Mr.Troublemaker - #5

54K 4.2K 345
                                    

Sial, aku lupa membeli ban dan menggantinya. Jadi, pagi ini aku harus pergi dengan menggunakan bus. Setelah mencari informasi di internet, aku hafalkan nomor dan tujuan bus menuju kampus.

Aku yang sedang asik melangkah ke luar area perumahan dengan mengeratkan pegangan pada tas terhenti, saat sebuah sedan hitam mewah berhenti di sampingku. Seorang wanita dengan dandanan super tebal, berteriak angkuh, "Duluan ya upik abu!" Bukan hanya itu. Ia melempar sekotak minuman kosong padaku. Kalau aku tidak menghindar, pasti mengenaiku.

Tarikkan napas panjangku, menandakan aku menahan emosi untuk membalasnya. Membalas perbuatan Zebra, sama saja mencari masalah. Baik di rumah atau di kampus atau kemana pun aku pergi.

Aku hanya bersabar dan mengambil kotak minuman tersebut. Membuangnya ke tempat sampah terdekat. Kembali berjalan kaki.

Langkahku kembali terhenti. Kali ini pick-up mewah hitam yang berhenti. Ibu peri ku tiba!

"Masuklah, Sayang!"

Aku dengan riang gembira memasuki mobil Angel. "Ban sepedamu belum benar?" tanya Angel.

"Aku lupa membelinya kemarin!"

"Kamu tahu dimana toko sepedanya?"

Aku menggeleng. "Nanti aku tanya pada Nancy dan Teresa."

"Sahabatmu?"

Aku mengangguk. "Iya. Anda ingin pergi kerja?"

Angel yang mengangguk kali ini. "Ada sedikit masalah. Jadi, aku harus berangkat sedikit agak pagi. Nanti pulang bersama Romeo saja. Biar dia yang mengantarkanmu membeli ban!"

Hell yeah, nama itu lagi. Pria yang kemarin membuat heboh seisi rumah akibat aksi heroiknya.

Baiklah, akan aku ceritakan hari mingguku yang cukup dramatis. Kalau kata Angel, Sang Pangeran yang membebaskan seorang putri dari menara. Please, aku tidak setuju. Aku tidak ingin pangerannya dia. Si pembuat masalah.

Hari minggu pagi, bel rumahku sudah berbunyi. Aku yang sedang mengerjakan tugas belum sempat bangkit dari kursi belajarku, namun ternyata pintu kamarku sudah terkunci dari luar. Aku sempat berusaha membukanya. Ini pasti kerjaan Zebra.

Saat aku menggedornya kencang. Benar saja, si Zebra berbicara dari balik pintu. "Diam. Kalau kamu diam akan aku bukakan. Tapi kalau kamu terus berisik seperti ini. Aku jamin, akan aku kunci sampai besok. Biar sekalian kamu mati kelaparan di dalam sana!!!"

Tentu saja aku tidak paham, kenapa aku mesti dikunci di dalam kamarku sendiri. Di rumahku sendiri. Apa yang terjadi?

Aku beralih pada balkon. Melihat ke arah luar rumah. Tidak ada yang aneh. Kalau pun aku ingin meloncat ke bawah, itu tidak mungkin. Cukup tinggi. Aku terkikik memikirkan cara melarikan diri film hollywood.

Atau Rapunzel, yang keluar dari menara dengan rambut panjangnya. Ah, seandainya ada pangeran berkuda yang menungguku di bawah sana.

Atau lagi aku, wanita berambut merah seperti Merida. Yang justru menjadi sosok wanita tangguh.

Saat tengah berandai-andai di pinggir pagar pembatas balkon, suara gemuruh seperti puluhan kaki menaiki tangga yang setengahnya terbuat dari kayu. Tidak hanya itu, teriakkan yang kurang jelas karena sepertinya berasal dari beberapa orang. Belum cukup itu semua yang membuatku berkonsetrasi, pintu kamarku seperti terhantam sesuatu. Terbuka. Dan tubuh seorang pria hampir terjatuh ke dalam kamar. ROMEO?!

Di belakangnya ada Miranda, Debra dan Angel. Aneh apa yang terjadi? Miranda dan Debra terlihat panik. Sedangkan Angel bersedekap dengan senyum mengembang di bibirnya. Bahkan Angel, seakan terlihat sangat bangga memandang punggung Romeo.

Aku yang bingung dengan mereka semua, hanya terdiam dan berkedip.

"Lihat! Pangeran menyelamatkan putri yang terkurung di menara!" seru Angel yang ditambah dengan tepukkan tangan.

Kedua naga, ups, maksudku Miranda dan Debra dengan aura emosi berbalik, melangkah menjauhi pintu. Diikuti oleh Angel. Namun Romeo, justru mendekat padaku di balkon.

"Ckckck ... Hidupmu itu benar-benar bagaikan dongeng." Romeo melangkah santai dengan kedua tangan dia masukkan ke dalam saku celana. "Kamu benar-benar tinggal di menara? Huahahahaha."

Manusia aneh itu kenapa ya?

"Kamu bingung, kenapa aku sampai menghancurkan pintu kamarmu itu?"

Aku tidak menjawab karena Romeo berbalik dan mengambil boneka beruang miliknya yang berada di tempat tidurku. Ia lalu mendudukan bokong di pinggir tempat tidur.

"Jadi tadi, seorang pangeran mengetuk rumahmu. Niat awal untuk memastikan siapa pemilik bra merah itu."

Aku menelan saliva. Dia ... Jadi, dia tahu kalau itu milikku?

"Saat pangeran dan ibu ratu masuk. Mereka hanya mendapatkan seorang ibu dan satu anaknya." Romeo merebahkan tubuh di tempat tidurku. Astaga, dia tidur di sana? Itu tempat tidur wanita. "Padahal, pihak kerajaan paham kalau di rumah ini. Ada dua gadis. Dan pangeran sepertinya tahu, dimana satunya lagi berada."

Ragu sejenak, aku melangkah. Hanya berdiri di pintu balkon. Ini pertama kalinya ada seorang pria masuk ke dalam kamarku. Aku risih.

"Sang pangeran berlari menaiki tangga. Mendobrak pintu untuk menyelamatkan sang putri!" Romeo menjentikan jari. "Keren!!!"

What? Dia memuji dirinya sendiri!

"Sudah selesai dongengnya? Silahkan keluar!" ucapku sembari menujuk arah pintu dengan satu jari.

Romeo bangkit. Ia menaruh kembali boneka di tempat semula. Memandangku dengan senyuman yang tidak bisa aku artikan.

"Aku belum selesai!" Ia berdiri dan menghampiriku. Kali ini aku tidak melangkah mundur. Aku mendongak. Menaikkan tinggi-tinggi daguku. Aku wanita tangguh. Sekalipun aku seorang upik abu. Tunggulah, sebentar lagi aku akan berubah menjadi Cinderella. Ralat. Wonderwoman saja, lebih bagus. "Pangerannya belum mencocokan sepatu kaca pada Cinderella. Maksudku, bra!"

Keberanianku hilang. Jatuh pada titik terendah. Bra sialan!!!

"Ella! Sayang!" Suara Angel mengembalikan lamunanku mengenai peristiwa kemarin. "Sudah sampai di kampusmu!"

Aku gelagapan memperhatikan sekitar. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Angel dengan raut khawatir.

"Tidak ... tidak apa-apa, Angel." Aku menarik tas. Saat pintu mobil terbuka, aku berhenti sejenak. Berbalik, lalu memeluk Angel. Entah mengapa. Aku hanya ingin memeluknya. "Terimakasih Angel!"

Angel membalas pelukkanku. Ia mendaratkan kecupan pada puncak kepalaku. "Apa kamu keberatan untuk memanggilku Mommy?"

Aku melepaskan pelukkan. Memandang kedua mata teduhnya. Menggelengkan kepala dan kembali ke dalam dekapan. Dekapan hangat yang seakan itu adalah ibuku. "Mommy!" ujarku sedikit serak karena menahan tangis.

"Hati-hati selama di kampus. Belajar yang rajin. Mommy sudah berpesan pada Romeo untuk selalu melindungimu. Jadi, kalau ada yang sampai menyakitimu. Beruang kecil itu yang akan menghajarnya!"

Aku tersenyum diantara dekapan. Tidak ingin merusak momen berhargaku dengan Angel, hanya karena nama pria menyebalkan itu.

Mau tidak mau, kami menghentikan drama ibu-anak mengharukan. Angel kembali mengecupku. Kali ini di kening. Saat aku bersiap keluar dari dalam mobil, ia kembali berkata, "Oh ya, kemarin kalian berbicara apa saja selama di kamar?"

Beruntung aku sudah berbalik, jadi Angel tidak bisa melihat raut wajah kagetku. "Hanya saling sapa saja. Aku masuk ke kampus ya Mommy. Hati-hati di jalan! Bye!" Aku menutup pintu dan berlari cepat.

Sudah bisa dipastikan wajahku sangat merah saat ini. Memerah karena mengingat kejadian menyebalkan dari Romeo kemarin saat di dalam kamar, sebelum ia aku usir dengan kasar.

Romeo dengan kurang ajarnya, mengecup bibirku tiba-tiba!!!

❤️❤️❤️❤️❤️

AN :

Abaikan saja gue yang rajin update. Lihat saja nanti kalau sudah di part belasan. Pasti slow update behahahaha 😂 #bikinKZL

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang