"Eomma ..."
"Kau jahat!!! kau bukan manusia!!!"
Setelah membanting vas untuk ketiga kalinya, Ibu Taehyung jatuh pingsan di lantai. Taehyung yang panik, berusaha bangkit untuk menolong ibunya. Tidak peduli dirinya yang sedang kesakitan sekalipun, ia tetap berusaha mengangkat tubuh Ibunya dan membaringkannya di ranjang.
"Eomma."
Akhirnya Taehyung menangis, ia menggenggam tangan ibunya sesekali menciumnya. Ia sangat mencintai Ibunya lebih dari dirinya.
"Jangan seperti ini, aku mohon-akh-"
Taehyung merasakan nyeri yang lebih hebat menyerang dadanya. Sakit, bahkan ia tidak bisa bernafas untuk sekarang. Tubuhnya ia sandarkan di dinding, kakinya terus menerus menendang dengan tubuh yang mulai mengejang. Taehyung menahannya, Taehyung tidak mau mati sekarang. Ia masih ingin menuntut balas pada orang yang telah menyakiti keluarganya. Matanya perlahan terpejam,
"Eom-ma ak! Eom-ma!"
Tangannya terus mencoba meraih tubuh ibunya diatas ranjang namun percuma saja-ia tidak bisa menggapainya. Lambat laun matanya mulai terpejam. Taehyung menggeleng ia benar-benar tidak mau berhenti bernafas sampai disini.
"Ak!-ahhhhhh!!!"
Ia meremas seragam putihnya kuat-kuat setelah tubuhnya rubuh ke lantai marmer rumahnya. Taehyung terus mencoba mengais sisa udara yang ada di sekitarnya. Oh god mengapa udara sangat terasa mahal untuk sekarang? Ia meringkuk diatas lantai dengan wajahnya yang memerah dan terus menahan sakit. Ia ingat jika ia menyimpan obatnya di ransel, namun ransel itu ia letakkan di luar dan tidak mungkin ia harus ambil sekarang.
Apakah Taehyung harus pasrah?
Apakah ia rela mati sekarang dan merelakan dendamnya melebur begitu saja?
Tidak-
Tapi, Taehyung bisa apa?
Setelah seorang Dokter memberikan vonis bahwa jantungnya memiliki kelainan dari ia kecil. Bahkan sampai sekarang ia harus menunggu transplantasi yang entah kapan ia bisa dapatkan. Sebaik apapun manusia, pasti mereka pun tak akan memberikan jantungnya begitu saja jika dia tidak sinting.
Tubuh Taehyung mulai menggigil, dingin bahkan ia sendiri mungkin akan pasrah saat ini. Pelan-Taehyung menutup matanya. Sudahlah biarkan jika memang ia tidak bisa menuntut balas atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
***
Bunyi suara jam begitu nyaring terdengar dan mengganggu pendengaran Taehyung memaksanya membuka mata dan menyadari bahwa dirinya telah berpindah ke kamarnya di lantai 2.
"Siapa-"
"Taehyung kau sudah sadar?"
Taehyung menoleh ke arah pintu, matanya menyiratkan ketidak sukaan yang amat dalam pada wanita yang kini tengah berjalan dengan semangkuk sup di tangannya.
"Aku sudah membereskan semuanya."kata perempuan yang kini tengah duduk di pinggiran ranjang Taehyung.
"Mengapa kau pulang?"tanya Taehyung. Ia bahkan enggan melihat wanita yang merupakan kakaknya sendiri.
"Tae-"
"Aku tanya, mengapa kau pulang?"ulangnya.
"..."
"Apakah lelaki itu membuangmu setelah memakaimu, huh?!"
"Taehyung!!"
Hampir saja tangan Jieun-kakak Taehyung-melayang menampar pipi adiknya.
"Tampar saja, aku memang adik yang tidak berguna bukan?!"
Air mata Jieun hampir saja meleleh jika ia terus menatap Taehyung. Semenjak kepergian Ayah mereka, Jieun terpaksa putus kuliah dan bekerja sebagai wanita panggilan. Pekerjaan itu baginya dapat menghasilkan uang yang banyak dalam waktu singkat dibanding harus menjadi penjaga toko. Namun keputusannya ditentang mentah-mentah oleh Taehyung. Ia tidak ingin tubuh kakaknya menjadi barang dagangan yang habis lalu dibuang dalam keadaan kotor. Jieun menolak, ia tetap pada keputusannya dan berimbas pada Taehyung yang kini selalu mengacuhkannya.
"Makanlah, aku sudah membuatkan sup ayam kesukaanmu."pinta Jieun yang kini menyuapkan sup pada Taehyung.
"..."
"Tae-"
"Tidak perlu bersikap baik padaku."kata Taehyung.
"Aku mohon padamu."lirih Jieun.
"Pergilah, aku tidak membutuhkanmu."kata Taehyung.
"Taehyung-"
"Aku tidak memiliki Noona sepertimu."
Jieun sangat menyayangi Taehyung, hatinya baru saja seperti dicabik tanpa ampun mendengar perkataan adik kecilnya. Apakah ia tidak tau jika apa yang ia lakukan semata-mata hanya untuk Taehyung, ia sangat ingin melihat Taehyung sembuh dan ibunya kembali seperti dulu lagi.
"Aku letakkan disini."lirih Jieun sambil meletakkan mangkuk diatas meja.
"..."
"Aku juga sudah mempersiapkan obat yang harus kau minum."katanya.
"..."
"Cepat sembuh, Tae."
Jieun mencium pelipis Taehyung sebelum ia meninggalkan kamar adiknya. Taehyung hanya diam, ia tidak bergerak sedikitpun dari tempat tidurnya.
"Apakah masih pantas aku memanggilmu Noona?"lirih Taehyung.
Taehyung memeluk gulingnya sambil meraung, ia menangis sejadi-jadinya sekarang. Tanpa Taehyung sadari, Jieun pun juga menangis di depan pintu kamarnya.
"Aku tidak masalah kau benci, Tae."lirih Jieun.
Ia terus mencoba menahan agar ia tidak menangis keras disini.
"Asalkan kau bisa sembuh, aku tidak apa-apa."
Suaranya semakin mengecil, tubuhnya pun kini terduduk diatas lantai. Ia tidak berani masuk dan menemui Taehyung yang ia tau sekarang sedang menangis.
"Noona menyayangimu, sangat menyayangimu."lirihnya sambil terisak.
To Be Continued ...
Sudah ya sudah :v
YOU ARE READING
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fanfiction[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...
13%: A Little Side of Taehyung
Start from the beginning
![전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]](https://img.wattpad.com/cover/119207564-64-k934232.jpg)