chapter 29

9K 332 14
                                    

Happy reading guys xxxxxxxxx

My Cousins VS My Boy Friends 

Chapter 29 

Sepanjang malam Osie terus saja memikirkan maksud dari email yang dikirimkan oleh sepupunya, Axel. Berkali-kali Osie menggeram dan menghela nafas frustasi sehingga sang buku pelajaranlah yang menjadi korbannya. Bahkan karena email tersebut, ia hanya tidur selama dua jam. Sungguh mengenaskan. 

Pagi ini Osie keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sangat kacau, lingkar matanya semakin hitam, wajah yang tampak lebih pucat dan keadaan rambutnya yang misuh masai. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja makan. 

"Pagi." Sapa Dion yang baru saja menyelesaikan tugasnya menyiapkan sarapan. 

"Hmm." Gumam Osie sekenanya tanpa emosi yang berarti di wajah cantiknya. 

"Kau kenapa?" Dion memandang wajah Osie heran dengan kedua alis yang ditautkan. 

"Tidak ada apa-apa." Balas Osie yang lalu segera menyantap sarapannya. 

"Hm, kalau begitu cepatlah aku harus menjemput Zoey juga." Lanjut Dion yang kini telah duduk di hadapan Osie dan juga segera menyantap sarapannya. 

Osie hanya menganggukan kepalanya sebagai respon dan dibalas oleh tatapan tajam dari sepasang mata Dion. 

# # # 

Osie baru saja ingin membuka pintu mobil untuk menuju gedung sekolahnya, namun tiba-tiba saja tangan kekar Dion mencengkram pergelangan tangannya. Osie pun mengurungkan niatnya dan menatap Dion penuh tanya. 

"What's wrong?" Tanya Dion penasaran seraya menatap Osie tajam. 

"No-nothing." Jawab Osie sedikit gugup melihat ekspresi wajah Dion yang mengeras. 

"Tell me, what's wrong." Dion menaikan nada suara lebih tinggi dan semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Osie. 

"No... Nothing is wrong." Osie mulai merasakan ketakutan dengan kondisinya saat ini. Belum pernah ia merasakan takut yang sebesar ini kepada sang kakak, ini semua berawal dari email Axel tadi malam. Entah kenapa, saat setelah membaca email tersebut, ia merasa ada sesuatu yang membuat dirinya untuk menjaga jarak dari sang kakak. 

"JUST TELL ME WHAT'S WRONG!" Dion membentak Osie. Tangannya semakin kuat mecengkram pergelangan tangan Osie, tangannya yang bebas kini ikut mencengkram pundak Osie kuat, sedangkan kedua matanya mulai memerah, pertanda yang sangat buruk. 

"Just let me go now..." Ucap Osie lirih seraya menatap Dion sendu. 

"No, until you__" 

"Please..." Lanjut Osie dengan mata yang mulai berkaca-kaca. 

Melihat kondisi sang adik yang seperti itu, tak ayal membuat Dion merasa iba. Ia pun melepas cengkramannya dari Osie dan kembali menatap Osie dengan pandangan biasa. 

"I'm so sorry..." Tiba-tiba saja Dion memeluk Osie dengan sangat erat dan bergumam lirih di depan telinga Osie. 

Merasa kurang nyaman dengan posisinya saat ini, dengan perlahan Osie mencoba melepaskan pelukkan sang kakak. 

"I have to go now." Ucapnya pelan dan kemudian dapat ia rasakan pelukkan sang kakak yang mulai mengendur. 

"Hm." Dion menganggukkan kepalanya mengerti dan melepaskan pelukkannya dengan berat hati. 

Setelah Dion melepaskan pelukkannya, Osie pun tak tinggal diam. Ia segera membuka pintu mobil dan keluar dengan persaan kecau. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya pada langkah ke tiga, Dion kembali memanggilnya. 

The Sweetest Winter (completed ~ dalam revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang