CEO Hot - 2 - Suara yang Menggairahkan

Mulai dari awal
                                    

"Nama," perintah Axel kembali membersihkan kerongkongannya. Wajahnya sedikit mendongak dan kedua telapak tangan tersembunyi di balik saku celana, menatap Mysha seakan gadis itu tak lebih penting dari serangga.

Tidak ada waktu untuk merasa rendah diri, Mysha berusaha tetap tenang. Dia sudah kehilangan kesempatannya untuk menjaga image ketika dia terjatuh.

"My-Mysha Na-Natasha."

Michael menahan senyum ketika mendengar cicitan wanita di sampingnya. Axel keterlaluan memang, setelah menahannya untuk tidak membantu Mysha berdiri, kini dia membuat pegawai baru itu menggigil. Dalam hati, pria itu merasa sedikit lega, setidaknya Mysha lebih terlihat takut daripada terpesona seperti wanita-wanita lain yang jatuh dalam pesona sang CEO.

"Seperti yang sudah saya beritahukan, Tuan Delacroix." Michael menyelamatkan Mysha yang sepertinya akan diterkam oleh serigala bernama Axel. "Nona Natasha adalah General Manager yang baru. Beliau akan membantu Anda mengatur seluruh aspek di perusahaan ini termasuk menyajikan data-data yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan untuk Anda melakukan deal dengan pihak luar."

Axel menatap Mysha dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bila wanita lain akan tersenyum menggoda, Mysha berdiri tegak dan kaku sambil menelan ludah. Pria itu memberi pandangan menilai dan seakan-akan menelanjanginya, membuat Mysha menggerakkan kakinya tidak nyaman. Mengapa tatapan Axel membuatnya makin ingin disentuh oleh lengan kekar itu?

"Bawa dia ke ruangannya." Axel memutus tatapan intens dan membalikkan badan. Pria itu berjalan santai ke arah meja kayu berwarna mahogani, sebelum duduk di kursi berlengan warna hitam.

Mysha tertegun. Dia sudah siap bila pria itu melontarkan kata-kata tajam memprotes penampilannya yang biasa. Gadis itu menarik napas lega sambil memandang punggung bidang yang menjauhinya. Mungkin saja, atasannya tidak semenakutkan yang dia kira.

Menakutkan tapi sexy.

"Sa-saya permisi, Pak." Mysha membungkam pikiran nakal yang menari-nari. Dia menoleh ke arah Michael dengan senyum teduhnya, seperti oase di padang gurun. Pria itu menganggukkan kepala dan bersiap membalikkan badan.

"Siapa bilang sekarang?" Suara dalam itu membuat Mysha tersentak, begitu pula dengan Michael. "Aku belum selesai berbicara."

Mysha menelan ludah sementara Michael hanya menghela napas. Mereka berdua kembali menghadap ke arah Axel yang menatap mereka tajam.

"Segera rangkum data keuangan Crown Land selama dua kuartal terakhir, aku mau sebelum makan siang sudah ada di mejaku."

Mysha mengingat-ingat perintah Axel sampai ke titik koma. Akhirnya ada hal yang mengalihkan perhatiannya dari keinginan untuk dicium oleh bibir yang mengucapkan perintah. Ciuman yang panas, basah dan bergairah.

"Berikan juga analisa karena aku akan meeting dengan pengembang yang menangani proyek di Asia Tenggara." Suara Axel membuat Mysha tersadar dari lamunan singkat. Untung saja, dia masih mendengar perintah itu dengan baik.

"Baik," jawab Mysha tegas dan sigap. "Ada lagi, Pak?"

Alis Axel berkerut singkat sebelum dia kembali fokus pada tumpukan dokumen di hadapannya. "Tidak ada."

Mysha menghembuskan napas lega dan mengekor Michael yang keluar dari ruangan berperedam suara itu. Pengacara itu berjalan mantap tapi tetap memastikan Mysha bisa mengikuti langkahnya hingga mereka tiba di depan pintu coklat dengan papan emas bertuliskan namanya.

"Ini adalah ruangan Anda." Pria gentleman itu membukakan pintu, membuat Mysha menahan napas.

Ruang kerjanya berukuran 4 x 5 meter, jauh lebih besar dari ruangan di kantor lama. Sebuah meja yang dilengkapi oleh layar komputer tipis berlogo apel dan kursi berwarna coklat muda yang nyaman menyambutnya, sementara di tembok bagian belakang berderet buku-buku keuangan tertata rapi di sebuah lemari kayu, berselingan dengan vas bunga berwarna putih. Mysha berjanji akan mengisinya dengan bunga segar setiap hari agar dirinya makin semangat bekerja. Tak jauh dari meja kerjanya, ada satu set sofa mungil berwarna krem dan meja rendah dari kaca berdesain minimalis sebagai tempat untuk menerima tamu. Yang membuat Mysha tersenyum adalah adanya kulkas kecil di ujung ruangan tempatnya bisa meletakkan bekal atau minuman.

END Passionate CEO x Malam yang Tak TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang