Halaman 45 : Menemukan Dirimu

2.9K 184 0
                                    

Vote dulu sayang, baru baca.

✺✺✺

Vale membuka matanya ketika cahaya matahari merambat masuk ke dalam kamarnya. Ia beranjak bangun namun tangan kokoh menahan tubuhnya agar tidak bisa bergerak.

Siapa lagi kalau bukan Sea? Tertidur diantara lekukan lehernya, terkadang Vale pun merasa geli karena merasakan hembusan nafas Sea yang lembut, menggelitik lehernya. Dengkuran kecil terdengar menandakan bahwa sang pangeran masih nyenyak tidur seraya memeluknya.

Vale perlahan menyingkirkan tangan besar Sea dari pinggulnya dan melangkah perlahan kearah toilet.

Setelah menanggalkan pakaiannya, Vale segera menyalakan shower sembari berendam didalam bethub. Butiran air yang jatuh membantu dirinya lebih tenang disaat pikirannya sedang kalut.

Dimana keberadaan Marcel?

Astaga, ia hampir lupa dengan laki-laki pirang itu. Apakah Marcel pergi karena aku? Atau aku memiliki salah, hingga Marcel tidak ingin memaafkannya? Tidak mungkin. Marcel bukanlah tipe pendendam seperti itu.

Menghilangnya Marcel membuat rasa bersalah semakin menumpuk dan juga hidupnya terasa hampa. Tidak ada lagi tawa dengan candaannya, teman curhat, dan teman shooping. Ah, ia merindukan semuanya bersama Marcel.

Lamunannya terbuyar ketika suara berat Sea terdengar dari luar toilet. "Vale?"

"Aku sedang berendam. Tunggulah sebentar." Jawab Vale kemudian menyelesaikan ritual mandinya.

-

Tok, tok, tok. Ceklek.

"Sea, apakah kau telah selesai man--" Matanya terbelalak saat melihat Sea yang rapih dengan baju kantornya. Kancing kemejanya terbuka memperlihatkan dada bidang yang pernah ia lihat saat dilautan, dulu.

Sea mengeringkan rambut hitamnya yang basah dengan handuk dan itu terlihat sangat sexy.

"Puas memandangiku, nona?" Vale jadi salah tingkah. Ketahuan memandangi kekasihnya sendiri, apakah tidak boleh?

"Uhm.. tadi.. aku..."

Sea terkekeh. Menghampiri Vale yang merona merah pada pipinya lalu bersedekap dada. "Baru menyadari bahwa aku tampan, eh?"

Gemas. Akhirnya Vale mencubit pinggang Sea walau sebenarnya terasa geli. "Aw"

"Aku tau, Pangeran Laut sepertiku adalah siren tertampan didunia." Vale menaikkan sebelah alisnya, menahan tawanya sebisa mungkin. "Bahkan jika kau bandingkan dengan manusia, pastilah tidak ada yang dapat menandingi ketampanan seorang Sea."

Vale mencebik bibir, memutar bola matanya jengah. "Percaya diri sekali."

"Vale-ku sayang, seharusnya kau bangga memiliki kekasih tampan sepertiku." Sea menunjuk dirinya sendiri.

Sea memang sudah bertemu dengan beberapa manusia yang kenyataannya memang kurang tampan, hal itulah yang membuat dirinya percaya jika ia paling tampan diantara manusia tersebut. Tapi mengapa Vale tidak langsung mengakui saja jika dirinya memang tampan? Atau mungkin dia malu? Haha.

"Sudahlah. Jika membahas tentang ketampananku tidak akan pernah selesai." Vale terkekeh. Bukannya ia yang memperpanjang masalahnya?

"Sekarang, tolong pasangkan dasi kerjaku."

Vale mengambil dasi yang tersampir rapih diatas kasur lalu memasangkannya dileher Sea dengan simpul mudah.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang