak sebal liat mukanya yang pucat mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga untuk Matahari (FanFiction)
RandomTari terus gelisah. Apa maksud Ata akan lebih banyak menangis? Cewek itu juga bingung, karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari tumbuh, Angga muncul lagi dan kembali mendekatinya. Sementara itu Vero, ketua Geng The Scissors di SMA Airlangga, sepert...