alaska; 7

531K 33.4K 961
                                    

SANG surya mulai menampakkan wujudnya, tak ketinggalan dengan awan yang juga ikut menggantung di atas sana, embun pagi mulai menghilang entah kemana, Menyisahkan burung yang bernyanyi riang menyambut pagi.

Wanita paruh bayah dengan pandangan sayu menatap tanpa tujuan ke arah depan membuat gadis remaja yang sedang berjongkok di hadapannya sedih. Tangan halus gadis tersebut membelai halus rambut mamanya yang mulai berubah warna itu. Di bagian matanya juga sudah terlihat menimbulkan sedikit keriput tanda bahwa ia sudah bertambah tua setiap harinya. Pipi tirus yang biasanya selalu menghasilkan lesung pipit itu sudah terlihat lebih kurus apalagi dengan kantung mata yang menghitam.

Alana sedih, lima tahun yang lalu, wanita ceria di hadapannya ini selalu terlihat yang paling bersemangat di pagi hari. Entah itu sedang membuat sarapan di dapur atau membereskan rumah yang menurutnya kurang rapi. Alana rindu saat mamanya itu mengelus puncak kepalanya dengan sayang saat ia sedang dilanda masalah. Alana rindu saat mengingat kembali betapa penuh kasih sayang mamanya dulu. Sekali lagi ia rindu semua yang ada pada mamanya.

Sekarang, hanya untuk berbicara dengan Alana pun bibir pucat wanita itu seakan tak mau terbuka walau hanya sesenti. Seakan pikirannya itu mengelana jauh entah kemana. Jujur saja, setelah kejadian itu, Alana seakan terhempas sebab dunia mamanya itu seakan berputar hanya untuk papanya saja sehingga walau hanya sedetik Alana tidak terpikirkan.

Membuka penutup minyak angin tersebut kemudian mengoleskan ke dua telapak tangan mamanya. Kebiasaan Alana saat ia sedang berada di luar rumah bersama mamanya di pagi hari. Ia masih setia berjongkok, memerhatikan betapa kacaunya mamanya sekarang. Diambilnya tangan halus tersebut kemudian ditaruh di dahi Alana yang terdapat sedikit bekas cakaran.

"Mama tau gak, dulu waktu Alana luka mama yang obatin tapi sekarang udah gak lagi mama malah yang lukain Alana." wanita itu masih diam membisu dengan tatapan ke depan, "Alana gak minta banyak kok ma, cuma pengen mama balik kayak dulu biar ada orang yang sayang lagi sama Alana, biar ada yang perhatiin lagi."

Memposisikan dirinya tegap kembali kemudian mengusap tangan halus itu. "Alana berangkat ya ma, jangan lupa makan terus mimum obat, Bi Inah udah masak yang enak buat mama. Istirahat ya, jangan banyak pikiran."

'Cukup aku aja yang banyak pikiran buat kesembuhan mama dan kepekaan Alaska.' sambung Alana dalam hati.

Setelah itu Alana memilih menyalimi tangan mamanya kemudian berangkat ke sekolah dengan mobil merahnya. Menurut Alana sekolah itu bukan tempat belajar saja melainkan tempat ia menghilangkan penatnya sementara. Bertemu dengan teman-temannya, mengobrol hingga tertawa lepas, mengganggu kenyamanan Alaska hal itu cukup membuat ia sedikit melupakan masalahnya.

Karena masih pagi jalanan menuju sekolah pun tidak ada hambatan, hingga Alana dapat sampai di sekolah tepat waktu sebelum Alaska dan para komplotannya masuk ke kelas jadi ia bisa menaruh hal yang biasa ia simpan di sana.

Tidak memerlukan waktu yang cukup lama kemudian ia bergegas berjalan menuju kelasnya. Alana berjalan seraya mengibaskan rambut panjangnya yang ia cat pada bagian bawahnya berwarna sedikit keabuan, sedangkan seragamnya seperti biasa, diketatkan hingga memperlihatkan lekukan tubuhnya yang ramping juga roknya yang mampu membuat kaum adam lapar.

Dan untuk kedua kalinya ia bertemu dengan Alaska bersama ketiga temannya di tikungan menuju kelasnya, ia melempar senyuman senang kemudian dengan cepat menghadang keempat cowok jangkung itu.

"Ngapain lo disitu bitch?" Alana mendengus kesal mendengar suara berat dari seorang Stevan Regan Orlando. Alana akui cowok itu masuk dalam deretan cogan Batalyon walaupun lebih tampan Alaska, menurutnya tetapi cowok itu memiliki mulut pedas dan sifat yang sangat jutek, jadi Alana selalu kesal melihat cowok itu belum lagi di antara sahabat- sahabat Alaska, cowok itulah yang paling menetang dirinya bersama Alaska. Dan Alana benci itu. Bukan benci orangnya, hanya membenci sifatnya takut-takut kalau benci menjadi cinta.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang